Selamatkan Ancaman Kepunahan Bahasa Ibu Suku Moi

0
1103

KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com — Torianus Kalami, aktivis lingkungan dan penggerak perlindungan masyarakat adat Moi di kabupaten Sorong, provinsi Papua Barat, menyatakan pentingnya upaya menyelamatkan bahasa ibu atau bahasa daerah suku Moi dari ancaman kepunahan melalui advokasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah.

“Kondisi hari ini menantang kita untuk selamatkan bahasa ibu melalui berbagai cara, salah satunya sosialisasikan pentingnya bahasa ibu, mulai membiasakan dalam kehidupan sehari-hari di rumah ataupun lingkungan komunitas,” tuturnya saat berbicara dalam sebuah seminar di kampung Kalabili, distrik Selemkay, kabupaten Tambrauw, Jumat (18/2/2022).

Menghindari kemungkinan punahnya bahasa daerah menurut Kalami, perlu advokasi yang dilakukan di tengah basis masyarakat.

“Contohnya sosialisasi tentang pentingnya bahasa ibu dan dibiasakan bicara dalam kehidupan sehari-hari mulai dari dalam rumah ataupun lingkungan komunitas masyarakat adat. Menciptakan gerakan-gerakan kecil yang membangun kesadaran masyarakat. Kemudian, advokasi ke tingkat pemerintahan, contohnya harus ada intervensi khusus secara langsung dengan mendorong peraturan bupati,” bebernya.

Baca Juga:  Non OAP Kuasai Kursi DPRD Hingga Jual Pinang di Kota Sorong

Dalam menyajikan materi berjudul “Perkembangan global dan eksistensi bahasa daerah suku Moi”, Tori mengajak semua pihak peduli terhadap realita kian terkikisnya banyak nilai-nilai budaya masyarakat adat.

ads

“Untuk menjaga eksistensi bahasa ibu dari ancaman luar di era teknologi modern ini, yang kita lakukan adalah advokasi di pihak atas dan bawah. Pemerintah Tambrauw dan Sorong sudah punya Perda tentang masyarakat adat. Itu dasar bagi kita. Ya, kita dorong peraturan khusus berupa Perbup sebagai turunan dari Perda yang mengatur soal penggunaan bahasa suku Moi.”

“Saya berharap, Sanggar Salses menjadi pusat untuk kita bergerak bersama dalam kegiatan advokasinya nanti. Saya siap mendampingi. Kita bergerak bersama,” paparnya dalam diskusi.

Baca Juga:  Presiden Jokowi Segera Perintahkan Panglima TNI Proses Prajurit Penyiksa Warga Sipil Papua

Saat presentasikan materi, ia menyebut masih ada upaya lain demi menyelamatkan bahasa ibu dari ancaman kepunahan yakni dengan cara mendirikan pendidikan adat.

“Pendidikan adat ada ruang untuk menggali kembali kosa kata yang hilang. Anak-anak dididik untuk menjaga budaya, bahasa, termasuk hutan adat.”

Tori Kalami juga sebutkan ada metode lainnya adalah bikin kajian ilmiah dan menulis kamus bahasa lokal setiap sub suku di tanah Malamoi.

Senada diungkapkan Frengky Gifelem, salah satu anak muda Moi Kelim dari distrik Selemkay.

Frengky merasa perlu adanya peraturan kampung (Perkam) tentang penggunaan bahasa ibu di setiap pemerintahan kampung untuk wajibkan seluruh masyarakat aktif menggunakan bahasa ibu dalam komunikasi sehari-hari.

“Perlu mendorong Perkam tentang penggunaan bahasa ibu di setiap basis kampung distrik Selemkay. Biasakan dengan bahasa daerah. Bahasa Indonesia dipakai dalam aktivitas di perkantoran atau aktivitas formal. Selemkay menjadi contoh awal, lalu didorong lagi ke kampung-kampung lain,” tuturnya saat memaparkan rencana tindak lanjut (RTL).

Baca Juga:  Pleno Rekapitulasi Hasil Pemilu di PBD Resmi Dimulai

Diskusi diadakan bersama kegiatan temu Miye Libih (pemuda adat) suku Moi dalam memperingati hari bahasa ibu internasional 21 Februari 2022. Mereka mengusung tema “Fitinkei pakafu pau ptal pusu ligin Moi aphok phuntunuk” (mengembangkan dan merajut kembali bahasa daerah suku Moi yang sedang terancam punah).

Kegiatan di kampung Kalabili selama empat hari (18-21/2/2022) merupakan gerakan anak muda Moi dari sub Moi Kelim dan Salkma untuk merawat bahasa ibu, budaya, dan hutan. Diselenggarakan oleh Sanggar Salses yang didukung Samdhana Institute, Yayasan EcoNusa, Yerimias Sedik, ketua DPRD kabupaten Tambrauw, serta seluruh masyarakat distrik Selemkay.

Pewarta: Maria Baru
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaPersipura, Bertahan atau Turun Kasta?
Artikel berikutnyaDemi Pendidikan Anak, Orang Tua di Lanny Jaya Diajak Lanjut Piara Babi