Margareta Bame Jahit Masker dan Jual dengan Harga Murah Kepada Masyarakat

0
2419

KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com — Maragreta Bame, salah satu perempuan muda dari kabupaten Tambrauw membuat dan menjahit masker untuk membantu keluarga terlindung dari virus corona.

Dengan kemampuan menjahit yang dimiliki, Margareta menjahit masker lalu dijual kepada orang-orang dekatnya dengan harga yang murah. Dia bilang, dia membuat masker karena saat ini masker jadi susah dapat di pasaran.

Margareta Bame (28) tahun adalah alumna SMK Pius X Magelang, Jawah Tengah. Dia pernah  enekuni pendidikannya di jurusan tatabusana. Sekarang tengah mempraktekan ilmunya untuk membantu keluarga terlindungi dari peyebaran Covid-19 dengan menjahit masker.

Bame berinisiatif membuat masker sendiri karena dua alasana. Pertama karena masker sulit didapat, kedua karena masker kalaupun ada harganya mahal.  Dengan dua alasan inilah Bame menjahit masker, lalu diberikannya kepada keluarga, dan juga dijual dengan harga murah.

Baca Juga:  Demo KPU, Massa Aksi Tuntut Keterwakilan Tambrauw di DPR PBD

“Saya menjahit masker sendiri karena sudah susah untuk kita beli. Orang jual di jalan atau pun pasar juga mahal, Rp 15.000- 20.000. Saya jual hanya, Rp 10.000. Orang harus ke pasar atau jalan raya lagi. Mereka tidak keluar cari jauh-jauh. Cukup datang ke rumah saja. Jauh lagi. Saya ingin membantu keluarga atau pun siapa pun yang membuthkan Masker untuk lindungi diri dari virus corona” jelasnya, kepada suarapapua.com, Jumat (17/4/2020) kemarin.

ads

Kepada saya, Bame bilang bahwa dia sedang mengalami kekurangan bahan dasar untuk jahit masker. Sehingga tidak bisa menjahitnya dalam jumlah banyak. Bame berharap ada bantuan dari pemerintah atau pun individu.

“Kendala yang saya alami, saya tidak punya bahan kain untuk menjahit Masker lebih banyak lagi. Saya harap, pemerintah Tambrauw atau komunitas dan Individu bisa menyubangkan bahan-bahan seperti kain untuk saya membuat lebih banyak Masker dan dibagikan ke kampung-kampung,” tuturnya.

Baca Juga:  MRP dan DPRP Fraksi Otsus se-Tanah Papua Minta Jokowi Terbitkan Perppu Hak Politik OAP

Menariknya, Margareta Bame sudah menekuni dunia busana dan jahit menjahit sejak  sekolah di SMK Pius X pada tahun 2008. Di tahun 2019, ia baru mempraktekan ilmunya dengan menghasilkan suatu karya yang mempunyai nilai jual di pasar setelah mendapat bantuan mesin jahit dari pemerintah kabupaten Tambrauw.

“Setelah tamat sekolah. Saya tidak melanjutkan bakat menjahit tersebut. Saya kesulitan modal untuk membeli Mesin. Di tahun 2019, saya mendapat bantuan dari dinas Pariwisata Tambrauw lalu saya membeli Mesin Jahitnya .Akhirnya, saya bisa meyalurkan bakat menjahit dan sudah mau satu tahun berjalan,” ungkap Bame.

Bame mengaku, dengan bakat yang ia pendam dan baru dimulai 2019 lalu itu, dia sudah dapat membantu biaya kehidupan keluarga sehari-hari walapun dengan penghasilan yang kecil.

Baca Juga:  Kepala Suku Abun Menyampaikan Maaf Atas Pernyataannya yang Menyinggung Intelektual Abun

“Setiap bulan saya mendapat uang Rp 300.000 (tiga ratus ribu) atau Rp 600.000 (Enam ratus ribu). Uang tersebut digunakan untuk membantu kebutuhan sehari-hari di rumah. Tergantung pesanan juga. Lumayan tidak besar tapi saya bersyukur. Semua ini merupakan proses pembelajaran bagi saya,” katanya.

Kakanya, Elisabet Bame mengaku bahwa dia merasa tertolong dan bersyukur dengan kemampuan yang dimiliki adiknya. Dia bisa membeli Masker tanpa harus ke pasar.

“Saya bangga dengan kemampunya Margareta. Saya sudah miliki Masker. Tidak harus susah mencari di pasar dan beli di orang lain di jalan. Beli karya adik sendiri di rumah.Ia membantu kami,” tuturnya.

Pewarta: Maria Baru

Editor: Arnold Belau

 

Artikel sebelumnya63 Tapol Papua di Indonesia Mengirim Desakan ke PBB di Tengah Pandemi
Artikel berikutnyaPemkab Manokwari Dinilai Gagal Mencegah Penyebaran Corona