Jurnalis Asing Meliput Papua dan Situs Siluman di Papua (Bagian 3/Habis)

0
2119

Oleh: Dominggus Arnold Mampioper)*

Situs Siluman

Jurnalis dan editor jubi.co.id Victor Mambor dalam berita online Jubi.co.id telah menerjemahkan artikel berjudul Twitter, Facebook suspend accounts linked to Indonesian army’s Papua campaign edisi 5 Maret 2020. Selain itu  RPT-INSIGHT-Indonesian army wields internet ‘news’ as a weapon in Papua, edisi 8 Januari 2020 yang telah dipblikasikan Reuters.

Dalam pemberitaan jubi.co.id menyebutkan mengutip bahwa Twitter dan Facebook telah menutup lebih dari 80 akun di kedua platform media sosial tersebut menyusul investigasi Reuters yang mengaitkan akun-akun tersebut dengan jaringan situs berita yang didukung oleh tentara Indonesia yang mempublikasikan propaganda pro-pemerintah tentang Papua.

Bagian percama dari serial artikel ini dapat anda baca di sini: Jurnalis Asing Liput Papua dan Situs Siluman (Bagian 1)

ads

Jika secara sepintas melihat situs-situs dalam jaringan itu seperti outlet berita independen. Namun  catatan pendaftaran dan wawancara Reuters dengan editor situs web dan perwira intelijen pasukan khusus menunjukkan situs-situs tersebut didanai dan dikoordinasikan oleh seorang kopral tentara Indonesia bernama Yunanto Nugroho. Selanjutnya bahan-bahan dari situs-situs web tersebut kemudian disebarkan lewat jaringan media social akun Tiwtter dan Facebook.

Bahkan ada beberapa dari akun-akun tersebut  menggunakan foto profil atau kartun yang membuatnya kelihatan seolah-olah mirip  karya penduduk Papua atau aktivis “Papua Merdeka”. Padahal akun-akun ini justru mempromosikan materi yang memuji tentara dan mengkritik para pendukung penentuan nasib sendiri orang Papua. Isi konten ini kelihatannya berbeda dan berbanding terbalik dengan kegiatan aktivis Papua Merdeka.

Baca Juga:  Kapolda Papua Barat Didesak Pidanakan Oknum Penganiaya Wartawan di Kaimana

Menanggapi penutupan 80 akun di Twitter dan Facebook Wakil Kepala Penerangan Wakil Kepala Penerangan Kodam (Wakapendam)  XVII Cenderawasih, Letkol Inf. Dax Sianturi mengatakan tidak tahu tentang penutupan 80 akun media social (Facebook dan Twitter) yang baru-baru ini ditutup oleh kedua platform tersebut menyusul investigasi yang dilakukan oleh Reuters. Selain palsu, Reuters menyebutkan akun-akun tersebut sangat pro Pemerintah Indonesia dan menyebarkan propaganda tentang Papua. Akun-akun ini diduga berkaitan dengan pihak militer Indonesia.

“Saya tidak tahu tentang itu (penutupan 80 akun),” jawab Dax singkat saat ditanya tentang penutupan akun-akun tersebut, Jumat (6/3/2020) sebagaimana dilansir Jubi.co.id.

Namun, lebih lanjut, kata Dax Sianturi, keberdaan akun-akun tersebut sebagai bentuk rasa cinta tanah air netizen Indonesia untuk melawan kampanye untuk melepaskan Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sangat massif dan terstruktur.

Bagian kedua dari serial ini dapat anda baca di sini: Jurnalis Asing Liput Papua, Situs Siluman, Visa dan Clearing House (Bagian 2)

Sementara itu,  Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengaku belum mengetahui persoalan terkait penutupan puluhan akun di media sosial Facebook dan Twitter. Pasalnya, menurut laporan yang diterima Johnny, puluhan akun tersebut memberitakan propaganda Indonesia tentang Papua. Namun hingga kini, pihak Kominfo tidak mengetahui alasan dibalik penutupan akun tersebut.

“Kami (Kominfo) lagi minta konfirmasi pada Facebook, apa betul ada itu. Kalau betul, apa alasannya. Kalau tidak beralasan, harus up and run lagi. Kalau beralasan nanti kita lihat kesalahan atau ketidaksesuaiannya ada dimana,” ujar Johnny saat menggelar konferensi pers di kantornya, di Jakarta. Selasa, 10 Maret 2020.

Baca Juga:  Kapolda Papua Barat Didesak Pidanakan Oknum Penganiaya Wartawan di Kaimana

Jubi.co.id sebelumnya pernah berkolaborasi dengan media online Jakarta, tirto.id dan telah menerbitkan hasil investigasi tentang situs-situs siluman di Papya.

Ketua AJI Kota Jayapura Lucky Ireuw menyebutkan beberapa nama media siluman di Papua yang dimirip-miripkan dengan nama media asli di antaranya cenderawasih-pos.com (meniru online koran harian Cendewasih Pos/ceposonline.com), kabarpapua.net, kabarpapua-online (meniru KabarPapua.co) dan tabluidjubi.com (meniru jubi.co.id). Penelusuran Tirto dan Tabloid Jubi, setidaknya ada 18 media siluman. Itu belum termasuk media-media yang menggunakan blogspot atau wordpress sebagai alamat domainnya.

Analisis Tirto dan Tabloid Jubi menunjukkan sebanyak 18 media siluman itu membingkai “berita-berita” agar menciptakan kesan tidak ada pelanggaran HAM di Papua, kelompok pendukung Papua Merdeka adalah “kriminal” yang kerap melakukan kejahatan, tentara dan polisi telah melakukan tugasnya dengan baik, dan sebagainya.

Ilustrasi media siluman di Papua. Foto tirto.id

Kehadiran situs media siluman yang tak jelas keberadaannya itu, menghantui dan mulai meresahkan para jurnalis atau media asli yang bekerja sesuai dengan undang-undang Pers dan kode etik jurnalis/wartawan.

Persoalannya, kehadiran media-media siluman ini terus mengisi sebaran informasi di Papua. Berita-beritanya juga dibaca, dipercaya, dan disebarkan. Masyarakat yang tak betul-betul paham cara kerja media tentu akan mengira kehadiran mereka sebagai media betulan. Padahal faktanya tak punya kantor redaksi yang jelas termasuk wartawan yang meliput di lapangan. Bahkan diduga menampilkan nara sumber fiktif.

Baca Juga:  Kapolda Papua Barat Didesak Pidanakan Oknum Penganiaya Wartawan di Kaimana

Walau demikian termasuk situs siluman, jika dilihat dari data peringkat website, Alexa, di antara 18 media ini, Kabarpapua.net mencatatkan peringkat paling tinggi, yakni 30.947 se-Indonesia pada 4 Desember 2018. Padahal sebagaimana dilansir tirto.id menyebutkan Kabarpapua.net mendompleng nama Kabarpapua.co, media online di Papua. Sebagai pembanding, Kabarpapua.co ada di peringkat 13.592. Tertinggi kedua di antara media siluman ini adalah Papuanews.id, di peringkat 31.573. Ranking Alexa dari kedua media siluman ini masih lebih tinggi dibandingkan ceposonline.com, portal berita online milik Cenderawasih Pos, grup Jawa Pos (peringkat 50.368 di Indonesia). Adanya rating ini jelas membahayakan bagi pembaca untuk sulit membedakan antara berita benar dan mana berita yang tidak memenuhi etika journalistik. Apalagi kalau rating media siluman lebih tinggi ketimbang media mainstream.

Selain itu yang seringkali terjadi terutama pada media SuaraPapua.com dan Jubi.co.id selalu mendapat gangguan dan sempat diserang oleh hacker. Pemimpin redaksi SuaraPapua.com Arnold Belau sendiri pernah mengatakan medianya mendapat hacker pada Januari 2020 lalu. Itulah tanah Papua antara media siluman, hacker dan kebebasan pers serta liputan jurnalis asing menjadi sebuah tantangan ke depan.(*)

)* Penulis adalah penulis, jurnalis dan editor senior Jubi.co.id dan Koran Jubi

Artikel sebelumnyaSemua Akses Transportasi di Wilayah Meepago Ditutup
Artikel berikutnyaCovid19 di Papua, Tujuh Positif, 38 PDP dan 820 ODP