JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2) menegaskan pentingnya pemulihan Papua secara holistik atau keseluruhan dari fakta kelam yang terus melanda alam semesta dan orang Papua selama puluhan tahun.
Dalam catatan refleksinya, Selpius Bobii, koordinator JDRP2, mengatakan, pemulihan Tanah Papua merupakan kebutuhan penting dan mendesak yang harus dibangun dan dikerjakan dengan kesungguhan hati secara bersama, serentak, konsisten, terarah, terpadu, dan berkesinambungan dengan tuntunan Roh Kudus.
“Dalam kerangka pemulihan Tanah Papua, orang Papua dan simpatisan sedang membangun penyadaran pentingnya pemulihan Papua secara keseluruhan. Karena itulah perlu dilakukan satu gerakan bersama melalui doa puasa massal selama 40 hari 40 malam,” kata Selpius.
Orang Papua menurutnya menyadari berbagai kehancuran terus terjadi yang bahkan hingga mengarah ke pemusnahan. Dengan dasar kesadaran itu muncul satu gerakan bersama untuk menjawab kehendak Tuhan agar ada pemulihan di Tanah Papua.
“Pemulihan yang dimaksud di sini adalah pemulihan diri sendiri, pemulihan diri dengan sesama, pemulihan diri dengan leluhur, pemulihan diri dengan alam ciptaan-Nya, dan pemulihan diri dengan Allah Tritunggal,” urainya.
Selpius menjelaskan pemulihan diri berarti bertobat dari salah dan dosa serta kembali kepada Allah. Pemulihan diri berarti berdamai dengan diri, berdamai sesama, berdamai dengan leluhur berdamai dengan alam ciptaan Tuhan, dan terakhir berdamai dengan Allah Tritunggal.
“Pemulihan diri berarti membangun kesatuan hidup kita ke dalam penyelenggaraan rencana dan kehendak Tuhan. Dengan demikian, pemulihan dengan keluarga, kampung, marga, klan, suku, daerah dan pemulihan keseluruhan akan terwujud di Tanah Papua indah pada waktu-Nya.”
Lanjut Selpius, “Ini terkait dengan penggenapan nubuatan dari para leluhur kita, nubuatan dalam Kitab Suci, nubuatan dari para misionaris yang pernah berkarya di Tanah Papua. Maka itu, gerakan pemulihan Papua sangat penting dan mendesak kita bangun, kerjakan saat ini dan berkelanjutan.”
Dengan maksud itu, kata dia, bangsa Papua dari Misool Sorong hingga Samarai PNG serta orang Papua di rantauan hendak melakukan doa puasa massal selama 40 hari 40 malam terhitung tanggal 21 Juni 2022 jam 12 siang sampai 31 Juli 2022 jam 12 siang.
“Semua orang Papua diwajibkan oleh Tuhan untuk terlibat dalam doa puasa ini,” ujarnya.
Selpius juga ingatkan agar patuhi ketentuan terkait dengan doa puasa massal ini.
Kegiatan doa puasa massal telah ditetapkan dalam komitmen membangun gerakan spiritual bersama oleh para pemimpin Agama dan pemimpin umat/jemaat di Tanah Papua dalam acara seminar dan KKR Pemulihan Tanah Papua yang diadakan 31 Mei 2022 di auditorium Uncen Jayapura.
“Pada akhir Agustus 2022 akan diselenggarakan ibadah akbar pemulihan Papua sebagai puncak dari doa puasa massal,” imbuhnya.
Dalam kegiatan-kegiatan kerohanian tersebut, diharapkan para hamba Tuhan dan tetua adat di daerah masing-masing mengambil kendali dan tanggungjawab.
Selpius berharap dukungan dari semua pihak yang berkehendak baik yang merindukan Papua Baru untuk memfasilitasi terselenggaranya kegiatan kerohanian umat Tuhan dalam rangka pemulihan alam semesta beserta segala isinya termasuk manusia pemilik tanah besar ini.
“Mari kita bersatu untuk mewujudkan komitmen bersama ‘Bangsa Papua siap lahir baru di dalam Tuhan’ menuju Papua Baru,” ajaknya.
Menjelang doa puasa massal 40 hari 40 malam, Dewan Gereja Papua (West Papua Council of Churches) mengeluarkan surat edaran untuk diperhatikan bersama dalam rangka upaya pemulihan Papua.
Dalam surat edaran nomor 02/DGP/2022 tertanggal 8 Juni 2022, Pdt. Benny Giay selaku moderator Dewan Gereja Papua, menyampaikan beberapa ajakan sekaligus penegasan kepada masyarakat juga pemimpin pemerintah dan swasta.
REDAKSI