Sejarah Asal Muasal Nama Serui dan Berdirinya Pemerintahan di Pulau Yapen

0
3949

“Di taman bunga yang permai, di ODO Serui manise
Kupertama, kupertama jatuh cinta”

KOTA SERUI – kota yang menyimpan banyak kenangan manis, menyimpan sejarah masa lalu. Serui menjadi tempat para muda mudi mengenyam pendidikan era zaman Belanda. Sehingga orang menjulukinya kota pendidikan. Generasi tempo dulu yang pernah memasuki JVVS dan ODO Serui pasti akan selalu mengingat kenangan-kenangan masa lalu mereka. Ketika siswa-siswi lulus dari MWS dan JVVS mereka akan melanjutkan berbagai kursus tambahan ke PMS, ODO, LAD, ZMK, DVG, PMS, LTS, Meteo dan LAD.

Tokoh-tokoh intelektual tanah Papua, seperti Silas Papare (1918-1973), Hermanus Wayoi (1929-?), Fritz M. Kirihio (1934-2018), Elias Jan Bonai (1924-1990), Freddy Numberi (1947-), Abraham Octavianus Atururi (1950-2019), semua berasal dari kepulaun Yapen.

Nah, bagaimana dengan asal muasal nama Serui? Apa arti nama Serui? Tentu, kita ingin mengetahui sejarah tempo doloe pulau Yapen, Serui maupun sejarah terbentuknya kabupaten atau sistem pemerintahan. Artikel ini akan membahas secara singkat tentang kepulauan Yapen, khususnya kota Serui sebagai objek utama pembahasan.

Asal Muasal Nama Serui

ads

Etimologi kata “Serui” berasal dari kata “Arui-Sai” yang dalam bahasa Arui berarti di atas laut, atau Serui Laut, tempat yang berada di pesisir pantai atau di bagian laut. Kata “aruisai” kemungkinan dilafalkan menjadi “Sai-arui” yang kemudian dilafalkan menjadi “Serui”. Jadi, asal muasal nama “Serui” ini berasal dari suku Arui-Sai.

Arui-Sai merupakan sebuah kampung, di pantai Wombai (sekarang kota Serui). Dalam literatur bahasa Belanda tahun 1800-an, nama “Seroei” sudah dipakai dalam dokumen-dokumen tertulis. Penulisan nama Serui dalam bahasa Belanda tahun 1800-an bervariasi seperti “Seroei (Serui)”, “Seroewi (Seruwi)”, dan “Soeroei (Surui)”.

Baca Juga:  Zheng He, Seorang Kasim Cina Terkenal Sampai di Nusantara

Pada 1858, disebutkan di kampung Serui terdiri dari 12 rumah dan Ambai 13 rumah yang populasinya jika digabung sekitar 1200 jiwa. De Clerq juga menyebutkan pada tahun 1800-an, bahwa Perempuan Serui Laut (suku Arui), sering membuat kabirora atau pot dan pembakar sagu (iro).

Nama Serui belum jelas sejak kapan mulai digunakan oleh suku Arui, namun tampaknya jauh sebelum tahun 1800-an, nama ini telah digunakan. Kini, nama “Serui” telah mendunia, orang kerap menyebut nama “Serui” ketimbang nama “Yapen”.

Joannes J. de Hollander (1817-1886) melaporkan bahwa, di Serui masyarakat melakukan perdagangan misalnya “kulit penyu, tripang, kulit cendrawasih, massooi dan sagu mentah, merupakan barang ekspor utama; perdagangan ini dilakukan khususnya di Teluk Ansus, lebih sedikit di Ambai dan di pelabuhan-pelabuhan di lepas pantai Serui dan Awek”.

Sebelumnya, kepulauan Yapen telah dikunjungi oleh seorang navigator dan penjelajah Belanda bernama Jacob Weyland, dibawah bendera VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) sejak tahun 1705. Pada 28 April 1705, armada tersebut mencapai pulau Yapen. Jacob Weyland bersama pasukannya masuk di kampung Yobi (Yapen Utara). Di sana mereka mendapat perlawanan sengit dari masyarakat kampung Yobi.

Para tentara VOC berhasil memukul mundur penduduk Yapen dan enam orang penduduk setempat ditawan. Dari kunjungan mereka inilah Jacob Weyland membuat peta pulau Yapen tahun 1705, dengan mencantumkan nama “Jobie” (Yobi) untuk menyebut kepulauan Yapen. Dan tercatat pula bahwa empat orang Yapen dibawa ke Batavia (Jakarta) dan tinggal disana selama beberapa tahun, kemudian beberapa diantaranya pergi ke Belanda sampai pada tahun 1710 kembali ke Banda.

Baca Juga:  Apakah Kasuari dan Cenderawasih Pernah Hidup di Jawa?

Masuknya Pemerintahan Belanda di Serui

Pemerintahan Belanda, melalui Resident Ternate mengunjungi pantai Wombai, di Serui laut pada 01 September 1886, dengan menggunakan kapal uap Tromp. Di Serui beberapa kepala diangkat sebagai penghubung atau sebagai perantara pemerintah Belanda dan masyarakat di pulau Yapen.

Berdasarkan Surat Keputusan 12 Desember 1875, Korano Jowilli diangkat menjadi Korano di Serui. Kedatang residen Ternate kali ini pada tahun 1886, mereka bertemu dengan beberapa kepala kampung yakni Mayor Sambari, Sengaji Wanbarari, Kapiten Laut Andainibi, Woki, Jurubasa Arawai.

Pada 01 Januari 1917, Assistent-Resident W.K.H. Ypes mengunjungi pulau Yapen. Moment kunjungan ini, terdokumentasi dalam potret pada tahun itu. Terlihat acara yang dimeriahkan oleh beberapa masyarakat kampung di kepulauan Yapen seperti Serui, Manawi dan Ansus. Dimana dihadiri pula oleh kepala-kepala kampung.

Dari kunjungan Assisten-Resident ini, berlanjut sampai pada dikeluarnya surat keputusan (Besluit) 17 Juli 1918 No. 47 secara resmi dibagi menjadi wilayah Administratif yang disebut Afdeeling Noord-Nieuw Guinea yang setingkat Kabupaten. Pos pemerintahan Yapen Waropen berkedudukan di Serui dan Pos pemerintahan Schouten eilanden (Biak) berkedudukan di Bosnik.

Dalam perjalanan sejarah yang panjang, pemerintahan administratif di kota Serui, itu mulai dihitung sejak tanggal 30 Juli 1920 berdasarkan Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1920 No. 713. Dalam surat tersebut ada dua point, dimana point kedua menyebutkan bahwa kepulauan Yapen dan Waropen yang berada dalam Afdeeling Noord-Niuew-Guinea, akan menjalankan roda pemerintahan oleh seorang gezaghebber yang akan ditempatkan di Serui sebagai pusat pemerintahan Administratif.

Sejak 1918-1920, Serui merupakan Afdeeling. Sekitar tahun 1921-1940-an, status kepulauan “Jappengroep” berubah menjadi Onderafdeeling.

Untuk menjalankan roda pemerintahan “Jappengroep” (Yapen-Waropen) di Serui, seorang gezaghebber ditempatkan di kota Serui. Berikut pejabat-pejabat pemerintahan yang ditempatkan di Serui (Yapen) sejak tahun 1917-1940-an:

  1. Assistent-Resident W.K.H. Ypes, 1917-?
  2. Gezaghebber E. Latumeten, Afdeeeling, 1921-1923?
  3. Gezaghebber (Bestuur Ambternar)…………Onderafdeeling, 1923-1925
  4. Gezaghebber L. J. Huizinga, Onderafdeeling, 1925?-25 Juli 1927
  5. Gezaghebber Jhr. C. van der wijck, Onderafdeeling, 25 Juli 1927-18 September 1930
  6. Gezaghebber G. de Lassacquere, Onderafdeeling, 18 September 1930-22 Agustus 1932
  7. Gezaghebber J. G. Detiger, Onderafdeeling, 22 Agustus 1932-04 Agustus 1934
  8. Gezaghebber Mohamad Taher Alting, Onderafdeeling, 18 September 1932-07 September 1936
  9. Gezaghebber F. J. H. M. Routs, Onderafdeeling, 04 Agustus 1934-07 September 1936
  10. Gezaghebber Dr. C. Vlak, Onderafdeeling, 07 September 1936-16 Juni 1938
  11. Bestuursassistent J. Nanlohy, 1937?
  12. Gezaghebber R. O. van der Hout, Onderafdeeling, 16 Juni 1938-06 November 1941
  13. Gezaghebber P. M. Felix, Onderafdeeling, 06 November 1941-?
Baca Juga:  Zheng He, Seorang Kasim Cina Terkenal Sampai di Nusantara

Serui yang awalnya merupakan sebuah kampung dari suku Arui, berkembang menjadi tempat strategis yang dipilih pemerintahan Belanda di masa lalu sebagai tempat berdagang, menjalankan roda pemerintahan. Hingga abad ke-21, nama “Serui” bukan lagi nama sebatas pada nama kampung, namun dikenal orang-orang sebagai nama sebuah kota yang penuh kenangan. Itu sebabnya ada yang menyebut kota Serui sebagai kota kenangan.

NOTE: Di kepulauan Yapen sendiri, terdapat beberapa suku-suku seperti suku Onate, suku Wondei, Wondau, Wonawa, suku Ampari, suku Berbai, suku Busami, suku Pombawo, dan suku Aruisai.

Artikel ini disadur dan diterbitkan ulang dari pustakapapua.com setelah mendapat izin untuk menerbitkan ulang dari pengelola situs web Pustaka Papua. Anda bisa membaca artikel-artikel menarik tentang Papua di PustakaPapua.com

SUMBERPustaka Papua
Artikel sebelumnyaIni Tuntutan dan Desakan Keluarga Empat Warga Nduga yang Dimutilasi di Timika
Artikel berikutnyaJembatan Penghubung Antara Sorong dan Tambrauw di Sausapor Putus