Biak Numfor Lawan Malaria

0
2066

Oleh: Pascalina Katalin Sarakan)*

Pendahuluan

Sakit penyakit yang diderita oleh manusia secara eksplisit dapat ditimbulkan dari virus dan kuman atau bakteri yang  proses transmisinya terjadi dari hewan ke manusia. Salah satu hewan yang menjadi sumber sakit penyakit adalah nyamuk. Meskipun tergolong serangga yang kecil namun menjadi sumber malapetaka atau penyebab sakit malaria.

Malaria sendiri merupakan sebutan  bagi  penyakit yang disebakan oleh sengatan atau tusukan nyamuk Anopheles sp. Malaria masih menjadi ketakutan bagi penduduk dunia karena tidak hanya menderita akut tetapi juga sampai kepada kematian jika penanganannya tidak dilakukan secara serius. Penderita malaria tidak  hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak. Malaria dan DBD mempunyai indikasi yang sama namun siklus inkubasi yang berbeda.

Bagi orang awam barangkali akan bertanya “ Dimanakah  bibit malaria dapat tumbuh dan berkembangbiak? Nyamuk hanya dapat tumbuh dan berekspansi di wilayah dengan temperatur di atas rata- rata 20 ºC – 31º C dengan tingkat kelembapan dan pengaruh curah hujan yang tinggi. Artinya mobilitas nyamuk anopheles mencari wilayah- wilayah signifikan di mana ia dapat bertahan hidup dan mereplikasikan dirinya dengan masif. Nyamuk Anopheles sp tidak serta merta dapat hidup dan berkembang di semua wilayah Indonesia secara komprehensif. Hal ini dikarenakan letak geografis dan suhu di wilayah- wilayah di Indonesia yang heterogen.

ads

Inilah mengapa malaria dikategorikan sebagai wabah endemik. Malaria paling banyak ditemukan di wilayah Timur Indonesia yaitu Papua, Maluku dan NTT. Ketiga wilayah ini memiliki suhu panas atmosfir yang memberi peluang bagi nyamuk anopheles untuk tumbuh dan berkembang.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Kelompok usia manakah yang dapat terserang malaria dengan  mudah? Semua kelompok usia dapat terjangkit oleh sengatan nyamuk Anopheles, hanya saja usia anak- anak lebih rentan terhadap penjangkitan malaria. Hal ini dikarenakan sistem imun dan ketahanan tubuh yang belum membentuk antibodi yang baik.

Kasus malaria mengalami kenaikan  setiap tahunnya. Sebagai contoh di Puskesmas Biak Kota Kabupaten Biak Numfor, berdasarkan observasi data ada banyak kasus dugaan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, dikarenakan keluhan dari pasien yang mengarah kepada indikasi malaria. Sebut saja di tahun 2015 ada 4561 kasus dugaan keluhan kepada puskemas Biak kota namun hanya 20 sampel yang terdeteksi positif malaria dengan Plasmodium falciparum 14, Plasmodium vivax 2, nihil  Plasmodium malariae serta Mix 4 sampel. Sedangkan yang tersisa dari data dan lainnya tergolong negatif.

Insiden dan Faktor Resiko

Dalam tulisan ini, kita akan melihat tentang siklus malaria di Puskesmas Biak Kota Kabupaten Biak Numfor berdasarkan validasi data per tahun 2015- 2019.

Pada tahun 2015, jumlah pasien dengan indikasi malaria adalah 4561 namun yang positif adalah 20 orang dengan kalkulasi negatif 4541 orang. Dapat dikatakan bahwa, plasmodium falciparum 14, plasmodium vivax 2, plasmodium malariae 0, Mix 4.Tahun 2016, jumlah 6000, positif 56, negatif 5944, pf 33, pv 13, pm 0, mix 10.Tahun 2017, jumlah 4073, positif 86, negatif 3987 pf 37, pv 38, pm 1, mix 10. Tahun 2018, jumlah 1575, positif 94, negative 1481, pf 33, pv 40, pm 7, mix 14. Tahun 2019, jumlah 1578, positif 60, negatif 1518, pf 25, pv 28, pm 0, mix 7.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Data tersebut di atas belum termasuk jika ada yang tidak datang ke puskesmas maka untuk dilakukan tindakan penanganan. Dapat dikatakan bahwa, penjangkitan malaria terus menanjak hingga di tahun 2016 namun terjadi sedikit penurunan di tahun 2019.

Dapat juga disimpulkan bahwa masyarakat mulai melakukan tindakan pencegahan lebih dini apabila merasakan gejala penyakit malaria. Adapun malaria disertai dengan tanda- tanda yang mengikutinya sehingga warga masyarakat sudah dapat mengantisipasi terlebih dahulu. Setiap orang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dengan melakukan pembersihan lingkungan juga dengan mengoptimalisasikan cara hidup yang benar agar terhindar dari sakit penyakit. Anak- anak sangat cepat  terserang malaria dengan mudah karena ketahanan dan sistem imun tubuh yang belum terbangun dengan baik sehingga belum membentuk antibodi  dengan baik.

Faktor  resiko merujuk kepada faktor  yang mengakibatkan peningkatan kasus malaria. Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang mengakibatkan  terjadinya peningkatan kasus malaria Menurut Helmin, 2006 bahwa Kabupaten Biak Numfor memiliki beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penyebaran malaria yaitu cuaca, iklim, penggalian pasir, penebangan hutan dan tamak yang tidak terurus, ini yang dapat mengakibatkan peningkatan breeding place vektor Anopheles sp.

Faktor yang lain juga yaitu faktor meteorologist, perkembangan alur irigasi,perubahan hutan yang sering kali mempengaruhi breeding place larva Anopheles sp. dan dinamika transmisi malaria. Selain itu juga dari faktor kesehatan,pola perpindahan penduduk,status sosial ekonomi dan perilaku penduduk juga yang berkaitan erat dengan kejadian  kasus malaria ini dapat mengakibatkan kasus malaria semakin tinggi.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Strategi Pengendalian Vektor

Untuk mengatasi kasus malaria yang ada di Kabupaten Biak Numfor,maka dapat dilakukan strategi pengendalian vektor.

Strategi pengendalian vektor (larva) dapat dilakukan berupa penimbunan kolam atau genangan air, penebaran ikan  predator larva(rawa, sungai, danau, tambak), melakukan gerakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur), pengaturan aliran air, menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air, menghindari penanaman tanaman berair, pemetaan perindukan vektor dan pemanfaatan tanaman yang berfungsi sebagai biolarvasida (untuk membunuh larva Anopheles sp.), beberapa strategi ini dapat dilakukan untuk mengurangi breeding place vektor.

Sedangkan pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan penggunaan kelambu  berinsektisida, penanaman daun serei dan tanaman zodia untuk mengusir nyamuk karena aroma yang wangi yang membuat nyamuk merasa terganggu(Kardinan,2003).

)* Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

Referensi

  • Helmin Rumbiak, Onny Setiani, Mursid Raharjo.2006.Analisis Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Malaria di Kecamatan BiakTimur Kabupaten Biak-Numfor Papua. Vol.5 No.2 Oktober 2006.
  • Kardinan, Agus. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Argomedia Pustaka.
  • Rekapan Laporan  Data Malaria .Puskesmas Biak Kota. 2015-2019.

Artikel sebelumnyaProyek Pembebasan Pemikiran
Artikel berikutnyaVIDEO: Ketua MUI Papua Kecam Ucapan Rasis kepada Natalius Pigai