Tanah PapuaLa PagoBuku Kisah Penginjilan Pdt. Zollner di Angguruk Diluncurkan di Jayapura

Buku Kisah Penginjilan Pdt. Zollner di Angguruk Diluncurkan di Jayapura

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Pendeta Dr. Rainer Scheunemann, penerjemah buku Damai di Pegunungan Papua mengatakan, buku yang diterjemahkan tersebut merupakan peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di daerah pegunungan tengah Papua.

Buku damai di Pegunungan Papua sendiri ditulis oleh Pdt. Dr. Siegfried Zollner asal Jerman, kisah pelayanan injil yang dilakukan olehnya, (Pdt. Zollner) dan seorang dokter yang bernama Wim Vriend di daerah Yalimu, Angguruk Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan dan sekitarnya pada tahun 1960.

Pendeta Zollner dan dokter Vriend tiba di tanah Papua (Nieuw Guinea) pada tahun 1960 dan masuk di Yalimu pada tahun 1961. Saat ini, buah pelayanannya itu menjadi daerah wilayah pelayanan Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua.

Pendeta Rainer mengatakan, buku tersebut menggambarkan bagaimana perjumpaan pendeta Zollner dengan orang Yali. Bagaimana metode yang dipakai pendeta Zollner dan dokter Vriend, termasuk perjalanan yang panjang, pendekatan, pendidikan dan kesehatan.

Baca Juga:  Panglima TNI dan Negara Diminta Bertanggung Jawab Atas Penembakan Dua Anak di Intan Jaya

“Bagaimana keterbukaan dari masyarakat Yali pada waktu itu, Mereka sibuk di situasi peperangan dan berbagai situasi berat. Tetapi kemudian damai Kristus secara bertahap, meruba situasi di daerah Yalimu, daerah Angguruk dan sekitarnya. Semua terjadi tanpa ada paksaan apapun atau tekanan, tetapi melalui kesadaran sendiri daripada masyarakat di Yalimu,” kata Pdt. Rainer saat peluncuran buku di aula P3W Padangbulan Jayapura, Papua, Minggu (12/3/2023).

Menurutnya, metode yang dipakai Pdt. Zollner mementingkan metode budaya. perhatikan semua sisi budaya, sehingga pendekatan bersifat lembut, kemudian menyadarkan masyarakat Yalimu tentang pentingnya perdamaian dan kuasa injil membawa kebersamaan, kedamaian di daerah Yalimu itu sendiri.

Baca Juga:  Tragedi Penembakan Massa Aksi di Dekai 15 Maret 2022 Diminta Diungkap

“Hari ini kita sama-sama bedah buku ini dari berbagai sisi. Hanya sebagai penerjemah tetapi juga ada Dr. Ibrahim Peyon sebagai ahli antropologi mengamati, bagaimana pendekatan antorpologinya dan bagaimana pendekatan budayanya,” katanya.

Dia menuturkan paling penting bahwa latar belakang damai dan sejarah di kenal oleh orang muda Yali. Sehingga mereka tahu situasi, sehingga mereka bisa belajar, melihat pembaharuan dan terjadi perubahan di daerah Yalimu itu sendiri.

Peserta yang hadir di dalam bedah buku di P3W Padangbulan 12 Maret 2023. (Dok. Pahabol)

“Sekaligus untuk terus memperjuangkan kedamaian di masa sekarang, karena orang tua kita punya masalah berbeda, karena ada peperangan suku, sekarang kita berbeda, kita mungkin berperang karena kepentingan politik, golongan, marga, materi dan lain-lain.”

Oleh sebab itu ia mengajak agar tidak terjebak dalam satu permusuhan atau pertikaian mengakibatkan kehilangan damai antara orang Yali. Karena itu lebih bagus mulai belajar banyak dengan membaca buku untuk mempertahankan kebersamaan.

Baca Juga:  Konflik Horizontal di Keneyam Masih Berlanjut, Begini Tuntutan IPMNI

Natan Pahabol, salah satu peserta dalam kegiatan bedah buku tersebut mengatakan buku yang ditulis oleh Pdt. Dr. Siegfried Zollner dengan judul Damai di Pegunungan Papua perjumpaan pertama dan perintis misi di suku Yali.

Menurut Nathan, buku ini menceritakan secara holistik terkait dengan pekabaran injil, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Mulai dari Jerman sampai Indonesia hingga masuk Papua, Jayapura, ke Wamena terus menelusuri dengan berjalan kaki menuju Angguruk.

“Bersama rombongan dari Wamena menuju ke Angguruk, akhirnya tiba di Swele-Piliam, Pronggoli pada 24 Maret 1961. Tanggal itu ditetapkan sebagai hari injil masuk. Maka dalam rangka memperingati injil masuk ke-62 tahun, kita launching buku terkait sejarah ini,” kata Natan.

 

REDAKSI

Terkini

Populer Minggu Ini:

ULMWP: Aneksasi Papua Ke Dalam Indonesia Adalah Ilegal!

0
Tidak Sah semua klaim yang dibuat oleh pemerintah Indonesia mengenai status tanah Papua sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena tidak memiliki bukti- bukti sejarah yang otentik, murni dan sejati dan bahwa bangsa Papua Barat telah sungguh-sungguh memiliki kedaulatan sebagai suatu bangsa yang merdeka sederajat dengan bangsa- bangsa lain di muka bumi sejak tanggal 1 Desember 1961.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.