ArtikelOpiniSikap Tidak Jelas Pemerintah Terhadap Warisan Noken Papua

Sikap Tidak Jelas Pemerintah Terhadap Warisan Noken Papua

Oleh: Titus Christhoforus Pekei)*
)* Penulis adalah Penggagas Noken Papua ke UNESCO

Inisiatif berdirinya Museum Noken Papua di Kota Jayapura serta Museum Injil dan Patung Yesus di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua Barat, tidak terlepas dari gagasan Noken Papua ke UNESCO.

Saya salah satu putra Papua melahirkan ide awal hingga berlanjut dengan proses penelitian dan penyusunan naskah dokumen nominasi Noken Papua ke UNESCO. Gagasan dan hasil penelitian saya sejak tahun 2008 itu kemudian telah diterbitkan dalam sebuah buku berjudul “Cermin Noken Papua” (2011).

Kami menghadiri sidang warisan kebudayaan dunia di kantor pusat UNESCO, Paris, Perancis. Sidang warisan budaya dunia diadakan selama beberapa hari, 3-7 Desember 2012. Gagasan esensi mengenai Noken dibahas dan ditetapkan oleh komunitas kebudayaan dunia UNESCO pada hari Selasa 4 Desember 2012.

Tanpa alot, sidang berlangsung lancar. Dan, presiden sidang toki palu sebagai tanda penetapan pengesahan sebagai warisan budaya tak benda yang membutuhkan perlindungan mendesak.

Keputusan tersebut langsung disambut dengan tepuk tangan secara meriah. Delegasi Indonesia dari Kemenko Kesra, Kemenbudpar saat itu, bersaksi langsung proses penetapan Noken Papua yang berjalan lebih mulus dari pada warisan budaya Indonesia lainnya, seperti Keris, Wayang, Batik, dan lainnya.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Pada suatu pagi, Selasa, 25 Januari 2022, salah satu direktur dari Ditjenbud Kemdikbud Ristek menghubungi saya dan bertanya sehubungan dengan rencana kunjungan Dirjen Kebudayaan ke Papua. Tanggapan saya adalah sebagai berikut mengingat posisi warisan budaya dunia di Tanah Papua terkini.

“Pak Direktur yang saya hormati. Sesuai pertanyaan tentang upaya pelestarian (pelindungan, pengembangan, pemanfaatan dalam pemajuan kebudayaan) Noken UNESCO kedepan. Pertanyaan perkembangan Museum Noken. Berdiri sejalan dengan inisiatif usulan awal kami, (suka tidak suka) tidak harus di TMII. Ibu Profesor Wiendu Nuryanti sebaga Wamenbud merespons baik hingga gedung museum dibangun di Tanah Papua, tepatnya dalam lokasi kebudayaan Papua (Expo Waena Jayapura). Benar, Museum Noken didirikan di Jayapura, provinsi Papua. Museum Injil dan Patung Yesus dibangun di pulau Mansinam, provinsi Papua Barat. Kami sebagai pencetus gagasan secara ekstra bersama Dirjenbud sesuai perintah Wamenbud bisa kawal, dan berjalan lancar sesuai tupoksi masing-masing bidangnya sudah direalisasikan di Tanah Papua. Kini, tampaknya diterlantarkan. Maka, ini menjadi perhatian.”

“Ibu Wamen Kebudayaan atas nama pemerintah Indonesia pernah berpesan tegas sesuai kompetensi kepada jajaran Kementerian (kini Kemdikbud Ristek Dikti) sangat jelas saat itu melalui Setdirjen, Dirjenbud, Direktorat, libatkan agar Yayasan Ekologi dan Noken sebagai lembaga yang memayungi komunitas-komunitas Noken di tujuh wilayah konservasi Noken warisan dunia dari Tanah Papua. Karena memang Noken disahkan menurut komunitas mama-mama pengrajin Noken Papua. Untuk itu, Dirjenbud segera mendirikan prasasti Noken warisan budaya tak benda yang membutuhkan perlindungan mendesak, di tujuh wilayah adat Papua. Lalu, lembaga penggagas Noken ke UNESCO tidak harus dibatasi dan dipersulit karena penggagas sebelum dikenal dunia internasional. Mesti perkuat dengan hibah tanpa terikat syarat karena sudah teruji, bagi Yayasan Ekologi Papua dan Noken Papua sebagai lembaga berkompeten. Pemerintah daerah Papua dan Papua Barat serta lain pun memiliki keberpihakan untuk kedepannya mendukung. Yayasan Ekologi Noken Papua memiliki rencana strategi untuk warisan budaya dunia, menurut Konvensi 2003 tentang perlindungan warisan budaya tak benda.”

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

“Terhadap pertanyaan pak Direktur tentang Museum Noken dan keterlibatan komunitas mama-mama pengrajin Noken Papua? Saya belum mengetahui. Seperti apa kerja pimpinan UPTD Museum Noken bersama stafnya. Sejak serah terima dari Kemendikbud ke Pemda Papua lewat Dinas Budpar Papua. Kami yang berinisiatif untuk dirikan, tidak pernah terima surat maupun informasi serah terima kepada kami saat itu hingga kini. Staf dinas Budpar Papua, lalu pada awal-awal sering berdiskusi juga informasikan kepada kami, tetapi kami hargai upaya pemerintah (pusat dan daerah). Kami sadar belum memahami atas warisan budaya tak benda noken ini, karena tak penuhi. Saya kenal kepala UPTD Museum Noken, namun tidak ketahui konsepnya seperti apa atas Museum Noken ini. Lalu, sebelum serahkan, kami masih komunikasi ke Kementerian Dikbud, tetapi masih apatis terhadap Yayasan Ekologi Noken Papua. Sekarang UPTD Museum Noken, maka langsung komunikasi ke kepala UPTD Museum Noken. Museum Noken sebagai wadah warisan kebudayaan dunia di Tanah Papua.”

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Penulis sebagai penggagas Noken Papua ke UNESCO tetap taat Konvensi 2003. Selama ini pun menurut konvensi hukum internasional inilah kami sampaikan sekalipun pemerintah baik pusat maupun daerah tidak hargai lembaga warisan budaya dunia di Tanah Papua hingga tahun ke-9 semenjak disahkan dan diakui oleh komunitas kebudayaan dunia.

Perlu digarisbawahi bahwa atas dasar Noken hasil keringat pengrajin Papua itulah yang mempertahankan eksistensi kami atas jati diri, identitas manusia Papua. Dahulu, hari ini dan esok. UNESCO mendukung pelestarian adalah solusinya!. (*)

Terkini

Populer Minggu Ini:

61 Tahun Aneksasi Bangsa Papua Telah Melahirkan Penindasan Secara Sistematis

0
“Kami mendesak tarik militer organik dan non organik dari tanah Papua dan hentikan operasi militer di atas tanah Papua. Cabut undang-undang Omnibus law, buka akses jurnalis asing dan nasional seluas-luasnya ke tanah Papua,” pungkasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.