Hamba Tuhan di Tanah Papua Tak Boleh Dukung Otsus Jilid II

0
1844

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Para Hamba Tuhan di Tanah Papua diingatkan tetap pada tugas pelayanan sesungguhnya yakni melindungi dan menyuarakan derita umatnya, bukan terlibat dalam kegiatan-kegiatan terselubung dengan agenda pembahasan Otonomi Khusus (Otsus) Jilid II.

“Banyak Hamba Tuhan di Tanah Papua, entah pastor, pendeta maupun haji, yang sudah menyakiti hati umat Tuhan dengan mengikuti kegiatan kolonial Indonesia atas nama agama dan umat Tuhan. Mereka harus stop terlibat dalam urusan politik,” ujar Berinus Mirip, mewakili pemuda dan pemudi Jemaat Sion Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Taruna Sosial, Sentani, Jayapura, Minggu (18/10/2020).

Ia mengaku, sebelumnya Gembala Jemaat Gereja Sion ikut terlibat dalam pembahasan Otsus Jilid II di Hotel Horizon Kotaraja yang diselenggarakan oleh DPD Lembaga Pengawasan Reformasi Indonesia (LPRI) Provinsi Papua, Senin (12/10/2020).

Baca Juga:  Freeport Indonesia Dukung Asosiasi Wartawan Papua Gelar Pelatihan Pengelolaan Media

“Hamba Tuhan atau tokoh-tokoh Gereja stop terlibat dalam urusan politik. Ingat, tugasnya menjaga dan melindungi umat manusia. Hamba Tuhan harus bicara kemanusiaan, keadilan dan kebenaran. Biarkan MRP, DPRP dan lain-lain yang bicara Otsus, jangan Gereja,” tegasnya.

Berinus juga minta Gereja menyuarakan pendeta dan gembala yang ditembak mati di Nduga dan Intan Jaya.

ads

“Yang wajib dilakukan oleh Hamba Tuhan di Tanah Papua adalah bentuk tim dari gereja untuk suarakan dan tuntut negara agar pendeta yang dibunuh di Nduga, pendeta dan gembala yang dibunuh oleh TNI/Polri di Intan Jaya. Bicara untuk umat Tuhan yang dibantai, dibunuh, disiksa, yang mengungsi dimana-mana. Bukan jalan bicara Otsus, urus politik. Harus bicara kepentingan domba-dombanya. Jadilah hamba yang benar teladani Yesus, jangan jadi hamba uang,” tandasnya.

Baca Juga:  Dua Anak Diterjang Peluru, Satu Tewas, Satu Kritis Dalam Konflik di Intan Jaya

Senada, Karlus Namiangge, pendiri dan tokoh Gereja Sion Taruna, mengingatkan para Hamba Tuhan di Gereja agar paham dengan tujuan didirikannya gereja.

“Kemarin saya yang suruh adik-adik tutup gereja, karena kami punya gembala ikut kegiatan perpanjangan Otsus. Gereja ini milik kita semua, jadi harus semua jemaat bicara. Makanya, saya bilang hari Minggu baru bicaranya,” kata Namiangge.

Gereja ini menurutnya sejak awal hendak didirikan di Nafri, tetapi karena tempatnya tertutup, akhirnya dibawa ke Sentani dengan harapan semua suku dan daerah terlibat.

“Supaya anak-anak kami belajar di sini, melayani di sini, lalu turun di daerah. Jadi, gereja ini bukan untuk urus politik dan lain-lain. Gembala harus tahu jemaat di sini ada dari Nduga, Lani, Intan Jaya dan Puncak. Kami ini korban dari dulu sampai sekarang, jadi jangan lagi ikut-ikut kegiatan kolonial,” tegasnya lagi.

Baca Juga:  Jelang Idul Fitri, Pertamina Monitor Kesiapan Layanan Avtur di Terminal Sentani

Sementara itu, Pdt. Naftali Modouw, gembala jemaat Sion, meminta maaf sembari berjanji tak akan lagi ulangi perbuatannya.

“Pada kesempatan ini saya minta maaf kepada semua jemaat dan saya berjanji bahwa tidak lagi melukai hati jemaat,” ujarnya.

Naftali mengaku dijebak oknum tertentu untuk mendukung Otsus Jilid II.

“Setelah saya pelajari materi yang diberikan, saya lihat di situ kami diarahkan bahwa penolakan Otsus itu hanya opini yang dibangun oleh beberapa orang, bukan semua orang Papua. Maka saya hanya bicara netral saja di forum itu. Dan saya hanya sampaikan pesan-pesan kenabian bahwa kita harus jujur kepada semua orang, maka di situ kita akan lihat kebenarannya,” tutur Naftali.

Pewarta: Yanuarius Weya
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaHMKY Rayakan Dies Natalis ke-XI, Alitnoe: Kita Jaga Persaudaraan
Artikel berikutnyaMRP dan DPRP yang Memiliki Wewenang Melakukan Evaluasi Otsus