Orang Papua Diajak Teruskan ‘Gerakan Tungku Api’ Gagasan Mgr John Saklil

0
1410

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Mgr. John Philip Saklil Pr wafat pada 3 Agustus 2019, kini tepat setahun meninggalkan masyarakat Papua khususnya umat Katolik di Keuskupan Timika.

Seperti dilansir seputarpapua.com, Umat Katolik memperingati setahun kepergian Mgr. John Saklil melalui perayaan misa di area pusara mendiang Uskup Timika itu, tepat di belakang Kantor Keuskupan Timika, Senin (3/8).

Misa mengenang setahun kematian uskup pertama Keuskupan Timika ini dipimpin Pastor Marthin Kuayo Pr selaku Administrator Diosesan Keuskupan Timika, juga dihadiri para rohaniawan dan paea tokoh umat Katolik di Timika.

Pastor Marthin, yang juga merangkap Vikaris Jenderal Keuskupan Timika mengajak umat Katolik Keuskupan Timika agar meneruskan ‘Gerakan Tungku Api’, sebuah seruan moral mendiang Mgr. John Saklil semasa hidup.

‘Gerakan Tungku Api’ merupakan gerakan untuk menyelamatkan umat dan masyarakat secara keseluruhan dengan memanfaatkan potensi alam yang ada untuk dikembangkan demi keberlanjutan hidup.

ads

“Kami mengajak umat Katolik untuk terus melanjutkan gerakan tungku api kehidupan yang dirintis dan digagas oleh Bapak Uskup John Saklil,” kata Pastor Marthin.

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

Ia mengatakan, Mgr. John Saklil yang meninggal dunia pada Sabtu 3 Agustus 2019 telah meletakkan dasar yang kokoh bagi pembangunan iman umat Katolik Keuskupan Timika.

“Kami hanya melanjutkan program-program dan kebijakan yang telah dirintis oleh bapak Uskup John Saklil,” katanya.

Pastor Marthin menyadari tantangan besar dalam tugas pemimpin gereja lokal, yaitu wilayah yang sangat luas terbentang dari sisi selatan Pulau Papua berhadapan dengan Laut Arafura, hingga sisi utara Pulau Papua berhadapan dengan Samudra Pasifik.

Selain itu, katanya, medan tugas di Keuskupan Timika terutama di daerah pedalaman sangat sulit dan menantang, meski gereja harus hadir melayani umat yang hidup terpencar-pencar di wilayah pegunungan, lembah, dataran rendah, pesisir, rawa dan lainnya.

“Kami juga dihadapkan pada kesulitan keterbatasan tenaga pastoral. Namun bagaimanapun tantangan yang dihadapi, gereja harus tetap berdiri kokoh untuk mewartakan sabda Allah kepada semua orang,” kata dia.

Wakil Bupati Johannes Rettob mewakili Pemkab Mimika dan seluruh masyarakat menyampaikan terima kasih atas dukungan dan kerjasama Mgr. John Saklil semasa hidup dalam membangun masyarakat asli Papua terutama suku Amungme dan Kamoro, dua suku asli di Kabupaten Mimika.

Baca Juga:  Tak Patuhi Aturan, 38 Anggota PPD di Intan Jaya Diberhentikan Sementara

Wabup John mengisahkan, Keuskupan Timika terbentuk pada 2004 terus bahu-membahu dengan Pemkab Mimika yang juga baru menjadi kabupaten defenitif pada 2001.

Di samping itu pula, Keuskupan Timika banyak bekerjasama dengan PT. Freeport Indonesia, Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) yang kini berubah nama menjadi YPMAK.

Melalui Koperasi Maria Bintang Laut, kata Wabup John, Keuskupan Timika membina masyarakat nelayan Suku Kamoro yang hidup di wilayah pesisir untuk mulai menabung dan menggunakan uang dari hasil penjualan ikan sehingga bisa menyekolahkan anak-anak.

Demikian pun melalui kerja sama dengan Freeport, Keuskupan Timika menyediakan sarana transportasi seperti bus dan perahu motor untuk mengangkut masyarakat ke pedalaman.

“Bahkan Mgr John Saklil sendiri sampai akhir hayatnya merupakan Direktur Yayasan AMA yang mengoperasikan pesawat ke berbagai wilayah pedalaman di Papua,” kata John.

Baca Juga:  Heboh! Banyak Bangkai Babi di Mimika Dibuang ke Aliran Sungai

Tak luput Wabup John mengakui ‘Gerakan Tungku Api’ yang digagas mendiang Mgr John Saklil memiliki pengaruh kuat untuk mengubah mental masyarakat lokal yang selama ini menjual lahannya kepada orang lain.

Gerakan ini lahir dari keprihatinan ketika masyarakat lokal sendiri tidak lagi memiliki lahan karena habis dijual, dikuasai, bahkan mereka berujung hidup terkatung-katung tanpa memiliki rumah tinggal.

Gerakan Tungku Api kini menjadi ruh utama kebijakan Majelis Rakyat Papua (MRP) dan DPR Provinsi Papua untuk menyelamatkan masyarakat asli dari arus perubahan zaman yang menuntut kompetisi tinggi dalam berbagai bidang.

Menurut John, gerakan tungku api terutama terkait pengelolaan tanah masyarakat, itu ditekankan agar tidak boleh hidup dari menjual tanah tapi harus hidup dari mengelola tanahnya itu sendiri.

“Gagasan beliau ini merupakan sumbangsih yang sangat besar untuk memproteksi masyarakat asli Papua agar mereka tidak tergerus oleh arus perubahan zaman,” kata John. (*)

 

SUMBERSeputar Papua
Artikel sebelumnyaMusisi Papua Ajak Masyarakat Jaga Alam 
Artikel berikutnyaEvaluasi Otsus Akan Dilakukan Secara Ilmiah Sesuai Aspirasi Rakyat Papua