DEKAI, SUARAPAPUA.com — Tujuh bulan sudah masyarakat dari 13 kampung di distrik Suru Suru, kabupaten Yahukimo, mengungsi sejak kontak tembak antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Koramil persiapan 1715 Yahukimo, pada 20 November 2021 lalu, hingga kini belum juga kembali ke rumah mereka.
13 kampung itu diantaranya kampung Suru Suru, Perintis, Uruwi, Sehapu, Koba, Solok, Ti, Yunisugu, Sagapu, Se, Jifak, Timoro, dan kampung Siniwan.
“Sejak terjadi baku tembak itu, kami semua kepala kampung ada di Dekai. Di distrik Suru Suru sana hanya masyarakat saja. Akibat kontak tembak, masyarakat semuanya lari ke hutan, ada yang sampai ke Asmat,” kata Yosua Heluka, salah satu kepala kampung dari 13 kepala kampung, Kamis (16/6/2022) di Dekai.
Selama ini menurut Yosua, masyarakat di distrik Suru Suru hidup tenang dan tidak tahu dengan bunyi tembakan. Begitu mendengar adanya kontak tembak, masyarakat berjuang menyelamatkan diri.
“Karena ketakutan mendengar bunyi peluru, masyarakat langsung lari ke hutan. Banyak juga yang sampai di kabupaten Asmat,” jelasnya.
Sejak itu hingga kini bulan ketujuh, ratusan orang yang mengungsi belum kembali ke kampung mereka.
“Sekarang sudah tujuh bulan ini, di distrik Suru Suru tidak ada masyarakat. Mereka masih di lokasi pengungsian. Keluarganya terpencar. Orang tua lari tanpa anak-anak. Tinggal di lokasi berbeda. Kami sudah ke Suru Suru untuk kumpulkan masyarakat, tetapi mereka tidak mau karena masih trauma,” tuturnya.
Hingga bulan ketujuh, Yosua Heluka mengaku telah mendapat laporan mengenai kondisi buruk yang dialami warga termasuk data kematian warga di lokasi pengungsian.
“Kesehatan sangat buruk. Mereka susah dengan makanan. Banyak yang sakit-sakitan. Dan, jumlah yang meninggal dunia sebanyak 12 orang. Satu diantaranya meninggal dari Dekai setelah tinggalkan kampung halaman. Kami sudah makamkan di sini,” kata Yosua.
Selepas peristiwa kontak tembak, kondisi di Suru Suru tanpa penghuni hingga rumah-rumah milik masyarakat tenggelam dalam rerumputan. Tiap hari Minggu gedung Gereja kosong. Tidak ada aktivitas pendidikan dan layanan kesehatan.
“Tidak bisa biarkan situasi begini. Pemerintah kabupaten Yahukimo harus ambil langkah cepat supaya masyarakat kembali dan hidup seperti dulu,” harapnya.
Di kesempatan sama, Yulius Giban, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Yahukimo, mengaku telah membentuk panitia khusus (Pansus) karena warga dari 13 kampung di distrik Suru Suru belum kembali. Hanya saja, sampai sekarang tim belum ke Suru-Suru.
“Pertama kami sampaikan di media, dan hasilnya kami sudah turun ambil data, kemudian sudah buat Pansus. Tim dari DPRD sudah ke Asmat. Setelah itu mau ke Suru Suru, tetapi sebagian pengungsi ada di Asmat, sehingga kami berikan bantuannya kepada mereka,” kata Giban.
Beberapa upaya telah dilakukan, termasuk menurutnya, menjalin komunikasi dengan pihak keamanan.
“Kami sudah ketemu Dandim dan Polres Yahukimo, untuk tarik militer dari Suru Suru supaya masyarakat merasa aman dan bisa kembali ke rumah. Sudah juga ketemu pemerintah daerah untuk kita ke lokasi pengungsian. Harapannya, semua pihak seperti pemerintah dan pihak keamanan, harus kita kerja sama agar masyarakat sipil ini kita amankan,” tutur Yulius.
Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Markus You