Komite Nasional Papua BaratRakyat Papua Tidak Terhasut Hoax dari Penjajah

Rakyat Papua Tidak Terhasut Hoax dari Penjajah

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Di berbagai platform media sosial selalu dijejali banyak informasi menyesatkan dan penipuan publik yang disebarkan melalui akun fake bertujuan memecah belah keutuhan orang Papua di tengah perjuangan pembebasan dari penjajahan.

Ketua Umum KNPB Pusat, Agus Kossay menyampaikan hal itu melalui pernyataan sikapnya pada Jumat (10/9/2021) menanggapi semakin masifnya informasi bohong atau hoax di media sosial yang sengaja dibangun negara melalui oknum tertentu.

“Rakyat Papua tidak akan pernah terhasut dengan berbagai informasi hoax dari negara penjajah,” ujarnya,

Upaya provokasi dan pecah belah orang Papua dengan gencarnya penyebaran isu hoax melalui berbagai media sosial, kata Kossay, sudah lama dilakukan secara tersistematis. Tetapi masyarakat Papua tidak termakan dengan informasi hoax melalui Facebook, Twitter, Instagram, Signal, website siluman, dan lain-lain.

Sekali lagi KNPB mengajak rakyat Papua untuk tidak termakan isu-isu hoax di media sosial yang diproduksi negara untuk mencederai jalan perjuangan Papua merdeka.

“Penjajah menggunakan berbagai cara untuk memecah belah persatuan orang asli Papua yang sudah sadar betul untuk melawan sistem negara kolonial. Setiap postingan dengan akun palsu maupun oleh institusi negara menyebarkan informasi hoax agar kepercayaan masyarakat terhadap organisasi perjuangan pembebasan Papua tidak dipercaya lagi. Tetapi itu tidak akan berhasil, karena masyarakat Papua sudah dewasa dan tidak mudah dihasut oleh negara melalui kaki tangannya yang selalu viralnya info hoax,” bebernya.

Baca Juga:  Beredar Seruan dan Himbauan Lagi, ULMWP: Itu Hoax!

Kossay mengaku mencermati selama ini penyebaran informasi hoax tersistematis untuk terus menangkal fakta kebenaran dan menggiring opini publik seolah tidak benar hingga mencemarkan nama baik semua organisasi perjuangan Papua dengan tujuan rakyat tidak lagi mempercayainya.

“Kita ikuti selama ini di media sosial mereka bekerja keras untuk menciptakan konflik horizontal antar orang Papua sendiri. Mereka bangun opini miring hanya untuk mengalihkan perhatian dan kesadaran orang Papua untuk merdeka dari penjajahan. Postingan hoax itu juga bertujuan mencuci otak rakyat bahwa apa yang Indonesia itu benar dan mulia. Padahal, semuanya omong kosong dan hanya pencitraan saja,” tuturnya.

Pencitraan negara sambil berusaha mematikan semangat juang orang Papua melalui wadah perjuangan dengan menggencarkan penyebaran isu hoax di media sosial, kata Agus, tidak lain adalah bagian dari upaya masif meng-Indonesia-kan Papua. Tetapi ia melihat hal itu tidak akan pernah berhasil karena perbedaan ideologi sudah tertanam kuat dalam diri orang asli Papua.

Baca Juga:  Yakobus Dumupa Nyatakan Siap Maju di Pemilihan Gubernur Papua Tengah

“Satu minggu terakhir mereka viralkan isu hoax terkait kejadian penyerangan Pos Koramil Kisor di Maybrat. Sampai kami (KNPB) juga dituduh sebagai pelaku. Dengan dasar apa tuduhan ini? KNPB medianya rakyat Papua, berjuang di kota, bukan angkat senjata. TPNPB memang tugasnya sebagai militer,” tandasnya.

Tuduhan terhadap rakyat sipil termasuk KNPB, kata Kossay, bukti negara melalui aparat keamanan bertindak tanda dasar dan bukti.

“Segala tuduhan tanpa bukti itu diviralkan lagi media sosial seolah-olah benar supaya rakyat Papua percaya, padahal itu sngat tidak benar. Kami menilai hal tersebut sebagai satu dari sekian banyak strategi negara untuk terus melakukan kejahatan kemanusiaan di seluruh wilayah teritori West Papua,” tegas Agus.

Kossay menegaskan pentingnya rakyat Papua menghindari informasi hoax melalui media sosial yang tidak bersumber dari pejuang revolusi. Setiap orang diharapkan agar pastikan semua informasi melalui media sosial atau apapun, harus bersumber dari rakyat pejuang sendiri.

“Baku kasih tahu, untuk tidak melakukan dan tidak ikut serta melakukan kejahatan kemanusiaan sesama rakyat pejuang di negeri revolusi,” ujarnya.

Omikzon Balingga, sekretaris diplomasi KNPB Pusat menyatakan, upaya yang digencarkan melalui media sosial oleh negara Indonesia seakan-akan semua penyampaian informasi itu bersumber dari rakyat dan pejuang Papua.

Baca Juga:  Sidang Dugaan Korupsi Gereja Kingmi Mile 32 Timika Berlanjut, Nasib EO?

“Masyarakat Papua harus hindari hoax di media sosial. Masyarakat Papua harus lebih jeli terhadap semakin banyaknya akun-akun fake di media sosial,” ujar Balingga.

Semakin gencarnya informasi hoax yang tidak bersumber dari rakyat West Papua yang kemudian disebarluaskan melalui media sosial inilah yang menurut Balingga sebagai salah satu taktik penjajah dengan tujuan akhir rakyat baku makan sendiri hingga melahirkan kebencian diantara sesama rakyat Papua.

Hingga kini diakuinya sudah semakin banyak cara penjajah untuk memecahbelah persatuan sekaligus menghancurkan kekuatan orang asli Papua.

“Oleh karena itu, kami menghimbau kepada seluruh rakyat Papua agar harus menghindari informasi hoax yang disebarkan oleh negara penjajah melalui akun palsu di media sosial,” tegasnya.

Balingga juga menyatakan, upaya penjajah tidak bertanggungjawab tetapi tujuan akhir bisa diprediksi yaitu mau memecahbelah kekuatan rakyat, menciptakan konflik horizontal sesama rakyat, dan melahirkan kesadaran palsu agar rakyat ikut dalam kehendak mereka sesuai skenario mempertahankan aneksasi Papua sambil melanjutkan kejahatan kemanusiaan.

REDAKSI

Terkini

Populer Minggu Ini:

DKPP Periksa Dua Komisioner KPU Yahukimo Atas Dugaan Pelanggaran KEPP

0
“Aksi ini untuk mendukung sidang DKPP atas pengaduan Gerats Nepsan selaku peserta seleksi anggota KPU Yahukimo yang haknya dirugikan oleh Timsel pada tahun 2023. Dari semua tahapan pemilihan komisioner KPU hingga kinerjanya kami menilai tidak netral, sehingga kami yang peduli dengan demokrasi melakukan aksi di sini. Kami berharap ada putusan yang adil agar Pilkada besok diselenggarakan oleh komisioner yang netral,” kata Senat Worone Busub, koordinator lapangan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.