JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Sebuah laporan dari Papua Barat menunjukkan bahwa ribuan orang telah mengungsi meninggalkan rumah mereka ke hutan setelah kekerasan terbaru di kabupaten Maybrat.
Sebagaimana diberitakan Radio New Zealand, pejuang pro-kemerdekaan dengan Tentara Pembebasan Papua Barat telah dituduh sebagai organisasi yang bertanggungjawab membunuh empat tentara Indonesia dalam sebuah serangan di sebuah Pos militer di Maybrat pekan lalu.
Ini adalah kekerasan terbaru dalam serangkaian serangan oleh Tentara Pembebasan Nasional papua Barat dalam mengkampanyekan kekuasaan Indonesia atas wilayah tanah Papua.
Ketika pasukan keamanan Indonesia memburu para pembunuh di Maybrat, banyak penduduk desa setempat takut terjebak dalam konflik bersenjata.
Pendeta Bernadus Bovitwoss Baru, direktur Kantor Keadilan dan Perdamaian Augustinian di Sorong mengatakan, masyarakat dari setidaknya lima belas desa telah melarikan diri Maybat.
“Jadi banyak orang di sana sekarang diganti, mereka pindah ke hutan dari gerakan atau mobilisasi militer [Indonesia] yang datang,” katanya, seraya memperkirakan hingga lima ribu orang telah mengungsi.
“Mereka khawatir, masyarakat khawatir, karena mereka tidak mendapat jaminan dari pemerintah.”
Pendeta Bernadus mengatakan bahwa dalam beberapa hari mendatang dia dan dua imam Papua lainnya akan pergi ke daerah yang terkena dampak untuk berbicara dengan masyarakat yang terkena dampak, dan mendesak tokoh-tokoh militer untuk mundur dari tindakan kekerasan.
“Jadi kami ingin bertemu dengan pimpinan militer. Kami akan berbicara dengan mereka. Kami hanya mengatakan anda tidak melakukan kekerasan dengan masyarakat desa, dengan perempuan dan anak-anak.”
Kabupaten di Papua lainnya di mana terjadi pengungsian massal terkait kekerasan yang melibatkan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat dan militer Indonesia sejak 2018, termasuk di Kabupaten Nduga, Intan Jaya, dan Puncak Jaya. Kekerasan serupa sedang terjadi di Kabupaten Yahukimo.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat sebelumnya telah memperingatkan warga sipil di beberapa daerah, seperti Nduga, Intan Jaya, Puncak Jaya, Yahukimo dan beberapa tempat lainnya, di mana telah dinyatakan sebagai zona perang bahwa keselamatan mereka tidak dapat dijamin.
Editor: Elisa Sekenyap