BeritaKomnas HAM Diminta Investigasi Kematian Dua Pendeta di Papua

Komnas HAM Diminta Investigasi Kematian Dua Pendeta di Papua

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Dewan Adat Wilayah (DAW) Meepago meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Papua bersama DPRP dan MRP untuk segera melakukan investigasi atas kasus kematian dua pendeta dalam seminggu terakhir.

Hal tersebut dikemukakan Koordinator Dewan Adat Wilayah Meepago, Okto Marco Pekei ketika dihubungi suarapapua.com, Jumat (25/9/2020).

Menurutnya, pihaknya sangat menyesal tindakan kekerasan yang menimpa pendeta Yeremias Zanambani di Intan Jaya dan Alfred Degei di Nabire.

Setelah kematian Yeremias Zanambani di Intan Jaya, jelang tiga hari kemudian ditemukan Alfred Degei yang terbaring dalam keadaan tak bernyawa di belakang Gereja Katolik St. Yosep SP II Nabire.

Baca Juga:  Komnas HAM RI Didesak Selidiki Kasus Penyiksaan Warga Sipil Papua di Puncak

“Kami DAW Meepago mendesak Komnas HAM perwakilan Papua, DPRP dan MRP untuk melakukan investigasi atas dua kasus ini. Dan kami meminta kejujuran dari pihak pelaku, karena kejujuran merupakan awal dari pertanggungjawaban. Sehingga, kasus ini tidak menjadi kasus misterius,” katanya.

Terkait penembakan pendeta Yeremias Zanambani, kata dia, muncul kesan adanya saling melempar pelaku. Namun, tentu ada saksi mata dan keluarga pun pasti tahu, siapa yang melakukan penembakan hingga hamba Tuhan ini tewas.

Baca Juga:  Jawaban Anggota DPRP Saat Terima Aspirasi FMRPAM di Gapura Uncen

“TPNPB-OPM katakan pelakunya adalah aparat keamanan, sebaliknya aparat keamanan katakan TPNPB-OPM, sehingga tidak ada pihak yang mengaku siapa pelakunya,” ujarnya.

Pekei berharap dengan adanya investigasi atas kedua kasus tersebut, bisa ditemukan fakta-fakta di lapangan.

Dikutip dari Tempo, Ketua Departemen Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan Gereja Kingmi Papua, Yones Douw, menuturkan jenazah Alfred ditemukan setelah menghilang selama satu malam.

“Terdapat tiga luka di bagian kepala dan mengeluarkan darah cukup banyak,” kata Yones kepada Tempo, kemarin.

Baca Juga:  Mahasiswa Papua Minta Presiden Jokowi Copot Jabatan Pangdam XVII/Cenderawasih

Sementara itu, Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Beka Ulung Hapsara, mendorong keluarga Alfred dan gereja untuk melakukan autopsi.

“Harus ada penilaian profesional dari ahli medis untuk mengetahui penyebab kematian Alfred,” ucap Beka.

Komnas HAM juga mendesak kepolisian untuk menyelidiki kasus ini jika ditemukan ada tanda-tanda kekerasan. Apalagi peristiwa tersebut hanya berselang tiga hari setelah penembakan terhadap pendeta Yeremia di Intan Jaya.

 

Pewarta: Yance Agapa

Terkini

Populer Minggu Ini:

ULMWP: Aneksasi Papua Ke Dalam Indonesia Adalah Ilegal!

0
Tidak Sah semua klaim yang dibuat oleh pemerintah Indonesia mengenai status tanah Papua sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena tidak memiliki bukti- bukti sejarah yang otentik, murni dan sejati dan bahwa bangsa Papua Barat telah sungguh-sungguh memiliki kedaulatan sebagai suatu bangsa yang merdeka sederajat dengan bangsa- bangsa lain di muka bumi sejak tanggal 1 Desember 1961.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.