JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Yayasan Hano Wene yang bergerak di bidang pendidikan menyalurkan bantuan buat anak-anak sekolah pengungsi Nduga di Wamena, kabupaten Jayawijaya.
Kepada anak-anak pengungsi Nduga, Yayasan Hano Wene berikan buku bacaan dan pakaian layak pakai.
“Kami menyediakan dan mendistribusikan buku layak baca untuk daerah pedalaman di Papua dan Maluku. Sekarang kami kasih sama anak-anak Nduga di sini,” kata Neas Wanimbo, ketua Yayasan Hano Wene di tempat pengungsian, Kimbim, Kamis (11/2/2021) lalu.
Neas menerangkan, tim yang terlibat dalam pergerakan di setiap kota dan kabupaten adalah mahasiswa dan anak-anak muda. menurutnya, mereka bekerja secara sukarela dengan rasa kepedulian terhadap kondisi pendidikan saat ini di Tanah Papua.
“Melihat kondisi saudara-saudara pengungsi dari Nduga, kami dari Hano Wene tergerak hati untuk melakukan penggalangan pakaian bekas yang layak pakai di Jakarta. Hasilnya kami serahkan sekarang,” jelasnya.
Meski selama ini berfokus pada isu pendidikan, tetapi menurut Wanimbo, yayasan yang dipimpinnya juga membantu menyalurkan pakaian layak pakai.
“Pakaian ini kami dapat donasi dari komunitas dan gereja di Jakarta.”
Karena itu, pihaknya tak lupa ucapkan terima kasih kepada berbagai komunitas dan gereja di Jakarta yang telah mendonasikan bagi anak-anak Nduga melalui Yayasan Hano Wene.
“Kami dari tim Hano Wene ingin berterima kasih kepada gereja dan komunitas di Jakarta yang sudah donasikan pakaian yang layak pakai untuk dewasa dan anak kecil. Pakaiannya sudah sampai kepada mereka yang membutuhkan yaitu pengungsi dari kabupaten Nduga,” kata Neas.
Ia atas nama Yayasan Hano Wene Wamena berharap masih konsisten mendukung anak-anak Papua meraih mimpinya di masa mendatang.
“Harapan kami kedepannya bisa dukung mereka, terutama untuk anak-anak kecil agar mereka bisa mengenyam pendidikan yang layak seperti anak-anak lainnya.”
Sementara itu, Raga Kogeya, salah satu relawan pengungsi Nduga menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Hano Wene, gereja dan komunitas di Jakarta yang turut mendonasikan pakaian.
“Kami tidak bisa balas, tetapi hanya Tuhan yang akan membalas semua kebaikan dengan hati nurani kalian.”
Selain di kabupaten Jayawijaya, warga pengungsi dari kabupaten Nduga, menurut Raga, saat ini tersebar di kabupaten lain, antara lain Asmat, Mimika, Lanny Jaya, dan kabupaten Puncak.
“Kami melayani warga pengungsi dengan apa adanya. Harapan kami, berbagai pihak bisa menyuarakan kondisi yang dihadapi warga Nduga. Kondisi pendidikan di pengungsian, ada 2000 lebih anak dari 11 distrik, semua tidak sekolah. Sampai hari ini tidak mendapat akses pendidikan, ya karena ada banyak faktor yang membatasi mereka untuk bisa bersekolah,” tuturnya.
Tim relawan memang telah mendirikan sekolah darurat. Hanya saja, kata dia, Pemkab Nduga tak memberikan izin operasional di pengungsian.
“Kami sudah buka sekolah darurat untuk anak-anak bisa sekolah, tetapi pemerintah Nduga tidak kasih izin untuk buka sekolah di lokasi pengungsian, padahal anak-anak ini sangat membutuhkan pendidikan,” keluh Raga.
Pewarta: Agus Pabika
Editor: Markus You