Oleh: Selpius Bobii)*
)* Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2)
Perjalanan bangsa Papua serupa dengan perjalanan bangsa Israel.
Seperti Abraham, Ishak dan Yakob leluhur Israel mengembara dari satu tempat ke tempat lain, dan bangsa Israel mengembara di bawah pemerintahan diktator Firaun di Mesir, demikian pula bangsa Papua mengembara dari pangkuan ke pangkuan: “Dari pangkuan Belanda ke pangkuan Jepang, kembali ke pangkuan Belanda, ke pangkuan UNTEA dan ke pangkuan NKRI”.
Sudah 60 tahun bangsa Papua mengembara di bawah pangkuan NKRI. Selama ini kita sudah mencari pertolongan ke segala arah: ke Barat, ke Timur, ke Selatan dan ke Utara. Tetapi hingga sampai hari ini kita belum mendapat pertolongan dari dunia.
Pemerintahan-pemerintahan dunia hanya mengejar kepentingan perut (harta) dan kekuasaan (tahta), sehingga mereka hanya sibuk bekerjasama dengan NKRI untuk menguasai tanah air Papua dan mengeruk kekayaan alam Papua sambil memusnahkan etnis Papua.
Selama ini mata kita tertuju kepada dunia, namun dunia mengabaikan teriakan minta tolong. Dunia hanyalah mementingkan kekayaan Tanah Papua. Sudah terbukti bahwa dunia mencintai kekayaan alam Papua, tetapi dunia membenci dan menolak manusia Papua.
Tetapi, Tuhan masih mencintai bangsa Papua, sehingga masih ada sisa-sisa Papua dan Tuhan akan segera memulihkan keadaan Papua seperti sediakala di Eden. Tuhan akan menyelamatkan bangsa Papua dengan “jalan damai” sesuai janji-Nya pada tanggal 13 Mei 2021 pada jam 12 siang.
Karena itu, marilah kita mengubah arah pandang yaitu kita memandang ke atas – ke Surga kepada Tuhan yang akan memberi kita kelepasan, keadilan, keselamatan dan kedamaian.
Ada tertulis dalam kitab Mazmur 121:1-2 (TB): “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.”
Seperti ratap tangis bangsa Israel didengar Allah, demikian pula ratap tangis bangsa Papua telah didengar Tuhan. Kita sudah menggelar doa puasa massal Sorong sampai Samarai PNG dari tanggal 21 Juni sampai 31 Juli 2022. Tuhan sudah mendengar doa ratap tangis kita.
Kini, ada syarat yang harus dipenuhi oleh setiap kita sebelum Tuhan memulihkan tanah dan bangsa Papua? Yaitu “bertobat” dari salah dosa, “berdamai” dengan siapapun sekalipun musuh, dan “bersatu” di dalam kehendak Tuhan yaitu bersatu di dalam Kerajaan Transisi Papua yang sedang dikawal oleh JDRP2.
Pemulihan diri (bertobat, berdamai dan bersatu) adalah prasyarat untuk pemulihan tanah dan bangsa Papua. Maka itu, jangan kita mengeraskan hati untuk bertobat, yaitu lahir baru di dalam Tuhan.
Sesuai petunjuk Tuhan bahwa hanyalah orang-orang yang menguduskan diri (bertobat) saja yang diizinkan Tuhan memasuki Tanah Suci Papua. Sama seperti orang-orang Israel yang tidak taat habis terbunuh di Padang Gurun, demikian pula orang-orang yang tidak taat firman Tuhan sedang dalam proses pentapisan menjelang pemulihan Papua. Semuanya indah pada waktu Tuhan.
Yang ditentukan mati karena pedang, akan mati ditikam pedang, yang ditentukan mati ditabrak, akan mati karena ditabrak, yang ditentukan mati karena diracuni, akan mati karena racun, yang ditentukan masuk ke Tanah Suci Papua, akan masuk menikmati susu madu, yang ditentukan masuk Surga, akan berbahagia bersama Allah di Surga.
Sebab, ada tertulis dalam kitab Roma 8:29-30 (TB): “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya”.
Ada tertulis: “Barangsiapa bertelinga hendaklah ia mendengar”. (*)
Jayapura, 18 Januari 2023