JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pemimpin gerakan Papua Barat merdeka, Benny Wenda menyambut baik dengan menyatakan selamat datang bagi Partai Komunis China (PKC) untuk melangkah ke dalam konflik Papua yang sedang berlangsung dan membantu mencapai kemerdekaan bagi daerah tersebut.
“Perjuangan kami telah berlangsung selama hampir 60 tahun. Rakyat saya tidak aman di tangan Indonesia. Hampir 500.000 pria, wanita dan anak-anak telah terbunuh sejak 1960,” jelas Benny, pemimpin Papua Barat tersebut dari rumahnya di Oxford, dekat London, Inggris, Selasa (13/4/2021) kepada The Australian, sebagaimana disiarkan theepochtimes.com.
Katanya, “Pada dasarnya ada genosida lambat yang dilakukan oleh Indonesia, sementara Australia serta Selandia Baru menolak untuk bertindak atas krisis kemanusiaan tersebut.”
“Jika China ingin mendukung kami, kami akan menyambut mereka dengan tangan terbuka,” kata Wenda, menambahkan bahwa kelompok itu terbuka untuk menerima bantuan dari negara mana pun, walaupun jika mungkin mereka tidak selaras secara ideologi.
Wenda adalah presiden sementara dari United Liberation Movement for West Papua [ULMWP], yang didirikan pada tahun 2014 sebagai kelompok payung untuk gerakan kemerdekaan Papua Barat.
Komentar Wenda disampaikan setelah seminggu para pemimpin Provinsi Malaita di Kepulauan Solomon melanjutkan hubungan diplomatiknya dengan Taiwan, meskipun pemerintah nasional mengalihkan hubungan resmi ke Beijing pada September 2019.
“Apa yang telah kami lihat dengan keterlibatan Republik Rakyat China di negara-negara lain di kawasan ini adalah bahwa semuanya terlihat cukup baik pada awalnya, tetapi pada akhirnya, negara-negara tersebut merasa sulit untuk menangani masalah yang datang dengan China,” kata pemimpin provinsi Malaita, Daniel Suidani.
Seruan dari Wenda datang ketika dorongan soft power CCP’s ke wilayah Pasifik Selatan yang berlanjut melalui propaganda, bantuan asing, dan investasi infrastruktur di bawah Belt and Road Initiative (BRI) dari China.
BRI adalah skema pendanaan infrastruktur global senilai triliun dolar dari Beijing yang dikritik karena membuat negara-negara berkembang dibebani utang.
Dalam sebuah wawancara pada Oktober 2020, Wenda mengatakan kepada Lowy Institute bahwa Australia dan Selandia Baru perlu bekerja lebih keras untuk mengamankan kemerdekaan Papua Barat, mengklaim bahwa negara tersebut akan menjadi benteng melawan pengaruh Tiongkok dari utara.
“Orang Melanesia adalah pejuang di garis depan dalam Perang Dunia Kedua,” katanya menambahkan “Kami adalah pertahanan garis depan.”
Editor: Elisa Sekenyap