MSG dan NGO Pasifik Desak Prancis Tunda Referendum Kaledonia Baru

0
950
Staf dan staf magang dari Solomon Islands ketika foto bersama acting Director MSG, George Hoa’un di Kantor MSG. (MSg Secretariat - SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—Melanesian Spearhead Group (MSG) mendesak pemimpin Melanesia dan Pasifik untuk berkomitmen menyudahi kolonialisasi sesuai resolusi PBB untuk tidak mengakui hasil referendum New Caledonia atau Kaledonia Baru ke-3 yang hendak diselenggarakan pada 12 Desember 2021 oleh Prancis.

MSG lalu menyarankan agar pelaksanaan referendum ke-3 yang terus dipaksakan oleh Prancis itu mesti ada partisipasi masyarakat adat Kaledonia Baru atau rakyat Kanak.

“Kami mendesak para pemimpin kami & mereka yang berkomitmen untuk mendukung pemberantasan kolonialisme, sesuai dengan resolusi PBB untuk tidak mengakui hasil Referendum NC [New Caledonia] ke-3 pada 12 Desember [2021] jika Prancis mengejarnya tanpa partisipasi masyarakat adat,” tegas MSG melalui pernyataan resminya, Kamis (9/12/2021).

Sebelumnya, MSG melalui Pj Direkturnya, George Hoa’un menyatakan bahwa pihaknya akan melobi dukungan pemimpin MSG dan komunitas internasiona atas nama Front Pembebasan Nasional Sosialis (FLNKS) Kaledonia Baru sehubungan dengan permintaan mereka untuk penundaan referendu ketiga dan termasuk yang terakhir bagi rakyat Kanaky.

ads

“Setelah pertemuan zoom [virtual], kami akan melobi dukungan Pemimpin MSG dan komunitas internasional atas nama Front Pembebasan Nasional Sosialis (FLNKS) Kaledonia Baru, sehubungan dengan permintaan mereka untuk penundaan dalam referendum ketiga [desember 2021] dan terakhir.”

Baca Juga:  Prancis Mendukung Aturan Pemilihan Umum Baru Untuk Kaledonia Baru

Sebelumya, pada 8 Desember 2021, pemimpin organisasi koalisi masyarakat sipil NGO gereja di Pasifik mendesak kepada pemerintah Prancis untuk menunda pelaksanaan referendum bagi New Caledonia yang hendak dilaksanakan pada 12 Desember 2021.

Organisasi masyarakat sipil dan gereja di Pasifik yang mendesak adalah Pacific Network on Globalisation, Melanesian Indigenous Land Defence Alliance, Pacific Conference of Churches, Fiji Council of Social Service, Youngsolwara Pacific, Pacific Movement Aotearoa Pacifika, Development Alternative with Women fo a New Era.

Baca Juga:  Jurnalis Senior Ini Resmi Menjabat Komisaris PT KBI
Logo organisasi sipil Pasifik dan Gereja yang mendesak Pemerintah Prancis untuk tunda rencana referendum Kaledonia Baru. (NGO Pacific – SP)

Baru-baru ini kepada media Prancis di Pasir, Menteri Wilayah Luar Negeri, Sebastian Lecornu mengatakan bahwa, referendum penentuan nasib sendiri akan dilakukan pada waktu dekat.

Wilayah New Caledonia yang menjadi wilayah kekuasan Prancis ini saat ini sebenarnya sedang menghadapi pendemi Covid-19 yang luar biasa. Bulan lalu angka pengindap Covid menjadi 10.000 lebih dari 200 orang yang telah meninggal. Mereka adalah warga masyarakat Kanak dan juga komunitas lainnya yang berdomisili di Kaledonia.

Baca Juga:  Polisi Bougainville Berharap Kekerasan di Selatan Mereda

Dengan demikian, banyak organisasi masyarakat di Kaledonia yang meminta dan mendesak agar rencana pelaksanaan referendum untuk ditunda hingga 2022.

Pernyataan Pemerintah Prancis untuk melakukan referendum pada 12 Desember 2021 telah mengabaikan dampak krisis kesehatan yang akan mengakibatkan kurangnya keterlibatan masyarakat adat Kanak dalam referendum.

 

Pewarta: Elisa Sekenyap

Artikel sebelumnyaULMWP Kembali Mengajukan Keanggotaan Penuh di MSG
Artikel berikutnyaHaris Azhar: Negara Rawat Kekuasaan Atas Penderitaan Rakyat