Tanjung Mokaikagoo di Puuyai, kampung Widimei, distrik Tigi Barat, kabupaten Deiyai, terendam air luapan Danau Tinggi hingga setinggi badan orang dewasa baru-baru ini mengakibatkan kendaraan roda dua dan empat sulit melintasi seperti biasanya. (Dok. Domin Badii)
adv
loading...

WAKEITEI, SUARAPAPUA.com — Sejak tiga pekan lalu sebagian ruas jalan raya di distrik Tigi Barat, kabupaten Deiyai, Papua, terendam air luapan Danau Tigi. Kebun-kebun milik warga setempat juga tak luput.

Donatus Ukago, tokoh masyarakat di distrik Tigi Barat, menjelaskan, meluapnya air danau ini lantaran hujan lebat berkepanjangan sejak bulan Mei 2020 lalu.

“Setiap hari lalu selalu hujan terus sejak tiga bulan lalu, jadi air danau ini naik sampai kebun-kebun terendam. Termasuk beberapa rumah juga, hanya belum pastikan jumlahnya dan berapa kerugian dari awal,” jelasnya kepada suarapapua.com, Rabu (26/8/2020) sore.

Banyak kampung di distrik Tigi Barat yang terkena air luapan antara lain Gakokebo, Widimei, Puduu, Dedoutei, Aiyatei, Yipai, Diyai, Kogemani, Meiyepa dan Oneibo. Juga di distrik Tigi, terutama Kampung Okomokebo, Ikiyauwo, Kopakagopa, Wakeitei, Atouda, Bomou dan Wakeitei.

“Sasarannya hampir semua perkampungan yang ada di pinggir danau Tigi,” kata Ukago.

ads

Akibat lahan perkebunan dilanda air danau, ia akui, pemilik kebun gagal panen. Kebun yang dipanen pun hasilnya mengecewakan.

“Tanaman di kebun rusak. Gali petatas juga sudah membusuk karena terkena air,” urainya.

Jalan Raya Terendam

Pantauan suarapapua.com, tidak hanya kebun dan rumah, luapan air danau ini juga menenggelamkan beberapa ruas jalan raya. Itu terlihat di Puuyai, kampung Widimei hingga tanjung Momaikagoo. Seterusnya dari Puduu hingga tanjung Ukagoo terendam air setinggi betis kaki orang dewasa.

Baca Juga:  Freeport Setor Rp3,35 Triliun Bagian Daerah atas Keuntungan Bersih 2023

Kondisi lebih parah di Ukagoouda sampai Dedoutei. Di sana ketinggian air mencapai satu meter.

“Dari tanjung Ukagoo sampai Dedoutei airnya belum surut. Motor tidak bisa lewat,” kata Mikael Weneiti Tekege, tokoh pemuda distrik Tigi Barat.

Jalan raya yang saban hari biasa dilewati dengan kendaraan roda dua maupun empat terendam air setinggi paha orang dewasa, ia terpaksa kembali ke ibukota kabupaten Deiyai.

“Tiga hari lalu saya kembali dari Ukagouda. Terpaksa dua hari bermalam di Wakeitei,” kata Tekege.

Luapan air Danau Tigi menenggelamkan beberapa ruas jalan raya, seperti terlihat di Dedoutei, kampung Aiyatei, distrik Tigi Barat. (Dok. Domin Badii)

Curah hujan dengan intensitas tinggi di kawasan pedalaman Meepago sejak tiga bulan lalu diprediksi air luapan belum segera surut. Karena itulah perlu perhatian dari pemerintah daerah.

“Air danau Tigi meluap sejak beberapa pekan lalu, sasarannya kebun-kebun dan perumahan warga, serta jalan raya. Pemerintah daerah harus segera buka mata melihat kondisi ini, setidaknya dengan melakukan penimbunan jalan raya,” ujar Domininggus Badii, salah satu tokoh intelektual muda di kabupaten Deiyai.

Ia khawatirkan jika dibiarkan, luapan air danau akan terus meningkat dan berdampak pada arus transportasi darat dari dan ke wilayah distrik Tigi Barat.

Baca Juga:  Ini Keputusan Berbagai Pihak Mengatasi Pertikaian Dua Kelompok Massa di Nabire

“Dinas Pekerjaan Umum dan BPBD harus segera turun lihat kondisi di beberapa titik yang sudah terendam air,” pintanya.

Hingga berita ini dibuat, Suara Papua belum berhasil konfirmasi kepala dinas PU dan BPBD kabupaten Deiyai.

Longsor Terjang Belasan Rumah

Selain meluapnya air danau Tigi, musim hujan akhir-akhir ini juga berpotensi terjadi longsor.

Di Kampung Pekepa, distrik Tigi Timur, kabupaten Deiyai, belasan rumah terbenam dalam tanah longsoran.

Derik Pinibo, tokoh intelektual muda asal kampung Pekepa, mengabarkan, kejadian berawal setelah diguyur hujan lebat semalam, menyebabkan longsor di beberapa titik.

“Longsor terjadi pada tanggal 24 Juli lalu. Saya mendata, ada tiga belas rumah warga hancur terbawa longsor. Rumah itu milik 10 kepala keluarga,” kata Derik.

Ternak piaraan mereka, imbuh dia, turut hanyut air dan langsong. “Ada ternak babi dan ayam.”

Warga Kampung Pekepa sedang menanti perhatian dari pemerintah daerah, seperti halnya warga Kampung Maatadi dan Kampung Demago di distrik Tigi Barat.

BPBD Turunkan Bama

Kali Debei yang meluap sejak 9 Juli 2020 hingga menghancurkan kebun-kebun warga dua kampung telah mendapat perhatian serius dengan menurunkan bantuan tanggap darurat berupa bahan makanan (bama).

Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

Diberitakan media ini sebelumnya, 70 kepala keluarga (KK) di wilayah Debei menerima bantuan bama yang diserahkan langsung Beatus Waine, sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Deiyai.

Bantuan disalurkan BPBD Deiyai, Jumat (7/8/2020) di kampung Digibagata, Debei, distrik Tigi Barat.

Beatus Waine, sekretaris BPBD Deiyai, saat secara simbolis menyerahkan bantuan bahan makanan dari Pemkab Deiyai, Jumat (7/8/2020) di kampung Digibagata, Debei, distrik Tigi Barat, Deiyai. (Dok. BPBD Deiyai)

“Kami terima laporan dan sudah turun lihat sekaligus mendata, sehingga ada bantuan dari pemerintah daerah,” kata Waine didampingi sejumlah stafnya saat tatap muka dengan warga Debei, .

Meski tidak banyak, ia berharap bantuan bama bisa mencukupi kebutuhan keluarga yang terdampak banjir.

Banjir di Bouwobado

Sebelum itu, Pemkab Deiyai juga menyalurkan bantuan bagi korban banjir di kampung Kali Putih dan kampung Mudetadi, distrik Bouwobado.

Bantuan diserahkan Bupati Ateng Edowai didampingi Ketua DPRD Petrus Badokapa dan sejumlah pejabat daerah.

Awalnya, Naftali Magai, anggota DPRD Deiyai dari distrik Bouwobado, melaporkan adanya kejadian banjir yang melanda dua kampung di KM 12 Jalan Trans Timika-Deiyai itu.

Rumah-rumah warga, menurut dia, terhanyut banjir. Beberapa bagian Jalan Trans juga hancur.

Naftali kemudian mengajak warga setempat membuka lokasi perkampungan baru. Katanya, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan fatal di kemudian hari.

Pewarta: Markus You

Artikel sebelumnyaTAPOL Rilis Ringkasan Gerakan West Papua Melawan 2019
Artikel berikutnyaPemkot Sorong Diminta Perhatikan Jalan Rusak di Pasar Remu