JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Dame Meg Taylor, Sekretaris Umum Forum Kepulauan Pasifik (PIF) kembali angkat soal HAM Papua di sidang Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Segmen Tingkat Tinggi Sidang Reguler ke-46 pada tanggal 24 Februari 2021 yang dilangsungkan melalui virtual.
Dame Meg Taylor mengatakan, konflik kekerasan dan pelanggaran HAM di Papua Barat telah menjadi perhatian Para Pemimpin Forum Kepulauan Pasifik selama lebih dari 20 tahun. Menurutnya, pada tahun 2016, soal ini menjadi item agenda tetap untuk pertemuan pemimpin PIF.
Fokus Pemimpin Forum Pasifik di Papua Barat telah tepat pada hak asasi manusia – menyerukan kepada semua pihak untuk melindungi dan menjunjung tinggi hak asasi manusia bagi semua penduduk, dan bekerja untuk mengatasi akar penyebab konflik dengan cara damai.
Katanya, dalam beberapa tahun terakhir, eskalasi ketegangan dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia di kedua sisi, terutama terhadap warga sipil yang tidak bersalah, telah memperdalam kekhawatiran kolektif para pemimpin Pasifik.
“Ketika Para Pemimpin kami bertemu di Tuvalu dua tahun lalu, mereka menyambut baik undangan Pemerintah Indonesia untuk misi Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia ke Papua Barat. Hal itu sangat mendorong kedua belah pihak untuk menyelesaikan waktu kunjungan. Para pemimpin juga menyerukan laporan berbasis bukti tentang situasi di Papua Barat yang akan diberikan sebelum pertemuan mereka berikutnya.”
“Oleh sebab itu kami menyerukan kepada anggota dewan terkemuka untuk mendorong semua pihak terkait agar segera menfasilitasi misi Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB ke Papua Barat.”
Hal itu juga sama seperti soal perubahan iklim dan tantangan terkait lainnya terhadap situasi di daerah biru Pasifik. “Termasuk pandemi Covid-19 tidak boleh menghalangi upaya kita untuk mengatasi masalah yang paling kritis,” tukas Taylor yang tidak lama posisi Sekjen di PIF akan diganti.
Selain fokus tentang soal pelanggaran HAM di West Papua, Taylor juga berbicara terkait persoalan yang dihadapi Negara-negara Pasifik, yaitu soal Covid-19 dan perubahan iklim.
Pewarta: Elisa Sekenyap