NABIRE, SUARAPAPUA.com — Menyiapkan generasi produktif di tengah persaingan global merupakan komitmen pengurus Yayasan Aweidabi Deiyai, pengelola Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Aweidabi Deiyai. Salah satunya, para guru mendampingi peserta didik mengembangkan daya kreativitas untuk mengolah barang bebas menjadi sesuatu yang berguna.
Michael Tekege, ketua Yayasan Aweidabi Deiyai, mengatakan, pameran hasil kreativitas siswa-siswi SMAK Aweidabi yang diadakan baru-baru ini tidak lain adalah untuk mewujudkan komitmen tersebut.
“Kepala sekolah bersama dewan guru selalu aktif memikirkan hal-hal inovatif. Salah satu buktinya, guru-guru kami selalu mengarahkan siswa-siswi untuk kembangkan kreativitas, misalnya botol kratingdaeng dan aqua yang sudah dibuang orang, dikumpulkan untuk diolah menjadi sesuatu yang berguna. Ada beberapa jenis kreativitas lain juga sudah dihasilkan oleh siswa-siswi didampingi guru-guru kami,” jelasnya kepada suarapapua.com.
Dalam pameran ‘The Paradise of SMAK Aweidabi” selama tiga hari (9-11/8/2021), mereka tampilkan aneka jenis pot bunga dengan berbahan dasar barang sampah. Pot bunga dibuat dari bekas botol air mineral. Ada bunga hiasan yang dibuat dari plastik maupun kayu. Hiasan dinding, hiasan taman sekolah, juga lukisan tentang lingkungan alam, dan beberapa hasil kreativitas lainnya.
“Ini hasil kreativitas dari siswa-siswi kami yang untuk di kabupaten Deiyai baru pertama kali dilakukan oleh SMAK Aweidabi,” kata Tekege.
Kegiatan bertema ‘Mengolah akal, membentuk jiwa berkreatif bagi generasi muda menjadi produktif’ itu diadakan di halaman sekolah yang terletak tak jauh dari komplek Gereja Katolik Santo Yohanes Pemandi Wakeitei, Dekenat Tigi, Keuskupan Timika.
Michael mengatakan, pengembangan kreativitas siswa-siswi di era modern perlu mendapat perhatian serius selain proses belajar mengajar di ruang kelas.
“Selain di ruang kelas, peserta didik juga diarahkan untuk kembangkan kreativitas. Kegiatan ditangani oleh guru-guru kami yang langsung mendampingi dari sejak tahap awal hingga hasil kreasinya sudah bisa digunakan,” jelasnya.
Untuk itu, Tekege minta dukungan berbagai pihak termasuk pemerintah daerah kepada sekolah yang baru 10 tahun hadir di Meepago dalam menjawab sejumlah kendala demi turut meningkatkan mutu pendidikan Papua.
Pameran hasil kreativitas siswa-siswi SMAK Aweidabi dibuka langsung Yan Giyai, sekretaris daerah (Sekda) Deiyai, Senin (9/8/2021). Dihadiri sejumlah pimpinan OPD, Kapolres Deiyai, Dandim Deiyai, lima kepala distrik, para ASN, sejumlah kepala desa, orang tua wali, dan masyarakat Deiyai.
Dalam sambutannya, Sekda mengapresiasi kegiatan pameran hasil kreasi siswa-siswi SMAK Aweidabi.
“Kegiatan pameran ini mencatatkan sejarah baru di dunia pendidikan Deiyai. Karena itu, saya minta kegiatan pameran hasil kerajinan siswa-siswi SMAK Aweidabi ini dijadikan sebagai agenda tahunan,” kata Giyai.
Sebagai bagian dari kegiatan pengembangan minat peserta didik, ia berharap, tahun depan ada kerja sama pemerintah bersama pihak sekolah agar kegiatannya semakin semarak.
Untuk itu, Sekda Deiyai berharap pembangunan fisik maupun non fisik perlu diprioritaskan Dinas Pendidikan. Meski untuk SLTA kini ditangani langsung provinsi, tetapi sekolah sebagai aset strategis masa depan Deiyai perlu diakomodir terutama anggaran untuk pengembangan peserta didik.
Nataniel Pekei, kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran kabupaten Deiyai, mengaku sejak dipercayakan tahun lalu terus membenahi berbagai kekurangan dari jenjang PAUD/TK, SD hingga SMP yang tersebar di lima distrik: Tigi, Tigi Barat, Tigi Timur, Kapiraya, dan Bouwobado.
“Saya mohon maaf kalau selama ini kami kurang memperhatikan fasilitas sekolah maupun insentif guru honorer,” kata Pekei dalam sambutannya.
Mikael Edowai, sekretaris Dinas Pendidikan dan Pengajaran kabupaten Deiyai, mengaku bangga sekaligus terharu menyaksikan aneka kerajinan para siswa-siswi SMAK Aweidabi sebagai satu ajang positif yang patut diapresiasi semua pihak.
“Saya lihat ini kegiatan yang luar biasa. Para peserta didik dari sekolah lain juga perlu lakukan seperti ini demi pengembangan keterampilan,” pintanya.
Hasil karya tangan berupa ukiran, seni rupa atau kreasi lainnya, ia berharap dan bisa dipamerkan di berbagai kesempatan. Baik pada ajang yang digagas pemerintah, gereja maupun masyarakat.
“SMAK Aweidabi sudah memulai hal positif dengan mengadakan pameran ini. Semoga berikutnya ada sekolah lain melakukan hal yang sama,” harap Edowai.
Anton Badii, kepala SMAK Aweidabi Deiyai, menyampaikan terima kasih kepada pemerintah daerah melalui Sekda Yan Giyai berkenan hadir membuka kegiatan pameran itu.
“Kami keluarga besar SMAK Aweidabi menyampaikan terima kasih kepada bapak bupati melalui Sekda yang bersedia membuka secara resmi kegiatan ini. Dukungan kemitraan senantiasa kami harapkan demi memajukan pendidikan di Deiyai,” tuturnya.
Kerja sama antara sekolah, pemerintah, dan Gereja demi menyiapkan putra-putri yang berdaya saing secara pengetahuan, iman dan keterampilan, harap Anton, merupakan satu kerinduan yang harus diwujudkan. Terutama penyediaan sarana prasarana karena hingga kini masih sangat kurang.
Guru-guru di SMAK Aweidabi, kata dia, menjadikan pengembangan kreativitas sebagai satu prioritas yang akan terus dilanjutkan. Karena itu, dukungan berbagai pihak tentu sangat diharapkan demi menjawab persaingan global.
“Ada beberapa pengembangan kreativitas siswa-siswi kami, dan itu manfaatnya banyak, sehingga pasti terus kami lanjutkan lagi. Adik-adik sangat kreatif dan didampingi guru-guru kami,” kata Anton.
Badii berterimakasih kepada para ASN, kepala distrik, kepala kampung, pihak Polri dan TNI, pimpinan Gereja, orang tua wali, guru-guru dan siswa dari berbagai jenjang pendidikan di kabupaten Deiyai, serta semua pihak yang selama tiga hari hadir menyaksikan pameran siswa-siswi SMAK Aweidabi.
Pameran perdana tersebut disambut hangat Romo Yohanes Adrianto Dwi Mulyono, SJ, Pastor Paroki Wakeitei.
Romo Adri menyebut selain belajar di ruang kelas, kualitas pendidikan juga tak terlepas dari daya kreativitas guru merangsang potensi peserta didik mengembangkan keterampilan sebagai bekal di kemudian hari.
“Anak didik dibekali dengan beberapa keterampilan seperti ini sangat bagus. Ilmu dan pengetahuan yang diberikan guru di ruang kelas bisa dipraktikkan dengan membuat berbagai jenis keterampilan. Suatu kelak ada yang bikin usaha begini prospeknya akan bagus,” tuturnya.
Pastor juga merasa senang melihat hasil kreativitas siswa-siswi SMAK Aweidabi. Termasuk dewan guru yang selama ini turut mendampingi.
Pihak Gereja, kata Adri, bagian tak terpisahkan dari lembaga pendidikan yayasan (YPPK) termasuk SMAK Aweidabi yang didirikan oleh (alm) Pater Michael Tekege, Pr. Sehingga, tetap memberi perhatian terhadap bidang pendidikan. Tidak dalam bentuk bantuan barang ataupun dana, tetapi sejauh dibutuhkan gagasan, Romo siap berkontribusi.
Penutupan kegiatan pameran di hari terakhir, Rabu (11/8/2021) dipimpin Sekda Deiyai.
SMAK Aweidabi didirikan 6 Juni 2011 dengan surat keputusan (SK) DJ.IV/Hk.00.5/64A/2011 dari Direktur Jenderal Bimbingan Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia. Satuan pendidikan formal setara Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 69815368 itu sehari-harinya mengintegrasikan mata pelajaran pendidikan keagamaan Katolik dan mata pelajaran umum.
Berada dibawah naungan Kementerian Agama, SMAK Aweidabi mendapat akreditasi pada 28 November 2016 dengan nomor SK akreditasi 163/BAP-SM/TU/X/2016.
Pewarta: Markus You