Resistance Sentimen Spiritualitas Agama (Bagian 1)

0
1448

Oleh: Ustadz Ismail Asso)*

Studi Kasus Kilas Balik Sejarah Penjajahan Indonesia

Pendahuluan

Di awal mau diingatkan bahwa sejarah selalu berulang pada umat manusia. Suatu peristiwa masa lalu terulang kembali pada masa kini.

Demikian kilas balik sejarah masa lalu Indonesia kini sedang terjadi di Papua adalah sejarah pergerakan perlawanan rakyat terhadap kolonialisme Belanda mau diangkat dibawah ini untuk diambil pelajaran (hikmah).

ads

Resistance dengan dominant nilai-nilai spritualitasme religius sebagai medium difference mau ditinjau disini. Betapa pun hebatnya kolonialisme dengan berbagai cara dan pribumi dengan keterbatasan memiliki kekuatan resistance hikmahnya urgensi tulisan ini.

Allah SWT, memerintahkan manusia senantiasa belajar sejarah umat masa lalu. Demikian diingatkan Cendikiawan Muslim terkemuka, Nurcholish Majid, dalam buku judul; ‘Pintu-Pintu Menuju Tuhan’, (Cak-Nur, 1997).

Pelajaran bagi kita adalah penjajahan portugis kemudian Belanda di Indonesia selama 300 tahun kita ambil ibroh (ibarat) atau hikmahnya.

Resistance Sentimen Agama

Sebelum Islam saudara kita di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi menganut animisme. Lalu masuk agama Budha dan Hindu datang dari India.

Belakangan islam muncul dan jaya di Samudera (Pasai) kemudian dipantai Utara Jawa dengan kerajaan Demaknya.

Samudera Pasai Aceh, Maluku hingga Fak-Fak, Raja Ampat Papua dan Malaka di Malaysia Islam menjadi penguasa kerajaan.

Islamisasi terbatas hanya di kalangan kerajaan dan para pedagang Pantai Utara Jawa tuntas sebagai Kaum Santri.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Sjumlah daerah di gunung dan pedalaman Jawa, Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi masih percaya dewa dan agama Hindu pengaruh itu kini nyata di Bali.

Rakyat di pedalaman dan di pegunungan belum tersentuh agama secara merata malah dalam perkembangannya sinkretisme. (Gus-Dur, Membangun Demokrasi, 2001).

Lalu mengapa pedagang Timur-Tengah sanggup mengislamkan pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Pesisir Kalimantan, Maluku Utara sehingga kini hampir seluruh mayoritas beragama islam?

Walau tak setuntas Aceh karena itu disini harus digarisbawahi bahwa saudara-saudara kita bukan sepenuhnya muslim santri.

Belanda-Portugis datang cari buah Pala (Maluku) di kawasan ini Islam sedang tumbuh dan dijadikan sebagai alat perlawanan dari penjajah rakus Eropa.

Kaum pribumi dipimpin Ulama lakukan perlawanan terhadap penjajah dan islam sebagai alat pemersatu perlawanan pada penjajah exploitatif kekayaan alam pribumi.

Kekayaan alam India (Asia Barat) dan Asia Tenggara (negeri Muslim) diangkut ke Eropa super makmur dan pribumi jadi miskin.

Hal demikian ini bisa saja terjadi dimana-mana, dan persis seperti itu juga pernah terjadi di Timor Leste kemarin lalu saat mereka berjuang memerdekan diri.

Tokoh utama negara baru itu, Xanana Gusmao, ideologinya sosialisme atau berorientasi ke paham marxisme yang atheistis, Mari’ Al-Katairi seorang muslim keturunan Arab, tapi kita tahu mayoritas rakyat Timor Leste menghormati Uskup Bello Katolik.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Sentiment resintance rakyat Timor Leste Katolik sebagai diferentiator (pembeda). Indonesia mayoritas muslim merampas kemerdekaan rakyat Timor Leste yang Katolik.

Padahal mayoritas suku di pedalaman Timor Leste sesungguhnya dominant kepercayaan tradisi lama.  Mereka masih menganut dan menghayati nilai-nilai lama mereka (animisme).

Invasi TNI/POLRI dibawah Presiden Soeharto di kawasan itu dengan sendirinya percepat proses katolikisasi.

Bukankah demikian di Hindia Belanda (Indonesia) dengan penjajah Portugis dan Belanda membantu proses islamisasi dikalangan penduduk pribumi Indonesia menjadi lebih cepat?

Walaupun proses itu tidak menyeluruh minyisakan beberapa suku seperti suku Badui Banten, Toraja Sulawesi, Anak Dalam, Sumatera dan Dayak Kalimantan belum tersentuh Islam.

Bagaimana Papua?

Sejak penyerahan kekuasaan Belanda dan kontrol atas nasib masa depan bangsa Papua dari tangan Belanda kepada Soekarno oleh PBB tahun 1969 melalui PEPERA, maka secara berangsur tapi pasti Pemerintahan Belanda pulang.

Tapi para misionaris Barat berkebangsaan Belanda dan Amerika masih bertahan didaerah-daerah pedalaman Papua menyebarkan agama sementara dan tidak ikutan angkat kaki dari bumi Papua Barat.

Mereka bangun sekolah dan pos kesehatan agar kelak semua siswa anak-anak Papua dididik secara otomatis dan itu berlangsung hingga dewasa ini. Pengaruh kuat pesisir Utara kebanyakan padat penduduk Pegunungan baru menerima pengaruh Otto-Geisler.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Belanda memperkenalkan Agama Katolik melalui guru-guru dari Key lebih dulu masuk agama itu di Selatan Papua (Merauke).

Namun harus disadari bahwa mayoritas Penduduk Papua Pegunungan Tengah belum secara sempurna dijangkau Belanda dan Missionaris.

Jika demikian faktanya sejak kapan orang Papua menjadi mayoritas agama besar dunia diluar agama penindas penjajah Indonesia?

Jelasnya sejak integrasi dengan Indonesia. Proses agamaisasi Papua bukan agama mayoritas penguasa terus berlangsung kini dan akan berlangsung tahun-tahun datang. Intinya agama dimana saja dan kapan saja dapat dijadikan sprite distingsi, pertahanan diri kaum tertindas dari penindasan penjajah beragama lain.

Agama terbukti dimana-mana ampuh sebagai senjata pertahanan diri dan sarana perlindungan kaum pribumi tertindas berhadapan dengan kolonialisme beragama lain dan itu pernah terjadi dimana-mana. Demikian disini sedang terjadi proses itu bukan? Wallu’alam.

Fakta menunjukkan protes Tanah Papua pada tahun 1999-2000 dan mungkin sampai kini adalah perlawanan para Tokoh agama lebih sebagai semangat perlawanan keagamaan. Para Tokoh agama berada pada barisan terdepan sehingga lebih melihat muslim Indonesia penjajah bangsa Papua.

Patut diingat diingat disini bahwa proses kristenisasi di pedalaman berlangsung masa pemerintahan otoriter Soeharto selama 33 tahun.

Bersambung…

)* Penulis adalah Ketua Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah (FKMPT) Papua

Artikel sebelumnyaPemkab Tambrauw Diminta Cari Solusi untuk KBM Selama Pembatasan Sosial
Artikel berikutnyaBrimob Papua Barat Klarifikasi Operasi Pencarian di Distrik Moskona Barat