Tanah PapuaMamtaSaran Anggota DPRP Pasca Pembakaran Pesawat dan Penyanderaan Pilot di Nduga

Saran Anggota DPRP Pasca Pembakaran Pesawat dan Penyanderaan Pilot di Nduga

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Menanggapi informasi mengenai kasus pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot di Paro, kabupaten Nduga, Laurenzus Kadepa, Anggota DPR Papua, menyampaikan beberapa saran demi kemanusiaan.

Berdasarkan informasi media, kata Kadepa, pesawat Susi Air dari Timika ke Paro, Nduga pada hari Selasa (7/1/2023) dibakar kelompok sipil bersenjata pimpinan Egianus Kogeya.

“Ini masih dugaan. Pilotnya Philip Marthens, warga negara Selandia Baru ikut disandera. Sekarang sang pilot ada bersama kelompok Egianus Kogeya.”

Terhadap informasi itu, Laurenzus Kadepa menyarankan agar keselamatan pilot dan penumpangnya harus diutamakan.

“Jika benar kelompok Egianus Kogeya adalah pelakunya, maka saran saya adalah keselamatan pilot dan penumpangnya adalah wajib. Mereka harus dalam keadaan aman. Hargai hak hidup mereka, siapapun termasuk Pilot. Harus tunjukan pada siapapun termasuk pada dunia bahwa kita tidak sejahat seperti yang dituduhkan di media selama ini,” ungkapnya melalui keterangan tertulis kepada media ini di Jayapura, Rabu (8/2/2023).

Baca Juga:  Pelaku Penyiksaan Harus Diadili, Desakan Copot Pangdam Cenderawasih Terus Disuarakan

Selain itu, Laurenzus juga menyampaikan saran kedua yakni tidak perlu operasi militer lagi untuk bebaskan pilot Philip Marthens dari tangan kelompok Egianus Kogeya.

“Saran berikut adalah tidak perlu operasi militer lagi untuk bebaskan pilot Philip Marthens dari tangan kelompok Egianus Kogeya. Cukup buka komunikasi yang baik. Ada pemerintah daerah kabupaten Nduga, ada tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat semua pihak harus kolaborasi. Semuanya demi menghindari korban lain yang tidak berdosa,” ujar Kadepa.

Sebelumnya diberitakan media ini, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap III mengaku bertanggungjawab atas pembakaran satu pesawat Susi Air jenis Pilatus dengan nomor registrasi PK-BVY di distrik Paro, kabupaten Nduga pada Selasa (7/2/2023).

Baca Juga:  Seorang Fotografer Asal Rusia Ditangkap Apkam di Paniai

Pesawat tersebut terbang dari Bandara Mozes Kilangin Mimika pada pagi hari Pukul 05.33 WIT. Pesawat dengan nomor penerbangan SI 9368 dipiloti Capten Philips M, warga negara Selandia Baru, membawa lima penumpang menuju distrik Paro dan mendarat Pukul 06.17 WIT.

Pihak TPNPB dari Kodap III Derakma Ndugama menyatakan bertanggungjawab atas pembakaran pesawat itu.

“Pilotnya kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma tahan dan dia menjadi sandera kami. Penyanderaan ini merupakan kedua kalinya yang kami lakukan, dimana yang pertama tahun 1996 di Mapduma,” tukas Brigjend Egianus Kogeya, Pangkodap III Derakma Ndugama.

Oleh sebab itu, pihak TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma menyatakan sikap tegas kepada NKRI dan perpanjangan tangan pemerintah pusat di kabupaten Nduga:

  1. Mulai sekarang, semua penerbangan jalur masuk ke Kabupaten Nduga dihentikan.
  2. Pilot warga New Zealand telah ditahan untuk menjadi alasan tembusan pembebasan oleh pemerintah Indonesia.
  3. TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma tidak akan pernah kembalikan atau bebaskan pilot yang telah disandera.
  4. Sandera ini, kecuali NKRI mengakui dan lepaskan Papua dari negara (Papua Merdeka).
  5. Pihaknya juga tolak seluruh pembangunan dalam bentuk apapun dari Ndugama.
Baca Juga:  PGGY Kebumikan Dua Jasad Pasca Ditembak Satgas ODC di Dekai

Sebby Sambom, Jubir TPNPB mengatakan, pihaknya tidak akan pernah melepaskan pilot pesawat Susi Air yang disandera anggotanya di distrik Paro Nduga, hingga ada respons pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi Manusia (HAM) oleh pihak New Zealand, Australia, Amerika, dan Indonesia.

“Negara Australia, New Zealand, Eropa, PBB dan Amerika selama ini kirim senjata ke Papua untuk bunuh orang Papua, termasuk latih aparat militer dan polisi. Sehingga kami sandera sebagai jaminan agar negara-negara ini bertanggungjawab. Kami berjuang hanya untuk mendengar!” ujar Sebby.

REDAKSI

Terkini

Populer Minggu Ini:

Orang Mee dan Moni Saudara, Segera Hentikan Pertikaian!

0
“Kami tegaskan, jangan terjadi permusuhan sampai konflik diantara orang Mee dan Moni. Semua masyarakat harus tenang. Jangan saling dendam. Mee dan Moni satu keluarga. Saudara dekat. Cukup, jangan lanjutkan kasus seperti ini di Nabire, dan di daerah lain pun tidak usah respons secara berlebihan. Kita segera damaikan. Kasus seperti ini jangan terulang lagi,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.