ArtikelMenggali Potensi Unggulan di Kabupaten Dogiyai, Deiyai, Paniai dan Nabire

Menggali Potensi Unggulan di Kabupaten Dogiyai, Deiyai, Paniai dan Nabire

Oleh: Arnoldus Douw)*
)* Penulis adalah Penggerak Ekonomi Kerakyatan Meepago

Provinsi Papua memiliki 28 kabupaten dan satu kota. Meskipun telah terjadi pemekaran provinsi, untuk saat ini, Komda Papua masih satu yaitu Komda Papua. Wilayah Komda Papua terbagi menjadi beberapa wilayah diantaranya wilayah pegunungan, pesisir dan rawa.

Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan potensi di tiga kabupaten yang merupakan wilayah kerja penulis yaitu di kabupaten Dogiyai, Deiyai dan Paniai dengan produk unggulannya. Selain itu, ada beberapa faktor kendala dan juga peluang.

I. Analisis Ekonomi Kerakyatan Kabupaten Dogiyai

1.1 Produk Unggulan

Ada delapan komoditi sekaligus potensi produk unggulan di kabupaten Dogiyai.

Penulis bagi dalam dua kategori: tanaman dan ternak.

Tanaman potensial berupa umbi-umbian: (i) Ubi Jalar, (ii) Kopi, (iii) Jagung, (iv) Markisa, dan (v) Sayur-sayuran, Buah Merah dan rajutan terutama Noken Anggrek.

Ternak (vi) berupa Babi, (vii) Unggas.

Dari sekian komoditi unggulan dijadikan produk unggulan kabupaten (Prukab) di kabupaten Dogiyai. Hasil penilaiannya kemudian diolah dan disajikan pada tabel. Komoditi yang mempunyai total nilai tertinggi adalah komoditi ubi jalar, buah merah, kacang tanah, kopi, dan noken anggrek.

Pada paparan berikutnya merupakan analisis mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat terkait usaha komoditi tersebut.

1.2 Skor Nilai Menurut Jenis Produk di Kabupaten Dogiyai

No.  Indikator Skor Nilai Prukab
Ubi Jalar Kopi Jagung Markisa Sayur-

Sayuran

1 Berbasis pada potensi sumber daya lokal 0,490 0,521 0,568 0,581 0,200
2 Memiliki pasar lokal dan ekspor 0,298 0,350 0,091 0,093 0,200
3 Produknya dapat mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi lainnya 0,314 0,188 0,205 0,372 0,200
4 Memiliki dukungan sumberdaya manusia yang memadai 0,490 0,521 0,568 0,581 0,556
5 Memiliki kelayakan ekonomi dan finansial 0,314 0,188 0,205 0,209 0,356
6 Mempunyai daya saing tinggi, baik lokal maupun ekspor 0,314 0,188 0,091 0,093 0,200
7 Ketersediaan infrastruktur dalam mendukung produk unggulan ini 0,165 0,333 0,205 0,209 0,356
8 Kebijakan Pemda (Perda) tentang produk unggulan kabupaten 0,176

 

 0,188

 

0,205

 

0,209

 

0,200

 

9 Penyerapan tenaga kerja 0,314 0,333 0,205 0,209 0,200
10 Preferensi pengusaha dalam berinvestasi 0,298 0,188 0,364 0,209 0,200
11 Pendapat masyarakat atas produk unggulan ini 0,314 0,500 0,364 0,372 0,356
12 Potensi lahan dalam mendukung produk unggulan ini 0,314 0,188 0,364 0,209 0,356
13 Menggunakan potensi teknologi tepat guna dalam mendukung produk unggulan ini 0,282 0,188 0,205 0,209 0,200
Total Skor 4,082 3,871 3,636 3,558 3,578
Ranking 1 2 3 5 4

1.3 Analisis Faktor Pendukung

Terdapat beberapa faktor yang mendukung pengembangan ubi jalar di kabupaten Dogiyai.

  1. Usaha komoditi ubi jalar berbasis pada potensi sumber daya lokal dan potensi lahan yang sangat luas, sehingga mendukung pengembangan produk unggulan tersebut. Potensi ini faktor utama yang berpengaruh besar terhadap dukungan pengembangan komoditi ubi jalar, kopi, buah merah, sayur mayur, kacang tanah dan noken anggrek serta ternak sapi dan babi di kabupaten Dogiyai.
  2. Memiliki dukungan sumber daya manusia yang cukup memadai. Masyarakat di kabupaten Dogiyai sudah mempunyai pemahaman yang memadai mengenai usaha komoditi ini, sehingga relatif mudah untuk mendorong masyarakat dalam upaya pengembangan komoditi ini.
  3. Penyerapan tenaga kerja cukup tinggi pada usaha ubi jalar dan lainnya. Hal ini yang diperkirakan berpengaruh terhadap pendapat masyarakat yang cenderung menyetujui pengembangan produk tersebut. Hal ini juga menjadi faktor penting dalam mendukung pengembangan ubi jalar dan lainnya di kabupaten Dogiyai.

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui dengan adanya  lahan yang didukung dengan potensi sumber daya manusia yang ada di kabupaten Dogiyai. Hal ini diharapkan dapat memacu pengembangan komoditi unggulan ubi jalar. Beberapa faktor yang penulis sebut di atas merupakan poin utama pendukung pengembangan ubi jalar sebagai produk unggulan di Dogiyai.

1.4 Analisis Faktor Penghambat

  1. Kebijakan pemerintah daerah (Pemda) menurut penulis belum sepenuhnya mendukung pengembangan produk tersebut. Kebijakan daerah sangat diperlukan guna memberikan iklim yang kondusif bagi masyarakat dan pihak lainnya yang berminat mengembangkan komoditi ubi jalar dan lainnya.
  2. Ketersediaan infrastruktur belum memadai untuk mendukung pengembangan produk unggulan tersebut. Minimnya sarana dan prasarana pendukung pengembangan produk unggulan. Keterkaitan antara poin satu, dua sangat berpengaruh terhadap pengembangan potensi lokal lainnya.
  3. Belum sepenuhnya mendapat dukungan serta perhatian penuh dari seluruh stakeholder yang memang benar-benar fokus di sektor pengembangan ubi jalar.

1.5 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penilaian terhadap beberapa kandidat produk unggulan, diketahui bahwa komoditi ubi jalar dan lainnya sebaiknya dikembangkan sebagai Prukab Dogiyai, untuk mengakselerasi pengembangan ubi jalar. Untuk itu, Pemda dan seluruh stakeholder diharapkan dapat bersinergi melihat apa saja yang menjadi penghambat pengembangannya.

Harus ada kebijakan berupa Perda yang  dapat memberikan ruang gerak berbagai sektor bisnis yang bersumber dari sumber daya alam yang ada.

Tentu saja harus didukung dengan pengembangan infrastruktur yang dapat meningkatkan dinamika perekonomian daerah.

Perlunya pengembangan teknologi tepat guna. Dengan demikian, kegiatan pengembangan Prukab diharapkan dapat lebih meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

II. Potensi Ekonomi Lokal Kabupaten Paniai

2.1 Penentuan Produk Unggulan Kabupaten Paniai

Berdasarkan hasil dari analisis penilaian masing-masing produk unggulan utama. Dapat dilihat di tabel berikut ini:

No. Indikator Skor Nilai Jenis Produk di Kabupaten Paniai
Ubi Jalar Ikan Kakao Ubi Kayu Udang Jagung
1 Berbasis pada potensi sumber daya lokal  

0,510

 

0,283217

 

0,422857

 

0,359

 

0,15534

 

0,174

2 Memiliki pasar lokal dan ekspor  

0,510

 

0,283217

 

0,24

 

0,350

 

0,15534

 

0,174

3 Produknya dapat mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi lainnya 0,510 0,283217 0,222857 0,350 0,15534 0,181
4 Memiliki dukungan sumberdaya manusia yang memadai  

0,327

 

0,283217

 

0,222857

 

0,350

 

0,15534

 

0,174

5 Memiliki kelayakan ekonomi dan finansial  

0,327

 

0,125874

 

0,231429

 

0,350

 

0,148867

 

0,167

6 Mempunyai daya saing tinggi, baik lokal maupun ekspor  

0,327

 

0,125874

 

0,231429

 

0,255

 

0,242718

 

0,145

7 Ketersediaan infrastruktur dalam mendukung produk unggulan ini  

0,032

 

0,031469

 

0,028571

 

0,078

 

0,045307

 

0,043

8 Kebijakan Pemda (Perda) tentang produk unggulan kabupaten  

0,068

 

0,132867

 

0,222857

 

0,204

 

0,252427

 

0,123

9 Penyerapan tenaga kerja  

0,086

 

0,153846

 

0,231429

 

0,226

 

0,271845

 

0,159

10 Preferensi pengusaha dalam berinvestasi  

0,211

 

0,146853

 

0,231429

 

0,218

 

0,271845

 

0,152

11 Pendapat masyarakat atas produk unggulan ini  

0,345

 

0,262238

 

0,24

 

0,211

 

0,142395

 

0,159

12 Potensi lahan dalam mendukung produk unggulan ini  

0,465

 

0,251748

 

0,274286

 

0,226

 

0,148867

 

0,152

13 Menggunakan potensi teknologi tepat guna dalam mendukung produk unggulan ini  

0,363

 

0,153846

 

0,248571

 

0,226

 

0,15534

 

0,152

Total Skor 4,079 2,517483 3,048571 3,400 2,300971 1,957
Peringkat 1 4 3 2 5 6

Dari tabel Prukab itu yang diunggulkan di kabupaten Paniai adalah ubi jalar, ikan, kakao, ubi kayu, udang, dan jagung. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan, ubi jalar dan lainnya mempunyai nilai yang tertinggi diantara produk unggulan lainnya. Memiliki nilai 4,079. Untuk urutan selanjutnya adalah berturut-turut produk unggulan berupa ubi kayu, kakao, ikan, udang, dan jagung. Dengan demikian, kabupaten ini mempunyai produk unggulan khusus yang perlu untuk dikembangkan di masa yang akan datang seperti ubi jalar dan lainnya.

2.2 Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam indikator tersebut adalah:

  1. Berbasis pada potensi sumber daya lokal, potensi lahan dalam mendukung produk unggulan ini. Areal sangatlah luas di Paniai. Sangat cocok untuk mengembangkan potensi prukab ubi jalar di kabupaten ini.
  2. Memiliki pasar lokal dan ekspor. Dan juga daya saing tinggi, baik lokal maupun ekspor, serta memiliki kelayakan ekonomi dan finansial. Ubi jalar bisa dikonsumsi sendiri oleh masyarakat kabupaten Paniai. Produk ini juga diperlukan di daerah lain di nusantara ini. Tidak hanya itu, produk ini pun sangat diminati di pasaran internasional seperti Jepang dan Hongkong.
  3. Produknya dapat mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Produk ubi jalar ini bisa diolah lebih lanjut untuk menjadi makanan ringan seperti keripik. Dengan adanya pengolahan lebih lanjut ini, maka diharapkan pengembangan produk unggulan ini dapat menstimulasi tumbuhnya kegiatan ekonomi lainnya seperti industri hilir atau lanjutan dari produk ubi jalar.
  4. Pendapat masyarakat atas produk unggulan ini, memiliki dukungan sumberdaya manusia yang memadai. Pendapat masyarakat atas produk ini sangatlah antusias. Produk ini amat sederhana untuk dikembangkan. Hampir seluruh lapisan masyarakat di kabupaten ini bisa menyelenggarakan usaha produksi ubi jalar. Dengan demikian produk ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak di kabupaten tersebut.
  5. Menggunakan potensi teknologi tepat guna dalam mendukung produk unggulan ini. Karena proses pengadaan produk ini sangatlah sederhana, sehingga bisa dikatakan teknologi yang selama ini dipakai sudah tepat untuk mengusahakan tanaman ubi jalar ini. Sehingga kebutuhan industri hilir nantinya dapat terpenuhi dengan teknologi pertanian yang sudah dikuasai oleh masyarakat selama ini.

2.3 Faktor Penghambat

Faktor pendukung dalam indikator tersebut adalah:

  1. Ketersediaan infrastruktur dalam mendukung produk unggulan ini. Infrastruktur terutama di bidang jalan raya sangat berperan kuat dalam mengembangkan produk unggulan ini. Ketersediaan fasilitas jalan raya yang ada di kabupaten Paniai masih sangat minim yang belum mampu mengeluarkan daerah pedalaman kabupaten ini dari terisolasi dari kabupaten lainnya. Hal ini sangat menghambat upaya pengembangan produk unggulan ini.
  2. Preferensi pengusaha dalam berinvestasi. Karena adanya keterisolasian tersebut menyebabkan preferensi pengusaha untuk menginvestasikan dananya sangat kecil.
  3. Penyerapan tenaga kerja. Adanya keterbatasan sarana transportasi dan minimnya preferensi pengusaha dalam berinvestasi, maka hal ini bisa menyebabkan efek domino yang berakibat pada penyerapan tenaga yang kurang. Produk Unggulan ini belumlah diterapkan dengan optimal, sehingga belum mampu menyerap tenaga sepenuhnya dari ketersediaan tenaga kerja yang ada. Disamping itu, kebijakan pemerintah daerah dengan menetapkan Perda tentang produk unggulan kabupaten belumlah optimal, sehingga produk ini belum sepenuhnya tereksploitasi.

2.4 Rekomendasi

Pemerintah daerah kabupaten Paniai harus mengusahakan semaksimal mungkin meningkatkan fasilitas jalan untuk memudahkan transportasi yang bisa mengeluarkan daerah-daerah pedalaman di kabupaten Paniai keluar dari permasalahan isolasi dari daerah lain. Tidaklah mungkin produk unggulan bisa dikembangkan tanpa ada infrastruktur yang bisa mengangkut hasil produk unggulan dari pedalaman sampai ke konsumen untuk dikondumsi ataupun untuk diolah lebih lanjut.

Selain dari infrastruktur jalan yang harus dibenahi, pemerintah daerah juga harus memberikan fasilitas berupa kebijakan di bidang sektoral yang bisa mendorong produk unggulan bisa berkembang. Tanpa adanya kebijakan pemerintah yang memayungi berkembangnya produk unggulan dalam hal ini adalah ubi jalar, maka para calon investor akan ragu untuk menginvestasikan dananya dalam proyek pengembangan produk unggulan ini.

Untuk itu, kebijakan sektoral pertanian yang penting adalah bagaimana memberikan kemudahan dan dorongan berupa kebijakan untuk mempermudah dilaksanakannya produksi ubi jalar. Dengan adanya investor dan membangunan ekonomi yang dihasilkan dari penanaman ubi jalar, maka diharapkan penyerapan tenaga kerja bisa dioptimalkan.

III. Potensi Ekonomi Lokal Kabupaten Deiyai

3.1 Produk Unggulan Kabupaten Deiyai 

Kabupaten Deiyai mempunyai beberapa komoditi yang berpotensi menjadi produk unggulan kabupaten (Prukab). Dari sejumlah komoditi yang terdapat di kabupaten ini, ada tiga komoditi yang cukup berpotensi menjadi produk unggulan, yaitu: (i) kopi, (ii) ubi jalar, dan (iii) terong Belanda, dan ikan. Keempat komoditi tersebut kemudian dijadikan kandidat untuk dipilih satu yang dinilai terbaik dan paling tepat untuk dijadikan Prukab Deiyai.

Dengan menggunakan indikator yang sudah ditentukan, kemudian dilakukan penilaian terhadap kandidat Prukab dan hasilnya disajikan pada tabel berikut. Dari tabel tersebut diketahui bahwa komoditi yang mempunyai total nilai tertinggi adalah komoditi kopi. Dengan demikian, berdasarkan hasil penilaian tersebut ditetapkan bahwa yang menjadi produk unggulan kabupaten Deiyai adalah komoditi kopi.

Untuk mengetahui kondisi mengenai komoditi kopi di kabupaten Deiyai.

3.2 Tabel Skor Nilai Menurut Jenis Produk di Kabupaten Deiyai

 

 No.

 

 Indikator

Skor Nilai Prukab
 Kopi  Ubi Jalar Terong Belanda
1 Berbasis pada potensi sumber daya lokal  0,468 0,551  0,598
2 Memiliki pasar lokal dan ekspor  0,468 0,088  0,134
3 Produknya dapat mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi lainnya  0,300 0,317   0,383
4 Memiliki dukungan sumberdaya manusia  yang memadai  0,169 0,211  0,215
5 Memiliki kelayakan ekonomi dan finansial  0,300 0,198  0,402
6 Mempunyai daya saing tinggi, baik lokal maupun ekspor  0,468 0,198  0,383
7 Ketersediaan infrastruktur dalam mendukung produk unggulan ini  0,180 0,352  0,215
8 Kebijakan Pemda (Perda) tentang produk unggulan kabupaten  0,169 0,198  0,096
9 Penyerapan tenaga kerja  0,169 0,198  0,215
10 Preferensi pengusaha dalam berinvestasi  0,315 0,335  0,086
11 Pendapat masyarakat atas produk unggulan ini  0,468 0,352  0,383
12 Potensi lahan dalam mendukung produk unggulan ini  0,468 0,335  0,096
13 Menggunakan potensi teknologi tepat guna dalam mendukung produk unggulan ini 0,300 0,352  0,215
            Total Skor  4,240 3,687 3,421
            Ranking  1  2  3

3.3 Analisis Faktor Pendukung

  1. Pengembangan komoditi kopi berbasis pada potensi sumber daya lokal dengan potensi lahan yang sangat memadai dalam mendukung produk unggulan tersebut. Faktor ini sangat penting dan memegang peranan relatif besar terhadap upaya pengembangan Kopi sebagai produk unggulan kabupaten Deiyai.
  2. Produk kopi yang dihasilkan mempunyai pasar yang cukup baik dengan daya saing yang relatif tinggi. Faktor ini juga menjadi pendukung yang dapat memberikan motivasi kepada siapa saja yang berminat atau tertarik untuk berpartisipasi dalam upaya pengembangan produk unggulan tersebut.
  3. Memiliki kelayakan ekonomi dan finansial, sehingga preferensi pengusaha dan masyarakat relatif tinggi terhadap pengembangan usaha komoditi kopi. Hal ini sejalan dengan faktor pendukung kedua yang sudah disebutkan di atas. Faktor ini juga sangat penting dalam mendukung pengembangan kopi karena menjadi daya tarik bagi masyarakat atau pengusaha untuk mengembangkan usaha komoditi Kopi di kabupaten Deiyai.
  4. Pengembangan produk kopi dapat mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Hal ini penting untuk membuat dinamika perekonomian di Kabupaten Deiyai semakin berkembang. Tumbuhnya kegiatan ekonomi lain, baik yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan rantai produksi komoditi kopi. Dengan cara ini akan semakin memberikan peluang kepada masyarakat untuk berusaha dan meningkatkan taraf hidupnya. Faktor-faktor pendukung sebagaimana sudah dipaparkan di atas diharapkan dapat memacu pengembangan komoditi kopi yang dijadikan sebagai produk unggulan kabupaten Deiyai.

3.4 Analisis Faktor Penghambat

  1. Kebijakan Pemda terkait upaya pengembangan produk unggulan kabupaten masih relatif kurang. Ini yang berpengaruh besar karena arah kebijakan Pemda akan menentukan terhadap arah kegiatan perekonomian di daerah. Apabila Pemda tidak memberi prioritas terhadap pengembangan komoditi, maka upaya akselerasi pengembangan produk unggulan ini akan relatif sulit.
  2. Ketersediaan infrastruktur dalam mendukung produk unggulan ini relatif kurang. Kondisi sarana dan prasarana pendukung menjadi sangat penting dalam upaya pengembangan produk unggulan ini. Pembangunan infrastruktur terkait erat dengan faktor pertama di atas, yakni aspek kebijakan dimana seyogyanya pemda memberikan prioritas terhadap pembangunan infrastruktur tersebut, khususnya yang dapat mendukung percepatan pengembangan produk kopi di kabupaten Deiyai.
  3. Dukungan sumberdaya manusia masih relatif kurang memadai. Faktor ini juga perlu menjadi perhatian karena ketersediaan sumber daya yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan memadai akan berpengaruh terhadap upaya percepatan pengembangan produk unggulan ini.

3.5 Rekomendasi

  1. Dalam rangka mempercepat pengembangan komoditi kopi, Pemda dan seluruh stakeholder di daerah harus bersinergi keluar dari pemaparan di atas.
  2. Harus membuat kebijakan yang dapat memberikan iklim lingkungan usaha yang kondusif bagi perkembangan usaha komoditi kopi.
  3. Penyediaan sarana infrastruktur di kabupaten Deiyai. Kondisi ini tentu saja dapat menghambat perkembangan komoditi kopi secara khusus dan laju pembangunan perekonomian daerah secara umum.
  4. Melakukan upaya pengembangan sumber daya manusia terutama terkait dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola usaha komoditi kopi. Jika faktor penghambat utama tersebut dapat diatasi, maka diharapkan usaha pengembangan kopi sebagai Prukab Deiyai dapat lebih meningkatkan perekonomian daerah yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di kabupaten Deiyai.

IV. Potensi Ekonomi Lokal Kabupaten Nabire

4.1 Penentuan Prukab

Penentuan Prukab kabupaten Nabire berdasarkan hasil dari analisis penilaian masing-masing produk unggulan utama. Adapun hasil tersebut dapat dilihat di tabel berikut ini:

 

No.

 

Indikator

Skor Nilai Jenis Produk di Kabupaten Nabire
Kopi Kelapa Kakao Ubi Kayu Ubi Jalar Jagung
1 Berbasis pada potensi sumber daya lokal 0,44 0,253 0,255 0,412 0,409 0,243
2 Memiliki pasar lokal dan ekspor 0,44 0,253 0,231 0,412 0,409 0,243
3 Produknya dapat mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi lainnya 0,44 0,253 0,255 0,412 0,409 0,254
4 Memiliki dukungan sumberdaya manusia yang memadai 0,42 0,253 0,255 0,379 0,358 0,254
5 Memiliki kelayakan ekonomi dan finansial 0,32 0,244 0,247 0,234 0,238 0,155
6 Mempunyai daya saing tinggi, baik lokal maupun ekspor 0,32 0,219 0,190 0,123 0,215 0,141
7 Ketersediaan infrastruktur dalam mendukung produk unggulan ini 0,17 0,118 0,198 0,106 0,107 0,127
8 Kebijakan Pemda (Perda) tentang produk unggulan kabupaten 0,18 0,124 0,198 0,111 0,113 0,134
9 Penyerapan tenaga kerja 0,20 0,219 0,223 0,123 0,184 0,148
10 Preferensi pengusaha dalam berinvestasi 0,30 0,244 0,231 0,209 0,199 0,155
11 Pendapat masyarakat atas produk unggulan ini 0,33 0,253 0,255 0,217 0,215 0,141
12 Potensi lahan dalam mendukung produk unggulan ini 0,31 0,236 0,247 0,217 0,215 0,243
13 Menggunakan potensi teknologi tepat guna dalam mendukung produk unggulan ini 0,28 0,211 0,214 0,217 0,215 0,264
Total Skor 4,17 2,879 3,000 3,173 3,286 2,500
Peringkat 1 5 4 3 2 6

Berdasarkan analisis tabel di atas ada produk unggulan di kabupaten Nabire yaitu kopi, kelapa, kakao, ubi kayu, ubi jalar, ikan dan buah-buahan dan jagung. Produk kopi menempati urutan pertama dari kelima produk lainnya.

Berdasarkan analisis tersebut, produk kopi mempunyai skor 4,17 dan skor tersebut paling tinggi bila dibandingkan dengan skor produk unggulan lainnya. Berturut-turut produk unggulan dengan urutan nilainya dari tinggi ke rendah selain produk unggulan berupa kopi adalah ubi jalar, ubi kayu, kakao, kelapa, dan jagung.

4.2 Faktor Pendukung

Coklat dan kopi jenis Arabica. Berikut ini adalah indikator yang mendukung Prukab kopi.

  1. Berbasis pada potensi sumber daya lokal dan potensi lahan dalam mendukung produk unggulan ini. Pestisida adalah terminologi yang tidak dikenal oleh petani kopi, mereka menggarap kebunnya secara organik dengan unsur hara yang sangat kaya karena masih belum sejenuh seperti tanah di Jawa. Karakteristik alam yang sangat mendukung membuat kopi Nabire selalu istimewa.
  2. Memiliki kelayakan ekonomi dan keuangan tentu didukung dengan pengelolaan pasar lokal dan ekspor, sehingga dapat mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya usaha kecil menengah yang membantu para petani di kabupaten Nabire. Dengan cara menjual roasted bean agar mendapatkan harga yang lebih bagus dibandingkan dengan green bean, sehingga petani di sana mendapatkan penghasilan yang lebih layak.
  3. Memiliki dukungan sumberdaya manusia yang memadai. Sumberdaya manusia yang tersedia belum semua terserap di semua sektor lapangan pekerjaan. Seharusnya ketersediaan sumberdaya manusia sangat diharapkan mampu memperbanyak lapangan usaha dalam menghasilkan produk unggulan di daerah.
  4. Mempunyai daya saing tinggi di tingkat pasar lokal, nasional dan internasional. Karena proses pengolahannya alami.
  5. Masyarakat sangat antusias mengembangkan produk tersebut. Nah, ini juga merupakan modal utama meyakinkan kepada investor bahwa going concern investasinya pasti berkesinambungan dari waktu ke waktu pada masa mendatang.

4.3 Faktor Penghambat

  1. Angkutan (transportasi) dan akses jalan untuk sampai ke tempat customer.
  2. Untuk mendapatkan produk kopi, harus menempuh perjalanan dengan medan tanah yang berlumpur. Dengan begitu, kendaraan yang digunakan harus mobil yang dimodifikasi khusus. Bukan hanya melewati lumpur, tetapi banyak juga sungai-sungai besar dengan derasnya arus. Minimnya ketersediaan infrastruktur yang memadai untuk sampai ke petani kopi juga menjadi kendala besar dalam pengembangan potensi ekonomi.
  3. Hambatan lainnya adalah kebijakan pemerintah daerah yang belum pro pada pengembangan produk kopi.
  4. Berpengaruh pada minimnya minat tenaga kerja di sektor ini. Produksi kopi belum bisa memenuhi permintaan pasar. Menurut penulis, sangatlah sederhana solusinya yaitu belum sepenuhnya menggunakan teknologi tepat guna.

4.4 Rekomendasi

  1. Prukab diupayakan supaya menjaga faktor-faktor pendukungnya.
  2. Harus bisa meminimalisir faktor-faktor penghambat lainnya. Yang urgen adalah belum tersedianya transportasi sebagai bagian dari akses jual beli kopi yang berasal dari pengelola (petani) sampai ke pembeli.
  3. Fasilitas transportasi harus diperhatikan. Penulis sedikit pesimis akan nasib kopi dari daerah pedalaman/pegunungan, kemudian belum mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian rakyat di kabupaten ini.
  4. Untuk sampai pada tahap itu, tentunya tidak terlepas dari intervensi kebijakan pemerintah daerah setempat.
  5. Produk unggulan sudah ada. Dan tentunya menjadi incaran investor lokal maupun manca negara. Pastinya, kendala akses transportasi di atas akan menjadi penghambat lalulintas terjadinya proses produksi kopi yang tidak mencapai target pasar.
  6. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengoptimalan teknologi tepat guna. Dengan demikian, diharapkan production cost dari produk unggulan ini bisa efektif dan efisien terserap di rakyat penanam kopi.

Catatan: Ditulis dalam rangka Kursus Kepemimpinan Lanjut yang diselenggarakan oleh Pemuda Katolik (PK) Pusat di Bali, 2 Desember 2022. Tulisan ini dinyatakan sebagai juara dua artikel terbaik. Penulis adalah ketua Kamar Adat Pengusaha Papua (KAPP) kabupaten Dogiyai, juga founder NexFood, dan pengawas Koperasi Kamapi Ekowai Enaimo.

Jayapura, 2 Desember 2022

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Terkini

Populer Minggu Ini:

Partai Demokrat se-Papua Tengah Jaring Bakal Calon Kepala Daerah Jelang Pilkada...

0
Grace Ludiana Boikawai, kepala Bappiluda Partai Demokrat provinsi Papua Tengah, menambahkan, informasi teknis lainnya akan disampaikan panitia dan pengurus partai Demokrat di sekretariat pendaftaran masing-masing tingkatan.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.