Tak Berharap Bantuan Pemerintah, Lince Kogoya: OAP Wajib Berkebun!

0
686

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Masyarakat Jayawijaya dan orang asli Papua (OAP) umumnya diharapkan agar hidup dengan mengandalkan pangan lokal tanpa banyak bergantung pada bantuan pemerintah.

Lince Kogoya, kepala distrik Wamena, mengajak setiap OAP bangkitkan semangat berkebun dan sejenisnya sesuai kebudayaan masing-masing suku di Tanah Papua.

“Kita orang Papua tidak bisa gantungkan hidup kita dengan batuan-bantuan pemerintah, tetapi kita harus bekerja olah lahan kosong. Lahan-lahan tidak boleh kosong. Kita harus kerja kebun. Harus tanam ubi dan sayur-sayuran,” kata Lince saat mengunjungi tempat Injil masuk di Lembah Balim tepatnya di Minimo, Jumat (3/2/2023) sore.

Warga Minimo dan sekitarnya diingatkan untuk tak banyak berharap dengan bantuan pemerintah. Setiap keluarga perlu bertanggungjawab untuk bertahan hidup dengan pangan lokal.

Selain berkebun untuk tanam ubi, kata Lince, lahan kosong harus dibuka untuk tanam sayur mayur demi kebutuhan keluarga. Apalagi dengan hadirnya provinsi baru (Papua Pegunungan), tentunya kebutuhan sayur akan meningkat.

ads
Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

“Sekarang kan sudah provinsi, kita harus tanam sayur dan sejenisnya. Lahan yang ada itu jangan biarkan saja. Bapak-bapak dan ibu-ibu harus kerja buka lahan pertanian,” pintanya.

Lince juga mengingatkan warga untuk tak usah jual tanah sembarang.

“Tidak boleh jual tanah. Kalau kita jual tanah, setelah kita jual tanah, kita mau kemana?. Coba pikirkan baik-baik,” ujar ibu wakil bupati Jayawijaya itu.

Sebelumnya, Dominikus Surabut, ketua Dewan Adat Papua (DAP) versi Kongres Luar Biasa, melarang jual beli tanah dengan kepentingan apapun dan kepada siapapun, karena tanah merupakan mama dan sumber kehidupan OAP.

“Tanah tidak untuk diperjualbelikan, kalau kita menjual tanah, sama dengan kita jual mama. Kalau kita jual mama, sama dengan kita terkutuk,” kata Domin, dilansir jubi.id.

Baca Juga:  Badan Pelayan Baru Jemaat Gereja Baptis Subaga Wamena Terbentuk

Kepada semua OAP, ia menyarankan, bila ada pihak lain ingin menggunakan tanah adat, sebaiknya pemilik ulayat dapat menyewakan tanah itu, atau meminjamkan tanah dalam jangka waktu tertentu.

“Kalau dalam kepentingan tertentu, silakan bikin kontrak dengan perjanjian yang jelas. Misalnya, masyarakat dapat apa? Apakah dapat kompensasi atau bagi hasil? Itu dibuat dalam perjanjian yang harus jelas,” ujarnya.

DAP menurut Domin, terus memberikan pendampingan dan pelatihan pemetaan wilayah adat. Pelatihan itu bertujuan membantu masyarakat adat mengorganisir masing-masing suku untuk melindungi hak ulayatnya.

Khusus di tempat Injil masuk, Lince berpikir sudah ada tanda sebagai tempat pertama kali Injil masuk Lembah Balim. Tetapi, ternyata hingga kini belum ada.

Saat tiba di lokasi yang dulu para misionaris mendarat dengan pesawat Amfibi oleh Bromly bersama Elisa Gobai di muara sungai mini, Lince Kogoya bertemu dengan salah satu anak dari pelaku sejarah pertama kali menerima para misionaris, Yery Hisage, Adolof Mulait, panitia lokal pembangunan monumen Injil masuk Lembah Balim di Minimo, Rudy Lokobal dan sejumlah pemuda dan ibu-ibu yang ada saat itu.

Baca Juga:  ULMWP Kutuk Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

Pada kesempatan itu, banyak cerita disampaikan kepada Lince Kogota oleh Yery Hisage dan Adolof Mulait terkait sejarah injil masuk di Lembah Balim, termasuk jejak-jejak misionaris di masa awal penginjilan dengan berbagai karya pastoral.

Selain itu, keduanya juga mengungkapkan aspirasi masyarakat Minimo sejak lama disampaikan. Tetapi selama ini, bupati ganti bupati, sebelum masa kepemimpinan Jhon Richard Banua dan Marthen Yogobi, tak pernah direspons.

“Bersyukur sekarang bapak Jhon Banua dan Marthen Yogobi sudah mau bangun tugu Injil,” kata Adolof Mulait.

Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaJuarai Liga 3 Papua, Persipani Paniai ‘Waita’ di Stadion Mandala
Artikel berikutnyaEkses Eksploitasi Kali Ueima Terhadap Perkebunan Petani di Tanah Wouma