Oleh: Yosef Rumaseb)*
)*Penulis adalah anak kampung. Tinggal di Biak.
“Nai, saya akan ambil program doktor di Universitas Kepausan Urbaniana di Roma. Di sana saya akan berjuang supaya kata Papua diucapkan oleh Paus. Jika Paus sebut kata Papua saja, biar pun saya sendiri saja di Kampus itu, saya akan waita!”
Itu ucapan almarhum Pater Nelles Tebai kepada kami di Kantor Elsham Papua sebelum beliau ke Roma untuk ambil program doktor.
#Note : Nai artinya saudara. Waita adalah tarian adat suku Mee untuk luapkan rasa atau emosi kegembiraan.
Kira-kira tahun 2.000 waktu saya masih kerja sebagai relawan Elsham Papua di desk resolusi konflik, saya mulai kenal beliau. Kami sering bertemu di Kantor Elsham. Dan sering berdiskusi tentang kondisi Papua yang bergejolak dan membutuhkan perdamaian.
Bertahun-tahun sesudah itu, pada tahun 2007, tidak disangka-sangka kami bertemu di London. Kami dinner bersama almarhum Victor Kaisiepo. Kebetulan ada satu pertemuan yang kami hadiri. Dan masih sempat kami jalan-jalan dengan Pdt. Herman Saud mengunjungi satu kantor jaringan gereja Katolik yang bekerja untuk advokasi perdamaian termasuk di Tanah Papua. Ada beberapa tulisan almarhum dicetak di sana.
Sesudah itu kami kami tidak pernah bertemu face to face lagi. Kami hanya sering kontak melalui media sosial, khususnya WA sebab kami sama-sama aktif di WA Group The Spirit of Papua.
Lalu saya, seperti kita semua, mendapat berita duka ini. Kemarin, hari minggu 14 April 2019 jam 12.15 WIB dia menghembuskan nafas terakhir di RS St. Carolus Jakarta dan meninggalkan kita semua.
“Hidup manusia itu seperti pidato. Bukan tentang panjangnya pidato itu tetapi tentang isi dari pidato itu.” Seseorang menulis demikian dalam catatannya tentang almarhum Pater Dr. Neles Tebay
Dia meninggal pada usia 55 tahun. Relatif masih muda. Namun karya bhaktinya bagi perdamaian umat, khususnya di Bumi Papua, ibarat isi pidato yang bernas dan tertulis dengan tinta emas.
Banjir ucapan belasungkawa, tulisan, postingan, menandai kepergiannya. Sebuah pertanda tentang besarnya jasa beliau. Ibarat pidato yang pendek tapi sarat makna dan sulit dilupakan
Sudahkah Pater Dr. Nelles Tebai waita di Roma? Sudahkah Paus menyebut kata Papua?
Dalam perjumpaan kami semasa hidupnya, almarhum tidak pernah bercerita tentang itu. Mungkin belum sempat.
Tetapi berbagai karyanya bagi Papua Damai sudah diakui dunia. Semoga itu dapat tiba di telinga Paus dan mendorong Paus menyebut kata Papua. Apalagi jika Paus berkenan mencium kaki Presiden RI demi perdamaian di Papua.
Jika itu terjadi, saya yakin almarhum Pater Dr. Nelles Tebay akan waita di sorga.
Beristirahatlah dalam kedamaian abadi Nai Pater Dr. Nelles Tebai. Kiranya TUHAN memberkati perjuanganmu agar sekali waktu nanti Paus mengucapkan kata Papua. Amin.
Biak 15 April 2019
Yosef Rumaseb