BeritaKapolres Sorsel Diminta Klarifikasi Pernyataan Tuduhan KNPB Terlibat Serang Posramil Kisor

Kapolres Sorsel Diminta Klarifikasi Pernyataan Tuduhan KNPB Terlibat Serang Posramil Kisor

 JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— KNPB Pusat minta Kapolres Sorong Selatan segera mengklarifikasi dan mencabut pernyataannya yang menuduh KNPB terlibat dalam pembunuhan 4 anggota TNI di Kisor, Maybrat, Papua Barat.

KNPB menganggap bahwa pernyataan Kapolres Sorong Selatan, Ajun Komisaris Besar Choiruddin Wachid untuk segera mencabut pernyataannya.

Juru Bicara Nasional KNPB Pusat Ones Suhuniap menganggap tuduhan itu merupakan suatu tindakan penhinaan dan suatu bagian dari kriminalisasi KNPB yang selama ini berjuang mengedepankan nilai-nilai moralitas, demokrasi dan HAM.

“Pernyataan kapolres Sorong Selatan menuduh KNPB terlibat dalam penyerangan terhadap 4 TNI di kisor tidak benar. Ini adalah bentuk kriminalisasi dan tuduhan kambing hitamkan KNPB. Maka kami minta kapolres Sorong Selatan mencabut pernyataannya yang menyudutkan KNPB Maybrat terlibat dalam insiden itu,” tegas Ones Suhuniap.

Baca Juga:  F-MRPAM Kutuk Tindakan Kekerasan Aparat Terhadap Massa Aksi di Jayapura 

Ia menyatakan, pihaknya tidak perna menginstruksikan anggotanya untuk membunuh anggota TNI atau Polri. Visi dan misi KNPB jelas secara nasional dari Sorong hingga Merauke bahwa hanya berjuang berasaskan nilai-nilai humanis.

Berjuang dalam kota secara damai menuntut hak penentuan nasib sendiri melalui mekanisme demokratis yaitu referendum.  Perjuangan KNPB tidak dengan kekerasan, dan tidak dengan menghilangkan nyawa manusia. KNPB menghargai etika dan menghargai sesama manusia yang diatur secara universal.

Selama 14 tahun KNPB secara nasional berjuang di dalam kota. Senjata KNPB hanya megafon [pengeras suara], spanduk, selebaran dan seruan secara terbuka. Perjuangan KNPB tuntut Papua merdeka, bukan karena membenci orang Indonesia yang ada di Papua. KNPB juga tidak memusuhi aparat TNI dan Polri yang ada di Papua.

Baca Juga:  Direpresif Aparat Kepolisian, Sejumlah Massa Aksi di Nabire Terluka

Musuh KNPB jelas adalah sistem yang menindas rakyat Papua. Musuh KNPB dan musuh rakyat Papua bukan manusia, tetapi peraktek neokolonialisme, kapitalisme dan imperialisme global yang menindas rakyat Papua.

“Kapolres Sorong Selatan harus mencabut pernyataannya. Kepolisian dalam hal ini kapolres Sorong Selatan bagian dari institusi negara yang memiliki intelejen mendeteksi peristiwa itu. Siapa pelaku pembunuhan 4 anggota TNI itu dan apa motifnya. Apakah ada kepentingan membangun Koramil atau Kodim di Sorong Selatan lalu KNPB jadi kambing hitam.”

“Pihak yang melakukan pembunuhan ini skenario untuk menuduh KNPB, pembunuhan itu sebenarnya hanya permainan pihak tertentu untuk melegalkan pembangunan Kodim, Koramil di setiap distrik dan pos Polisi di kabupaten Maybrat. Kami selalu ada dalam kota dan setiap aktivitas perjuangan KNPB ada surat kepada kepolisian.”

Baca Juga:  Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku Lakukan Sidak ke Sejumlah SPBU Sorong

KNPB juga membantah pernyataan Polda Papua dalam di CNN Indonesia yang mengatakan bahwa KNPB ingin menggagalkan PON XX.

KNPB secara organisasi tidak memiliki agenda untuk menghalangi atau mengganggu dan menggagalkan PON XX di Papua. Ini hanya alasan Polda Papua untuk meminta tambahan dana kepada panitia PON Papua, karena pihaknya kehabisan dana.

“Mari kita hitung berdasarkan fakta dan bukti bahwa berapa orang Papua jadi korban yang dibunuh oleh kepolisian dan berapa orang dibunuh oleh KNPB. Kemudian berapa orang Papua yang dibunuh oleh Polda Papua. Contoh kasus Yahukimo baru-baru ini, di mana Ferius Asso ditembak anggota polisi.”

 

REDAKSI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Partai Demokrat se-Papua Tengah Jaring Bakal Calon Kepala Daerah Jelang Pilkada...

0
Grace Ludiana Boikawai, kepala Bappiluda Partai Demokrat provinsi Papua Tengah, menambahkan, informasi teknis lainnya akan disampaikan panitia dan pengurus partai Demokrat di sekretariat pendaftaran masing-masing tingkatan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.