ArtikelMari Kita Senangkan Hati Tuhan Melalui Doa Puasa Massal untuk Pemulihan Bangsa...

Mari Kita Senangkan Hati Tuhan Melalui Doa Puasa Massal untuk Pemulihan Bangsa Papua

Oleh: Selpius Bobii)*
)* Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)

Tuhan sayang Papua. “Apakah kita juga mencintai Tuhan dan sesama dalam sikap dan tindakan nyata?”.

Dunia mencintai Papua bukan karena etnis Papua yang berambut keriting dan hitam. Tetapi dunia mencintai aneka macam kekayaan alam Papua. Dunia berlomba-lomba memperebutkan tanah air Papua bukan untuk membangun Papua, tetapi untuk merampas segala macam susu madu yang ada di Tanah Papua, sambil menguasai dan merusak tanah air Papua serta membantai etnis Papua secara langsung dan tidak langsung.

Pengalaman hidup kita bersama dengan negara Indonesia selama 59 tahun sudah membuktikan bahwa manusia Papua tidak dihargai sebagai makhluk ciptaan Allah. Sesungguhnya semua manusia sama di hadapan Allah. Karena manusia adalah makhluk yang paling mulia diantara makhluk ciptaan Allah yang lainnya.

Yang membedakan kita adalah warna kulit dan rambut. Kulitnya ada yang berwarna putih, sawo matang dan hitam; rambutnya ada yang keriting dan lurus. Sedangkan 66 anggota tubuh manusia itu sama. Hanya penampakan di luarnya saja yang berbeda, yaitu warna kulit dan rambut. Isi di dalam tubuhnya sama yaitu 66 organ tubuh manusia.

Pengalaman pahit yang dialami oleh bangsa Papua di bagian barat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pernah dialami juga oleh bangsa-bangsa kulit hitam di seluruh dunia. Dan, pengalaman itu dialami juga oleh bangsa-bangsa berkulit sawo matang di seluruh dunia. Indonesia juga pernah mengalaminya ketika berada dalam penjajahan bangsa-bangsa lain.

Masyarakat Indonesia setelah merdeka dan Papua dicaplok ke dalam bingkai NKRI pada awal 1960-an, pengalaman pahit yang mereka pernah alami itu, kini sedang dibalaskan kepada bangsa Papua. Negara Indonesia mengakui adanya Allah, negara Indonesia berlandaskan Pancasila dalam sila pertama “Berketuhanan Yang Maha Esa” itu diplesetkan menjadi “Berketuhanan hukum buatan manusia yang maha esa”.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Jutaan manusia Papua mati terbunuh baik secara langsung dan tidak langsung demi menjaga “keutuhan NKRI”. Selama ini, “hukum buatan manusia” menjadi panglima, bukan hukum Allah menjadi panglima. Negara Indonesia berlandaskan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, tetapi prakteknya jauh dari apa yang tertulis. Hukum Allah hanya diucapkan di bibir saja, tetapi tidak dihayati dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar dari pengalaman pahit jatuh bangun dalam bingkai NKRI, bangsa Papua hendak membangun peradaban baru dilandaskan “Hukum Kasih” menjadi panglima. Ada tertulis dalam Injil Matius 22:36-40 (TB): “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”. Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Hukum Kasih berlaku secara universal, tetapi hukum kasih ini kebanyakan orang tidak dihayati dan tidak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga manusia menjadi serigala bagi sesama. Etnis Papua yang sedang menuju ke ambang pemusnahan adalah bukti bahwa penerapan hukum kasih dan hukum humaniter lainnya jauh dari harapan.

Dunia membenci Papua, dunia memusuhi Papua, dunia sedang membumihanguskan tanah air Papua dan segala isinya, termasuk manusianya. Tetapi Tuhan Allah mengasihi Papua. Tuhan punya rencana yang paling indah buat masa depan bangsa Papua menjelang akhir zaman. Dan ini terkait dengan penggenapan nubuatan.

Karena Tuhan mengasihi Papua, maka Tuhan melindungi sisa-sisa Papua dari segala yang jahat. Karena Tuhan mengasihi Papua, maka Tuhan melindungi Papua dari bahaya virus Corona. Karena Tuhan mengasihi Papua, maka Tuhan hendak menyelamatkan sisa-sisa Papua dari ancaman kepunahan etnis.

Tanah air Papua dan segala isinya, termasuk manusia Papua adalah milik Tuhan. Tanah air dan segala isinya, termasuk para leluhur serta manusia yang tersisa selama ini merintih kesakitan seraya memohon pertolongan dari Tuhan Allah. Rintihan tangisan bangsa Papua telah sampai ke hadirat Allah. Sehingga Tuhan sedang siap berdiri di ambang pintu untuk menegakkan keadilan dan anugerah bagi bangsa Papua untuk perdamaian dunia.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Hanya satu syarat yang Tuhan minta kepada bangsa Papua, yaitu: Bangsa Papua harus menguduskan diri sebelum Tuhan memulihkan bangsa Papua indah pada waktu-Nya. Menguduskan diri adalah syarat mutlak untuk pemulihan bangsa Papua. Menguduskan diri berarti menaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Menguduskan diri berarti mengundang Tuhan Yesus di dalam hati kita masing-masing dan miliki, menghayati serta melaksanakan kebenaran firman-Nya.

Marilah kita mencintai Allah Tritunggal lebih dari apapun, dan mencintai sesama seperti mencintai dirinya sendiri. Ada tertulis dalam 1 Yohanes 4:19: “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita”.

Kasih cinta kita kepada Tuhan dan sesama harus dibangun melalui sikap dan tindakan yang konkrit yang bersifat baik dan benar di mata Tuhan. Jangan lupa juga membangun relasi kasih dengan ciptaan Tuhan yang lain, karena Allah menciptakan segala sesuatu itu baik adanya. Hubungan kita dengan Tuhan dan sesama serta ciptaan Allah yang lain akan terganggu jikalau kita melanggar perintah Tuhan.

Membangun hubungan baik dengan Tuhan, tetapi memberlakukan sesama yang lain seperti ‘binatang’ adalah tindakan yang melawan hukum Allah. Ada tertulis dalam Injil Matius 7:12 (TB): “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Tuhan sedang menunggu pemulihan bangsa Papua secara keseluruhan (holistik). Tuhan sedang menunggu pertobatan massal. Tuhan sedang menunggu perdamaian massal, dan Tuhan sedang menunggu bersatu secara massal ke dalam kehendak Tuhan. Ini adalah kehendak Tuhan yang harus dilakukan oleh bangsa Papua.

Baca Juga:  Hak Politik Bangsa Papua Dihancurkan Sistem Kolonial

Setelah kita melakukan kehendak Tuhan, setelah kita menyenangkan hati Tuhan, maka Tuhan akan menjawab kerinduan bangsa Papua yaitu kemerdekaan jasmani (politik) dan kemerdekaan rohani menuju Papua Baru, Papua Tanah Damai, Tanah Suci Papua, Papua Penuh Kemuliaan Tuhan. Ada tertulis di dalam Injil Matius 6:33: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.

Marilah kita mencari wajah Tuhan! Marilah kita berbenah diri: Bertobat, berdamai dengan siapapun, dan bersatu di dalam kehendak Tuhan. Karena hanya Tuhan-lah jawaban atas pergumulan bangsa Papua.

Untuk itu, mari kita bersatu mengawal agenda Doa Puasa Massal selama 40 hari 40 malam serentak Papua Barat dan PNG dari tanggal 21 Juni 2022 jam 12 siang sampai 31 Juli 2022 jam 12 siang. Panduan doa puasa yang telah dikeluarkan oleh JDRP2 itu mohon dibagikan kepada sesama Papua dan simpatisan.

Bagi yang belum mendapat panduan atau ketentuan doa puasa massal, silahkan hubungi kami lewat nomor kontak ini: 081343432699.

Ingat apa yang terjadi di zaman Nuh, di zaman Lot, dan juga bangsa Israel yang masuk ke tanah Kanaan itu sedikit orang yang sungguh-sungguh percaya dan menaati perintah Allah. Demikian pula sisa-sisa bangsa Papua yang akan masuk ke Tanah Suci Papua adalah bagi yang mengundang Yesus di dalam hatinya sebagai Tuhan dan juruselamat yang senantiasa menguduskan dirinya dalam kebenaran Firman Tuhan. Atas pertolongan Tuhan, Papua pasti bisa!.

Akhirnya:

  • Lukas 18:27, Kata Yesus: “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah”.
  • Roma 8:31b, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”.
  • Wahyu 13:9, “Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”.

Jika Anda tergerak hati dengan artikel ini, mohon bagikan juga kepada sesama yang lain demi kebaikan bersama. (*)

 Jayapura, 9 Juni 2022

Terkini

Populer Minggu Ini:

Orang Mee dan Moni Saudara, Segera Hentikan Pertikaian!

0
“Kami tegaskan, jangan terjadi permusuhan sampai konflik diantara orang Mee dan Moni. Semua masyarakat harus tenang. Jangan saling dendam. Mee dan Moni satu keluarga. Saudara dekat. Cukup, jangan lanjutkan kasus seperti ini di Nabire, dan di daerah lain pun tidak usah respons secara berlebihan. Kita segera damaikan. Kasus seperti ini jangan terulang lagi,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.