Rilis PersPastor Paul Tumayang Soroti Pimpinan IKT Mimika

Pastor Paul Tumayang Soroti Pimpinan IKT Mimika

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Beredar sebuah baliho berisi dukungan Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Kabupaten Mimika terhadap pemekaran Provinsi Papua Tengah dikecam berbagai kalangan yang merasa nama baik suku Toraja di Timika dan secara umum di Tanah Papua turut diperalat oknum berkepentingan.

Dukungan tersebut terlihat dalam acara deklarasi dukungan otonomi khusus (Otsus) jilid II dan pemekaran daerah otonom baru (DOB) Papua Tengah dan rencana pencalonan Bupati Mimika Eltinus Omaleng dalam bursa pencalonan Gubernur Papua Tengah pada hari Rabu (15/6/2022) di halaman Gereja Kingmi Martin Luther, Mile 32, Karang Senang, distrik Kuala Kencana, Mimika.

Dalam baliho tertulis “Ikatan Keluarga Toraja Mimika Mendukung Pemekaran Provinsi Papua Tengah yang Beribukota di Kabupaten Mimika”. Di bagian bawah terpampang nama dan gambar Yusuf Rombe Pasarrin ketua IKT dan Matius Sedan sekretaris IKT.

Baliho tersebut langsung viral di WhatsApp Group, Facebook, Instagram, dan Twitter. Berbagai reaksi pun bermunculan tidak hanya dari anggota IKT Mimika dan masyarakat Toraja di Tanah Papua, tetapi juga dari orang asli Papua (OAP) yang mengecam tindakan tersebut.

Oknum pengurus IKT Mimika dituding sebagai biang keladi dalam membawa organisasi sosial itu  ke ranah politik praktis.

Pastor Paul Tumayang Tangdilintin, OFM, Imam Katolik asal Toraja di Keuskupan Jayapura bahkan sampai menulis surat terbuka menanggapi tindakan pimpinan IKT Mimika dan kelompoknya yang dinilai tidak layak karena bukan sebagai OAP.

“Sejauh yang saya ikuti, tidak ada satupun dari respons terhadap pernyataan bapak berdua yang mengatasnamakan orang Toraja yang bernada positif. Semua respons bernada sangat negatif, dan pada akhirnya ikut menyeret semua orang Toraja yang tidak tahu apa-apa,” tulis Pastor Paul dalam surat terbuka, 19 Juni 2022.

Pastor Paul mempertanyakan, apakah hal itu setelah ada kesepakatan atau setidaknya dukungan dari seluruh masyarakat Toraja yang tergabung dalam IKT di Kabupaten Mimika? Jika itu tidak dilakukan, patut dikoreksi bahwa urusan dan kepentingan pribadi dengan cara mengatasnamakan seluruh orang Toraja tidak dapat dibenarkan.

Baca Juga:  Kemenparekraf Ajak Seluruh Pelaku Usaha Kreatif di Indonesia Ikut AKI 2024

Sebagai orang yang “dituakan” oleh orang Toraja di Kabupaten Mimika, pimpinan IKT Mimika menurut Pastor Paul harusnya lebih bijaksana dan mempertimbangkan dengan baik segala sesuatu sebelum mengeluarkan pernyataan yang mengatasnamakan orang Toraja.

“Karena suka tidak suka, apa yang bapak berdua katakan itu, akan berdampak pada semua orang Toraja. Tidak hanya di kabupaten Mimika, tetapi juga semua orang Toraja yang ada di perantauan Papua,” lanjutnya.

Pastor Paul mengaku tidak begitu kenal Yusuf Rombe Parrin dan Matius Sedan, walau pernah bertugas sebagai Pastor Paroki di Paroki Santo Stefanus Sempan Timika dari Februari 2006 sampai September 2009. Ia hanya dengar kalau ketua IKT Mimika adalah seorang pengusaha kaya dan sukses.

Merantau ke Tanah Papua tepatnya di Serui tahun 1974 saat berusia lima tahun bersama orang tua, Pastor Paul menjalani proses pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi dari Tanah Papua. Selesai studi dan ditahbiskan menjadi Imam, Pastor Paul melayani umat Tuhan di berbagai daerah baik di pesisir hingga wilayah pegunungan. Karena itu, ia mengaku memahami situasi dan kondisi riil Papua.

“Sebagai seorang hamba Tuhan, asal suku Toraja, yang sudah puluhan tahun hidup dan berkarya di Tanah Papua, saya merasa terdorong untuk membuat surat terbuka ini. Bapak berdua harus berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan yang mengatasnamakan orang Toraja demi kepentingan pribadi bapak berdua yang pada akhirnya menimbulkan reaksi yang sangat negatif seakan-akan semua orang Toraja berperilaku seperti bapak berdua.”

Pastor Paul mempertanyakan, “Apakah sebelum membuat pernyataan itu sudah mengumpulkan semua orang Toraja yang ada di Mimika, untuk menyampaikan maksud dari bapak berdua yaitu mengeluarkan pernyataan dukungan seperti yang dimuat di baliho itu? Atau kalau mengumpulkan semua orang Toraja di Kabupaten Mimika sulit karena sangat banyak dan luas, maka paling tidak mengumpulkan para ketua-ketua kelompok arisan yang ada di kota Timika. Atau kalau juga masih susah, maka dalam lingkup yang lebih kecil, apakah sudah mengumpulkan semua pengurus IKT Kabupaten Mimika untuk membicarakan hal ini? Jika hal ini bapak tidak tempuh, maka penyataan bapak itu sangatlah tendensius dan tidaklah salah kalau saya katakan bahwa sarat dengan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.”

Baca Juga:  PTFI Bina Pengusaha Muda Papua Melalui Papuan Bridge Program

Kepada dua orang yang “dituakan” di Kabupaten Mimika itu ia ingatkan agar mestinya bisa memahami situasi dan kondisi Papua saat ini secara khusus soal pro-kontra tentang pembentukan DOB di kalangan OAP. Sebab dukungan mengatasnamakan IKT jelas berdampak pada semua orang Toraja tidak hanya yang ada di Kabupaten Mimika, tetapi juga secara umum di Tanah Papua.

“Jangan pernah sekali-kali menggunakan organisasi IKT untuk kepentingan pribadi atau menyeretnya ke ranah politik praktis. Jujur harus saya katakan, seandainya saya masih tugas di Timika, maka sudah pasti saya akan datang menyampaikan protes keras kepada bapak berdua, seperti yang pernah saya lakukan ketika saya masih bertugas di Timika. Ketua IKT saat itu menggunakan jabatannya sebagai ketua IKT untuk mendukung kandidat calon bupati tertentu,” urai Paul.

Dari semua reaksi negatif yang muncul, Pastor Paul menyimpulkan bahwa sikap Yusuf Rombe Parrin dan Matius Sedan bukan mewakili seluruh warga Toraja di Mimika. Itu keputusan pribadi.

“Bapak berdua, ketua dan sekretaris IKT Kabupaten Mimika, ada urusan apa Anda berdua mendukung pemekaran DOB Papua Tengah dengan ibu kota Timika dengan mengatasnamakan orang Toraja? Siapa yang beri mandat kepada bapak berdua?” ujarnya.

Imam Katolik yang lahir di Penanian Pare Limbu Tana Toraja 45 tahun lalu itu juga menyampaikan permohonan maaf kepada OAP yang merasa terganggu dengan penyataan pribadi dari ketua dan sekretaris IKT Mimika.

“Jangan marah atau pukul rata semua orang Toraja, silakan marah sama oknum ketua dan sekretaris IKT Mimika yang tidak bijaksana dan peka apalagi memahami situasi dan realitas Papua saat ini, karena mungkin punya kepentingan pribadi.”

Baca Juga:  Tiga Warga Sipil Disiksa, Begini Sikap Mahasiswa Puncak se-Jawa dan Bali

“Kepada semua orang Toraja yang dituakan di seluruh Papua, sebagai seorang pastor asal suku Toraja saya ingatkan bahwa kita orang Toraja adalah pendatang di Tanah Papua yang datang merantau untuk mengubah hidup agar lebih baik. Karena itu, kalau mau mengeluarkan sebuah penyataan yang mengatasnamakan orang Toraja, harap pertimbangkan dengan sangat bijaksana karena akan sangat berdampak kepada semua orang Toraja,” bebernya.

Pastor Paul menegaskan bahwa jangan pernah menyeret IKT sebagai organisasi sosial ke ranah politik praktis, karena IKT bukan organisasi politik.

“Silakan berpolitik, tetapi itu urusan pribadi. Jangan pernah bawa nama IKT. Contoh dari ketua dan sekretaris IKT Mimika bukanlah contoh yang baik. Jangan ditiru,” tegas Paul.

Di bagian akhir surat terbuka itu, Pastor Paul menulis, “Mari kita hidup di Tanah Papua dengan damai, peka, bijaksana dan menghormati serta menghargai saudara-saudari kita OAP sebagai pemilik sah dari tanah ini. Bahwa kita bisa datang hidup di tanah ini, diterima dengan tangan terbuka oleh saudara-saudari kita OAP, kita bisa hidup dan bekerja dengan tenang, bahkan banyak yang sukses, itu adalah suatu berkat dari Allah yang disalurkan melalui saudara-saudari kita OAP. Saudara-saudari kita OAP telah menjadi berkat bagi kita perantau asal Toraja di daerah ini. Karena itu kita jangan sekali-kali menyakiti hati saudara-saudari kita OAP. Jangan pula berusaha untuk merampas hak kesulungan mereka. Masa depan Tanah Papua, biarkanlah Orang Asli Papua sendiri yang menentukan. Tuhan memberkati kita semua.”

Sebelum menjabat sebagai Pastor Paroki Santo Petrus dan Paulus Argapura Keuskupan Jayapura sejak tahun 2014 hingga kini, Pastor Paul juga pernah bertugas di beberapa paroki yang ada di daerah Paniai, Timika, Merauke, Wamena, dan Jayapura. Ia melayani umat Tuhan di Tanah Papua sejak 26 tahun silam.

REDAKSI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Pemerintah dan Komnas HAM Turut Melanggar Hak 8.300 Buruh Moker PTFT

0
omnas HAM Republik Indonesia segera memediasikan persoalan antara 8.300 buruh dengan manajemen PTFI sesuai ketentuan Pasal 89 ayat (4), UU No. 39 Tahun 1999;

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.