BeritaFeatureLahir Imam Katolik Asli Tabi Setelah 83 Tahun

Lahir Imam Katolik Asli Tabi Setelah 83 Tahun

ARSO, SUARAPAPUA.com — Penahbisan Diakon Soterus Pangguem, OSA, anak muda asal Yuruf kabupaten Keerom, Papua, menjadi Imam Katolik, menjawab kerinduan umat setempat setelah Gereja Katolik masuk di tanah Tabi sejak 83 tahun silam.

Prosesi penahbisan imam baru Soterus Pangguem berlangsung di Gereja Katolik Paroki Santo Wilibrordus, Arso, Keerom, Minggu (30/1/2022). Penahbisannya bersamaan dua imam baru yakni Diakon Paulus Harry Oheiledwarin, OSA dan Diakon Patrisius Sutrisno, OSA.

Ketiga imam baru dari Ordo Santo Augustinus (OSA) Keuskupan Manokwari-Sorong itu ditahbiskan oleh Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM.

Perayaan tahbisan Imamat dihadiri umat Katolik, termasuk masyarakat asli Keerom. Suasana riang dan haru turut mewarnai pesta iman ini, bukti rasa syukur atas keterpanggilan putra sulung Keerom menyerahkan diri seutuhnya hidup selibat demi melayani umat Tuhan.

Hadir pula para pejabat, sejumlah tokoh lintas agama, serta paguyuban, bahkan berbagai kerukunan yang ada di kabupaten Keerom.

Mujizat

Tahbisan imam baru asal Keerom ini sekaligus mengakhiri masa paceklik setelah 83 tahun Gereja Katolik masuk di daerah Keerom dan umumnya Jayapura, wilayah adat Tabi. Umat Katolik Keerom dan Jayapura tentu berbangga dengan lahirnya imam sulung asli Keerom itu.

“Kami merasakan satu mujizat, karya nyata Tuhan memilih salah satu putra asli Keerom menjadi Imam yang hari ini telah ditahbiskan oleh bapa Uskup Jayapura,” ujar Piter Gusbager, bupati Keerom saat menyampaikan sambutan.

Gusbager melihat ini satu catatan penting dalam lembaran sejarah Gereja Katolik khususnya di Keuskupan Jayapura.

“Sungguh sangat luar biasa karena baru sekarang ada anak asli Keerom ditahbiskan menjadi Imam setelah delapan dekade lebih Gereja Katolik melayani daerah Keerom.”

Bupati Keerom juga menyebut pesta iman ini, “Berlangsung sangat meriah dan menggembirakan. Kita semua patut naikkan pujian dan syukur hanya kepada Tuhan. Semoga imam baru membawa berkat bagi segenap umatNya termasuk kami di Keerom.”

Baca Juga:  Raih Gelar Doktor, Begini Pesan Aloysius Giyai Demi Pelayanan Kesehatan di Papua

Uskup Leo Laba Ladjar dalam homilinya memaknai tahbisan Imamat tiga Diakon ini merupakan anugerah dan rahmat Tuhan bagi semua umat beriman yang ada di kabupaten Keerom, Keuskupan Jayapura dan umumnya Tanah Papua.

“Dengan perayaan tahbisan tiga imam baru, dalam suasana kegembiraan, kita juga bersyukur kepada Allah Sang Pencipta. Kita bergembira dan bersyukur karena Pastor Soterus Pangguem adalah Imam pertama asli Keerom,” kata Uskup Leo.

Prosesi penahbisan tiga imam baru oleh Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM, Minggu (30/1/2022) di Gereja Santo Wilibrordus Arso, Keerom. (Ist.)

Keerom tercatat sebagai basis Gereja Katolik di Keuskupan Jayapura. Sejarahnya berawal dari daerah Keerom. Pelayanan Gereja Katolik di Keerom pertama kali dimulai 23 Mei 1939, ditandai dengan perayaan misa kudus yang dipersembahkan Pater Jucundinus Frankenmolen, OFM.

Pater Frankenmolen mengawali karya misi perdana di daerah Keerom. Disusul Pater Arie Blokdijk, OFM pada tanggal 6 Juli 1952, dan beberapa imam Fransiskan yang ditugaskan pimpinannya.

Sejak itu Keerom menjadi wilayah pelayanan Fransiskan (OFM).

Pulang Kampung

Setelah ditahbiskan menjadi Imam, Pastor Soterus Pangguem segera pulang kampung. Tujuannya, memimpin perayaan misa perdana di Paroki Yuruf-Amgotro, distrik Yafi.

“Pastor Soterus Pangguem adalah imam pertama asal Keerom. Setelah ini dia akan memimpin misa perdana di kampung halamannya,” kata Pastor Krispinus Bidi, SVD, Dekan Dekanat Keerom.

Untuk penempatan tugas pelayanan bagi imam baru asal Keerom ini termasuk dua imam lainnya, menurut Kris, kewenangan pimpinan OSA.

“Keputusan tentang tempat tugasnya akan diatur oleh pimpinan ordo di Keuskupan Manokwari-Sorong,” imbuhnya.

Tiga Imam baru, Pastor Patrisius Sutrisno, Pastor Paulus Harry Oheiledwarin, dan Pastor Soterus Pangguem. (Ist.)

Pastor Kris menyadari perjuangan panjang telah dilalui tiga imam baru. Khususnya Pastor Soterus sebagai putra asli Keerom, masyarakat memang cukup lama menanti kehadiran seorang Imam Katolik dari kawasan tapal batas Indonesia-PNG.

Baca Juga:  AJI, PWI, AWP dan Advokat Kecam Tindakan Polisi Terhadap Empat Jurnalis di Nabire

“Pastor Soterus Pangguem mencatatkan satu sejarah baru bagi umat Katolik di kabupaten Keerom. Dia putra sulung asli Keerom yang telah ditahbiskan sebagai Imam Katolik.”

Pastor Dekan pun berharap kehadiran imam baru membuka pintu bagi generasi berikut asal Keerom mengikuti jejak Pastor Soterus Pangguem bekerja di ladang Tuhan.

“Semoga menjadi pembuka pintu untuk hadirnya barisan panjang Imam asal Keerom,” ucapnya.

Pembuka Jalan

Romo Kris mengungkapkan umat Katolik di Dekanat Keerom dan masyarakat umumnya merasa bersuka cita, bergembira ria karena hadirnya Imam pertama asal Keerom.

“Pesta tahbisan Imamat ini tentunya menjadi berkat untuk tanah ini dan seluruh umat Katolik di kabupaten Keerom. Tuhan telah menjawab pergumulan dan perjuangan mereka selama kurang lebih 83 tahun, hari ini diwujudkan kepada salah satu putra terbaik asal daerah ini ditahbiskan menjadi Imam,” tuturnya.

Pastor Soterus mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua serta semua pihak yang telah mendukung dan mendampinginya hingga ke panti pentahbisan.

“Tuhan sungguh luar biasa dalam kehidupan kita semua. Hari ini saya mau sampaikan bahwa saya sangat membutuhkan dukungan dan dampingan dari saudara-saudari sekalian,” ucap Soterus.

Karena memilih menjadi pelayan Tuhan, ia menyatakan siap mewartakan Firman Allah dan melayani sesama umat di mana pun berada.

Memilih hidup selibat baginya tentu untuk bekerja dengan sesungguh hati sepanjang masa di ladang Tuhan.

Sebagai imam sulung asli kabupaten Keerom, Soterus berharap semakin banyak putra daerah yang memilih jalan hidup yang sama.

“Saya hanya membukakan pintu untuk adik-adik asli Keerom. Semoga berikut ada lagi imam baru seperti saya. Mari kita meminta berkat Tuhan, semoga nanti generasi muda Keerom tertantang untuk masuk seminari dan ditahbiskan agar kelak sama-sama bekerja di ladang Tuhan,” tutur Pater Panggeum.

Baca Juga:  Satgas ODC Tembak Dua Pasukan Elit TPNPB di Yahukimo

Dari Yuruf hingga Aimas

Imam baru yang memilih motto tahbisan “Mari dan lihatlah” (Yoh. 1: 47) itu lahir di Amgotro, 29 Februari 1992. Kampung Amgotro dan Yuruf terletak di distrik Yafi, kabupaten Keerom.

Soterus Pangguem adalah anak ketiga dari empat bersaudara buah hati pasangan Simon Pangguem dan Servina Wame.

Usai menamatkan pendidikan dasar di SD YPPK Santa Maria Bunda Allah, Amgotro, Yuruf, tahun 2006 Soterus masuk SMP YPPK Seminari Petrus Van Diepen, Aimas, Sorong.

Tahun 2009-2012 lanjut ke SMA YPPK Seminari Petrus Van Diepen, Aimas.

Lulus SMA, ia kemudian menjalani masa persiapan di Novisiat OSA Hippo, Klagana, Sorong.

Selanjutnya menerima Kaul Pertama di Kapel Novisiat OSA, Sorong, 1 Agustus 2013.

Langkah berikut menempuh studi di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) “Fajar Timur”, Abepura, Kota Jayapura.

Perkuliahan dituntaskan selama empat tahun (2013-2017). Sesudahnya Frater Soterus ditugaskan di Paroki Emaus, Kota Sorong, untuk menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP).

Tanggal 1 Agustus 2018 ia mengikrarkan Kaul Kekal di Gereja Paroki Emaus, Kota Sorong. Kemudian,  Tahun Orientasi Karya (TOK) di Rumah Transit OSA, Kota Tangerang, provinsi Banten.

Tahun 2019 Frater Soterus Pangguem kembali ke kampus untuk lanjutkan pendidikan pascasarjana di STFT “Fajar Timur”. Selesai tahun 2021.

Tanggal 4 Juli 2021 ia menerima tahbisan Diakon di Gereja Emannuel, Sanggeng, Manokwari.

Sebelum ditahbiskan oleh Uskup Jayapura, Frater Soterus menjalani masa Diakonat (2021-2022) di SMA Katolik Villanova, Susweni, Manokwari. (*)

Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

DKPP Periksa Dua Komisioner KPU Yahukimo Atas Dugaan Pelanggaran KEPP

0
“Aksi ini untuk mendukung sidang DKPP atas pengaduan Gerats Nepsan selaku peserta seleksi anggota KPU Yahukimo yang haknya dirugikan oleh Timsel pada tahun 2023. Dari semua tahapan pemilihan komisioner KPU hingga kinerjanya kami menilai tidak netral, sehingga kami yang peduli dengan demokrasi melakukan aksi di sini. Kami berharap ada putusan yang adil agar Pilkada besok diselenggarakan oleh komisioner yang netral,” kata Senat Worone Busub, koordinator lapangan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.