BeritaOrang Tua Mesti Berperan Aktif Cegah HIV dan AIDS Pada Anak

Orang Tua Mesti Berperan Aktif Cegah HIV dan AIDS Pada Anak

SENTANI, SUARAPAPUA.com— Orang asli Papua (OAP) sedang berada dalam pusaran badai kematian. Melihat bagaimana sekaligus bahwa kematian itu terlalu dekat pada hidup OAP.

Kasus HIV dan AIDS di tanah Papua menjadi salah satu masalah yang perlu ditangani dengan serius hingga memutuskan penularan virus ini. Sebab kasus HIV di Papua seperti fenomena kayu yang terapung, dimana hanya diketahui bagian atasnya, tetapi tidak tahu sisi bawahnya.

“Secara khusus pada tahun 2021, isu HIV dan AIDS tenggelam lantaran virus corona masih menyebar di seluruh tanah Papua. Sehingga di tahun 2022, kasus HIV dan AIDS melonjak banyak sekali. Berdasarkan data sistem informasi HIV dan AIDS Dinas Kesehatan Provinsi Papua pada 30 September 2021, kelompok usia dari 15 -19 tahun ada sebanyak 5,495 orang, kelompok usia 20 -24 tahun ada 11.101 orang. Ini baru data yang di provinsi Papua, belum yang Papua barat,” kata Petrus Pit Supardi, salah satu penulis buku ‘jalan panjang keadilan dan perdamaian di Papua’ yang diterbitkan SKPKC Fransiskan Papua kepada suarapapua.com di Sentani, Kamis (15/12/2022).

Supardi mengatakan, dalam kasus HIV dan AIDS ini apakah orang tua sudah menjalankan perannya dalam menanamkan nilai-nilai hidup, baik nilai-nilai erat dan keagamaan bagi anak-anak.

“Bicara HIV ini bukan barang datang sendiri seperti corona, tetapi HIV itu siapa ada uang dan dia mau buat apa saja bisa.  Misalnya berhubungan seks orang yang sehat dan terinfeksi dan itu kena virus.  Sekarang anak kecil umur 15 tahun ketika berhubungan mati, lalu dibilang Tuhan panggil. Padahal mati karena kena penyakit HIV.”

Baca Juga:  Jelang Idul Fitri, Pertamina Monitor Kesiapan Layanan Avtur di Terminal Sentani

Jadi ini ada fenomena yang muncul akhir-akhir ini yang menyebabkan anak usia 15 tahun banyak yang meninggal hanya karena HIV AIDS. Padahal kata Supardi dalam firman Tuhan jelas tertulis bahwa masa hidup manusia adalah 70 tahun, jika kuat maka akan hidup 80 tahun.

Sebagaimana tertulis dalam Mazmur 90:10a, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat delapan puluh tahun.”  Namun demikian, faktanya anak-anak usia dini, bahkan belum mencapai 20 tahun sudah meninggal. Ini ironi bagi semua orang di Papua.

Ia lalu menjelaskan terkait data terinfeksi HIV dan AIDS paling banyak adalah perempuan, dan 99 persen terinfeksi karena berhubungan seks bebas.

“Di kalangan orang dewasa dan orang tua berusia 25 -49 sebanyak 27.047, dan usia di atas 50 tahun sebanyak 1.633 orang. Orang tua yang semestinya berdiri menjaga pintu rumah justru terinfeksi HIV dan AIDS. Jadi di Papua itu 99 persen HIV di Papua itu tinggi, karena hubungan seks bebas tanpa kondom dan berganti-ganti pasangan,” ucapnya.

Baca Juga:  Bangun RS Tak Harus Korbankan Warga Sekitar Sakit Akibat Banjir dan Kehilangan Tempat Tinggal

Oleh sebab itu ia mengatakan, yang paling penting adalah kuatkan pendidikan di orang tua.

“Pendidikan paling penting itu ada di orang tua dengan mendidik anak dengan baik. Tidak melakukan hubungan seks bebas dan berperilaku baik di lingkungan sekolah dan di tempat umum. Kemudian pemerintah dan gereja itu melakukan sosialisasi-sosialisasi penyadaran bagi masyarakat dan jemaat di gereja,” ujarnya.

Dalam rangka pencegahan katanya, pemerintah provinsi telah menyediakan anggaran untuk melakukan sosialisasi di tingkat Puskesmas guna melaksanakan sosialisasi bahaya dan dampak dari HIV dan AIDS itu.

“Bagaiman kolaborasi yang dilakukan, baik dari provinsi, kabupaten dan di setiap puskesmas dalam memberantas HIV di Papua. Kalau dinas kesehatan menyediakan anggaran di Puskesmas, pemerintah kampung menyediakan anggaran di kampung untuk sosialisasi, karena dengan sosialisasi itu agar masyarakat tahu Oh HIV itu bahaya.”

“Terus untuk di gereja dan masjid ini, pastor pendeta ustad harus menyampaikan bagaimana orang hidup di jalan yang benar.”

Menurutnya, jika penanganan virus ini dilakukan dengan baik maka akan dapat atasi HIV, sehingga keluarga akan hidup baik. Jika kurang adanya sosialisasi yang terus menerus dilakukan, maka berhubungan seks bebas tanpa menggunakan pengaman itu sesuatu yang biasa saja.

Baca Juga:  Peringatan IWD Menjadi Alarm Pergerakan Perempuan Kawal Segala Bentuk Diskriminasi Gender

“Pengalaman saya yang saya lihat itu, pekerjaan pencegahan HIV dan AIDS ini pekerjaan proyek begitu. Nanti ada uang dulu baru jalan sosialisasi, tapi sebenarnya belum membangun kesadaran kalau ini program hidup bersama orang Papua. Proyek yang dinamakan P2HA. untuk menekan dan memutuskan rantai virus ini harus dilakukan kolaborasi  dengan tidak menggunakan paradikma proyek,” ujarnya.

Sementara itu di tempat berbeda, salah satu warga kota Sentani bernama Victor mengatakan, kenakalan remaja masa kini makin rusak, dibanding kenakalan anak di tahun 90an.

“Dulu kita ini nakal tapi tidak seperti sekarang ini. Yang sekarang ini nakalnya minta ampun, baru duduk di bangku SD, SMP dan SMA saja sudah tahun berhubungan seks, Miras dan Ganja. Kami dulu paling jalan curi jagung hanya untuk makan bukan untuk jual,” ucapnya.

Oleh sebab itu kata Victor sangat betul keterlibatan orang tua dalam penanganan anak. Peran orang tua sangat penting untuk mengawasi anak-anak tetap berperilaku baik dan sopan.

“Orang tua tidak boleh membiarkan anak keluar masuk rumah seenaknya saja begitu, harus ada pengawasan. Jangan sampai anak terjerumus ke hal-hal yang nanti merugikan dirinya dan orang tua. Hal-hal negatif itu ada di sekitar kita. Tidak jauh sana!” pungkasnya.

 

Pewarta: Yance Wenda
Editor: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Non OAP Kuasai Kursi DPRD Hingga Jual Pinang di Kota Sorong

0
SORONG, SUARAPAPUA.com --- Ronald Kinho, aktivis muda Sorong, menyebut masyarakat nusantara atau non Papua seperti parasit untuk monopoli sumber rezeki warga pribumi atau orang...

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.