ArtikelPemerintah Kabupaten Deiyai Jangan Tutup Mata Melihat Pelajar dan Mahasiswa

Pemerintah Kabupaten Deiyai Jangan Tutup Mata Melihat Pelajar dan Mahasiswa

Oleh: Donatus Mote)*
)* Penulis adalah guru di salah satu sekolah menengah atas di kabupaten Deiyai

Selama satu minggu kemarin, saya kunjungi beberapa kota studi di luar Papua dalam rangka menyelesaikan urusan pribadi saya. Dari beberapa kota yang saya kunjungi, ternyata di sana ada banyak pelajar dan mahasiswa Deiyai yang sedang berstudi.

Begitu saya tiba di kota Semarang, provinsi Jawa Tengah, saya berkeinginan untuk mengunjungi kontrakan Deiyai. Saya menghubungi pengurus organisasi Deiyai supaya bisa arahkan ke kontrakan Deiyai. Setelah tiba, saya lihat di kota Semarang ada banyak mahasiswa-mahasiswi Deiyai yang sedang berpendidikan di berbagai universitas. Tetapi, sayang sekali, karena di Semarang hanya ada satu kontrakan kecil yang terdiri dari 3 atau 4 kamar saja. Di rumah kontrakan kecil itu, laki-laki dan perempuan bagi kamar. Sebuah keterpaksaan yang harus dilakukan agar ada tempat tinggal bagi semua anak asal Deiyai. Ya, mereka tinggal satu kamar lebih dari 5 orang.

Melihat kenyataan demikian, muncul pertanyaan dalam diri saya: apakah ini bisa dikatakan sebagai rumah kontrakan yang layak?. Apakah ini aset pemerintah kabupaten Deiyai yang harus dibanggakan?.

Hal yang paling sedih juga ternyata ada di kota studi Malang, provinsi Jawa Timur. Juga di kota studi Makassar, provinsi Sulawesi Selatan.

Di kota studi Malang, sama sekali tidak ada kontrakan Deiyai. Para pelajar dan mahasiswa asal Deiyai di kota Malang terpaksa harus numpang di beberapa kontrakan milik kabupaten lain. Ini sesuatu yang memalukan, seharusnya tidak boleh terjadi seperti ini. Wilayah Tigi sudah menjadi kabupaten Deiyai, bukan lagi status distrik. Mestinya pemerintah daerah bisa memperhatikan dengan serius generasi masa depan Deiyai.

Beberapa hari kemudian, saya ke kota Makassar. Saya menelepon salah satu mahasiswa Deiyai. Saya minta alamat kontrakan Deiyai di kota studi Makassar. Sayang sekali, katanya kontrakan Deiyai sudah bubar alias sudah tidak ada kontrakan Deiyai lagi. Anak-anak emas Deiyai yang adalah generasi penerus masa depan Deiyai itu diusir pemilik rumah karena pemerintah daerah tidak memperpanjang masa kontrakan.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Masih dalam perbincangan melalui telepon itu, saya bertanya: adik-adik pelajar dan mahasiswa asal Deiyai di kota Makassar selama ini tinggal dimana?. Adik itu menjawab, “kami numpang di kontrakan-kontrakan milik kabupaten tetangga. Ada sebagian tinggal di asrama kabupaten Intan Jaya, ada sebagian lain tinggal di asrama atau kontrakan Dogiyai dan Paniai. Terus, beberapa lainnya di asrama Papua.”

Sekitar Pukul 19.30 WIT, saya menemui adik-adik pelajar dan mahasiswa Deiyai di teras asrama Papua di Makassar. Mereka mulai menceritakan seluruh perjalanan hidup di tanah rantauan yang sudah dibiarkan oleh pemerintah kabupaten Deiyai.

Dari pengakuan mereka, sebenarnya di kota studi Makassar ada asrama Deiyai. Tetapi pembangunan asrama itu dibiarkan begitu saja tanpa dilanjutkan proses pembangunannya. Sudah hampir 7 tahun asrama itu tidak dilanjutkan pembangunan sampai selesai.

Kita bisa lihat di gambar, gedung asrama hanya ditutup atap dengan seng, sementara yang lainnya masih kosong.

Gedung asrama mahasiswa Deiyai di Makassar yang sudah tujuh tahun belum dikerjakan hingga tuntas. (Ist.)

Nasib yang nyaris sama juga dialami oleh pelajar dan mahasiswa di kota studi Jayapura. Sampai hari ini mereka belum punya rumah kontrakan apalagi asrama. Gedung asrama yang terletak di Kamkey-Abepura itu masih belum diselesaikan. Padahal, gedung tersebut mulai dibangun sejak 11 Oktober 2011, sudah 10 tahun yang lalu.

Beberapa mahasiswa Deiyai dari kota studi Jayapura datang ke Deiyai melakukan aksi damai minta perhatian pemerintah daerah terhadap bangunan asrama yang sudah cukup lama dibiarkan itu. Namun sayang sekali, hingga hari ini belum ada respons positif dari pemerintah daerah. Ini fakta yang menyedihkan, bahkan fatal.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Apakah Kita Tidak Pernah Malu?

Melihat kenyataan hidup para pelajar dan mahasiswa Deiyai di beberapa kota studi di Indonesia, pemerintahan daerah sebagai orang tua, apakah tidak merasa malu melihat anak-anak kita di kota rantauan yang sedang terlantar karena tiadanya tempat tinggal?.

Pelajar dan mahasiswa dari kabupaten lain mereka disiapkan kontrakan bahkan asrama dari pemerintah daerah, sementara pelajar dan mahasiswa dari Deiyai hidup menumpang di kontrakan dan asrama milik pemerintah daerah lain.

Sekali lagi, apakah kita sebagai orang tua tidak merasa malu?.

Bangunan asrama mahasiswa Deiyai di kota studi Jayapura yang dikerjakan sejak tahun 2011 hingga kini belum diselesaikan. (Dok. FKM-KD)

Apakah Kita Sudah Buta Melihat Mereka?

Dalam berbagai forum, selalu dibicarakan bahwa harus siapkan sumber daya manusia (SDM) untuk kabupaten Deiyai agar kedepan Deiyai bisa dilanjutkan oleh anak-anak kita saat ini. Tetapi, mana buktinya?. Sebab, faktanya tempat tinggal untuk pelajar dan mahasiswa saja belum bisa disiapkan?. Apakah kita sudah buta melihat pelajar dan mahasiswa yang hidup bagaikan anak ayam kehilangan induknya di tanah orang sana.

DPRD, Mana Suaramu?

Berulangkali masyarakat bahkan pelajar dan mahasiswa ikut bertepuk tangan melihat hadirnya deretan figur terbaik duduk di kursi Legislatif Deiyai. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang terpilih dan dilantik mewakili rakyat lima distrik di kabupaten Deiyai.

Kami bertepuk tangan karena kami yakin DPRD akan lanjutkan aspirasi kami, akan bersuara untuk kami dan akan berjuang untuk kami. Tetapi hari ini banyak kota studi di seluruh Indonesia belum ada rumah kontrakan dan asrama untuk pelajar dan mahasiswa Deiyai.

Adik-adik kita di beberapa kota studi sedang terlantar karena tidak ada asrama ataupun rumah kontrakan. Mana suara dari DPRD untuk pelajar dan mahasiswa?. Mana usaha dari DPRD untuk pelajar dan mahasiswa Deiyai?. Kenapa diam terus, sementara pelajar dan mahasiswa Deiyai di beberapa kota studi bertahan hidup dengan cara menumpang di rumah milik kabupaten lain?. Kapan mau bicara untuk kepentingan generasi masa depan Deiyai di setiap kota studi?.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Dinas Sosial Deiyai

Kita ketahui bahwa sebelumnya dana pendidikan (Tugas Akhir) dan dana pemondokan ditangani oleh Dinas Pendidikan kabupaten Deiyai. Di pemerintahan yang baru, dana TA dan pemondokan diatur oleh Dinas Sosial.

Pertanyaannya: apa yang sudah dilakukan selama ini, sampai di beberapa kota studi masih belum ada asrama, minimal rumah kontrakan?. Lantas, dikemanakan dana pemondokan yang telah dialokasikan dalam sidang anggaran itu?. Karena kenyataannya sampai saat ini para pelajar dan mahasiswa masih terlantar di kota studi.

Penulis serahkan bantuan bahan makanan kepada mahasiswa-mahasiswi Deiyai di kota studi Semarang-Salatiga di kontrakan Deiyai jalan Pawiyatan Luhur, Bendan Duwur, kota Semarang, Jumat (19/3/2021). (Ist.)

Sebagai seorang pendidik, saya sangat malu melihat kenyataan tragis ini. Tempat tinggal saja tidak ada hingga membuat tidak nyaman pelajar dan mahasiswa di kota studi, bisa saja pendidikan mereka terganggu, bahkan pula mereka bisa putus kuliah.

Rumah sangat penting bagi setiap orang. Rumah entah kontrakan atau asrama sangat penting bagi pelajar dan mahasiswa. Setiap orang mau makan harus dari rumah. Tidur tidak mungkin di tempat lain, sudah pasti orang tidur di dalam rumah. Selesai kuliah pun pasti pulang ke rumah. Begitupun pada pagi hari ke kampus pasti keluar dari rumah. Seluruh perlengkapan kuliah pasti disimpan di rumah.

Bagaimana jadinya kalau tidak ada rumah?.

Itulah sebabnya, saya mewakili masyarakat kabupaten Deiyai mengharapkan kepada pemerintah daerah agar segera memperhatikan tempat tinggal (kontrakan maupun asrama) untuk pelajar dan mahasiswa kabupaten Deiyai yang ada di berbagai kota studi. Jangan biarkan mereka hidup terlantar di tanah rantauan. Mereka aset pemerintah Deiyai. Mereka penerus masa depan Deiyai. Mereka harus diperhatikan dengan serius. (*)

Terkini

Populer Minggu Ini:

Partai Demokrat se-Papua Tengah Jaring Bakal Calon Kepala Daerah Jelang Pilkada...

0
Grace Ludiana Boikawai, kepala Bappiluda Partai Demokrat provinsi Papua Tengah, menambahkan, informasi teknis lainnya akan disampaikan panitia dan pengurus partai Demokrat di sekretariat pendaftaran masing-masing tingkatan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.