BeritaPemkab Maybrat Diminta Turlap Lihat Kondisi Pendidikan di Mare

Pemkab Maybrat Diminta Turlap Lihat Kondisi Pendidikan di Mare

SORONG, SUARAPAPUA.com — Dinas pendidikan kabupaten Maybrat diminta turun lapangan (turlap) untuk melihat langsung berbagai persoalan pendidikan di distrik Mare. Salah satunya, aktivitas belajar dan mengajar dikabarkan macet hingga anak-anak tidak belajar dengan baik.

Sumber di distrik Mare yang tak mau namanya disebutkan, menceritakan keprihatinannya terhadap kondisi anak-anak usia produktif di kampung Suswa dan kampung lainnya yang semakin rusak mental dan moralnya akibat pengaruh negatif dari pergaulan lingkungan yang semakin kencang lantaran kurangnya kontrol dari orang tua dan sering tidak lancarnya aktivitas belajar dan mengajar di sekolah.

Katanya, guru sering terlambat datang dan materi pelajaran yang diberikan hanya asal-asalan. Bahkan guru lebih banyak libur ketimbang mengajar di ruang kelas.

“Anak-anak harusnya masuk jam tujuh pagi, tapi tunggu guru sampai jam sembilan. Masuk sekolah, tidak ada guru. Guru ada, belajar cuma satu atau dua jam saja. Mengajar satu bulan, libur enam bulan. Bagaimana anak-anak mau semangat belajar kalau seperti begitu? Kami lihat ini masalah besar yang harus ditangani cepat,” cerita seorang bapak dari pojok tungku api saat dijumpai suarapapua.com, Rabu (28/12/2022) malam.

Dampak yang dirasakan, perilaku anak berubah drastik. Mereka suka melawan orang tua.

Baca Juga:  Pelaku Penyiksaan Harus Diadili, Desakan Copot Pangdam Cenderawasih Terus Disuarakan

“Anak-anak suka melawan orang tua. Mau larang satu anak juga tidak bisa karena teman-teman yang lain orang tuanya tidak marah malah biarkan. Akhirnya, malam mereka baku ketemu duduk cerita sampai pagi. Lalu siang tidur. Malam lanjut lagi. Isap rokok, dan lainnya. Moral dan mental anak-anak sedang rusak. Pengawasan dari orang tua juga kurang. Anak melawan orang tua, begitu yang kami lihat,” tuturnya.

Sumber lain juga akui makin berkurangnya aktivitas belajar turut mempengaruhi karakter anak-anak. Hal berbeda ketika guru aktif mengajar di ruang kelas.

Melihat realita pendidikan yang sedang terjadi di distrik Mare, Andrianus Hara, orang tua yang puluhan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, meminta pemerintah kabupaten dan distrik untuk membenahi sistem pendidikan yang saat ini.

Saat berbicaa dalam sebuah diskusi panel, tokoh pendidikan dari Mare ini menilai perlunya pengawasan dari pemerintah distrik dan kampung terhadap setiap tenaga guru yang bertugas di setiap sekolah.

Selain itu, Andrianus juga mendesak dinas pendidikan segera melakukan supervisi di setiap sekolah yang ada di wilayah kabupaten Maybrat, khususnya di distrik Mare.

Baca Juga:  MRP dan DPRP Fraksi Otsus se-Tanah Papua Minta Jokowi Terbitkan Perppu Hak Politik OAP

“Pemerintah benahi sistem yang ada terutama dari dinas pendidikan. Orang dinas jangan hanya di kantor saja, tapi suatu waktu lakukan supervisi. Berkunjung ke sekolah-sekolah. Lihat kondisi sekolah seperti apa. Sekolah ada kepala sekolah atau tidak. Sekolah berjalan sesuai kurikulum atau tidak. Dinas teknik tidak hanya di kantor dan terima laporan bahwa semua aman-aman. Kondisi di lapangan tidak sama seperti bentuk laporan yang diterima,” ujarnya.

Kepada suarapapua.com saat ditemui di halaman kantor distrik Mare usai diskusi panel, Andrianus menyatakan, sikap kepala disrik juga harus tegas terhadap guru yang tidak taat pada tugasnya.

“Selain dinas terkait, kepala distrik juga harus melakukan pengawasan kepada perangkat yang ada di wilayahnya itu ketika guru yang tidak melaksanakan tugas harus dia buat laporan. Distrik buat rekomendasi lalu dana cair jadi guru yang tidak melaksanakan tugas, kenapa harus bayar uang TPP. Itu uang makan di hari itu. Jika tidak hadir masa kita bungkus makanan cari dia. Peran pengawasan dinas pendidikan dan pemerintahan setempat sangat dibutuhkan,” tutur Adrianus.

Beragam persoalan di dunia pendidikan mendapat tanggapan dari Pastor Benediktus Jehamin, OSA. Pastor Ben menilai tindakan yang segera dilakukan Pemkab Maybrat adalah mengecek setiap sekolah sekaligus menertibkan.

Baca Juga:  Aksi di Dua Tempat, Pleno Suara Kabupaten Tambrauw Sempat Ricuh

“Pemerintah daerah segera turun ke lapangan cek langsung di sekolah dan masyarakat. Kalau tanya sama guru, keterangan yang diterima semua pasti bagus. Guru terima gaji, tapi lebih banyak tinggal di kota. Anak-anak masuk sekolah jam delapan pulang jam sembilan. Ketika saya tanya siswa, katanya tidak ada guru, jadi pengumuman pulang. Soal-soal ini dinas pendidikan harus turlap,” katanya.

Pastor Ben juga usulkan, pemerintah mesti bangun asrama atau rumah singgah bersama karena banyak anak sekolah yang dititipkan orang tuanya di keluarga hingga tidak diperhatikan dengan baik. Akibat lemahnya pengawasan orang tua kandung, anak-anak bebas bermain hingga malam hari.

“Anak-anak bisa keluar malam. Kontrol dari orang tua kurang. Sebaiknya harus ada satu asrama di Mare supaya menjadi rumah singgah yang menampung semua anak dari berbagai kampung di distrik Mare. Banyak orang tua yang menitipkan anak-anaknya di keluarga. Kadang kesibukan dan masalah ekonomi, sehingga pengontrolan juga kurang maksimal. Tanggungjawab orang tua sangat lemah,” tandasnya.

Pewarta: Maria Baru
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Hari Konsumen Nasional 2024, Pertamina PNR Papua Maluku Tebar Promo Istimewa...

0
“Kami coba terus untuk mengedukasi masyarakat, termasuk para konsumen setia SPBU agar mengenal Pertamina, salah satunya dengan menggunakan aplikasi MyPertamina sebagai alat pembayaran non tunai dalam setiap transaksi BBM,” jelas Edi Mangun.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.