SORONG, SUARAPAPUA.com — Anak-anak muda yang tergabung dalam kelompok belajar Siiway di kampung Wayo, distrik Fef, kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya, mengisi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Selasa (2/5/2023), dengan belajar mengenal konservasi alam. Belajar bersama Flora Fauna International (FFI) Indonesia.
Pendidikan tentang konservasi alam yang diterima anak-anak muda di kabupaten Tambrauw tergolong hal berbeda dari biasanya.
Banyak pengetahuan menarik buat anak-anak kelompok belajar Siiway. Mereka belajar tentang konservasi alam. Belajar mengenal ekosistem di dataran tinggi, lembah, dan pesisir pantai di kabupaten Tambrauw. Juga diperkenalkan bagaimana dampak negatif dari penebangan pohon secara liar.
Menariknya, mereka juga ditontonkan cuplikan video pendek tentang bahaya sampah plastik terhadap ekosistem di laut.
Marthen Leuna, koordinator program FFI Indonesia di kabupaten Tambrauw, mengatakan, pendidikan konservasi diberikan kepada anak-anak karena mereka merupakan generasi penerus konsep nilai-nilai pembangunan konservasi di kabupaten Tambrauw.
Menurutnya. sangat penting memberikan informasi, pendidikan, dan pemahaman tentang konservasi kepada anak-anak muda.
“Kenapa memilih adik-adik dan kenapa mau berbagi informasi dan pendidikan konservasi dengan adik-adik karena mereka adalah generasi masa mendatang yang akan melanjutkan pengelolaan konservasi di kabupaten Tambrauw yang disebut sebagai kabupaten konservasi. Jika kita tidak meregenerasi pemikiran-pemikiran konservasi ini kepada regenerasi mendatang, generasi sekarang yang mengedepankan prinsip-prinsip konservasi jika sudah pensiun, lalu ganti generasi baru dan tidak punya konsep atau pemahaman tentang konservasi, maka generasi baru tidak melanjutkan hal tersebut ketika tidak dibekali dengan baik. Oleh sebab itu, penting sekali memberikan pemahaman-pemahaman konservasi ini kepada generasi baru,” jelas Marthen kepada suarapapua.com, Selasa (2/5/2023).
Di Fef, kata Marthen, sudah ada kelompok belajar yang dibangun anak-anak muda dengan berbagai latar belakang. Salah satunya dari latar belakang Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Menurutnya, untuk menjalankan program konservasi di kabupaten Tambrauw yang wilayahnya luas, mereka tidak bisa melakukan kegiatan pendidikan konservasi sendiri, tetapi membutuhkan mitra lainnya.
“Dalam pemilihan dengan kelompok belajar Siiway, saya katakan sudah ada inisiatif yang dibangun oleh teman-teman di sini. FFI menyadari bahwa semua kegiatan ini tidak dapat dilakukan sendiri. Semua kegiatan konservasi yang kami lakukan di kabupaten Tambrauw untuk kawasan yang begitu luas, tentu kami perlu kemitraan. Tempat ini sudah ada inisiatif yang baik. Mengumpulkan adik-adik. Kami hanya dapat menambahkan sedikit tentang pendidikan konservasi. Kami berharap, dukungan kecil ini dapat menyemangati teman-teman yang berinisiatif untuk mendorong kelompok belajar ini,” sambungnya.
Marthen berharap, “Semoga kedepan kami masih bisa berkolaborasi untuk pendidikan konservasi di kabupaten Tambrauw atau minimal di Fef.”
Di tahap awal, ia akui anak-anak belia mulai mengenal ekosistem hutan di sekitar kampung, jenis satwa dan hal yang terkait langsung dengan konservasi alam.
“Adik-adik mengenal ekosistem hutan di sekitar kampung mereka seperti apa. Katakanlah mereka tahu bahwa tempat mereka tinggal adalah kawasan konservasi. Ada apa saja di kawasan konservasi itu? Ada satwa apa saja? Adik-adik milenial ini kan sering pegang handphone. Mereka bisa menonton film tentang satwa-satwa lainnya yang tidak ada di sekitar mereka punya rumah atau kampung. Tetapi dengan memperkenalkan apa yang ada di sekitar lingkungannya, mereka akan lebih mengenal bahwa alam Papua lebih kaya daripada yang lain. Mereka lebih mencintai satwa-satwa yang ada di Tanah Papua,” tutur Marthen.
Sementara itu, Tebok Bofra, salah satu pendamping kelompok belajar dan perempuan muda dari kampung Iwin, kabupaten Tambrauw, menceritakan, pendidikan konservasi yang diberikan FFI sangat menarik karena adik-adik melihat video dan belajar banyak hal baru tentang konservasi alam.
“Anak-anak punya respons bagus sekali. Apa lagi tadi ada pemutaran video tentang penyu kemasukan sedotan lalu dikeluarkan sedotan itu. Ada seorang anak, namanya Yongker, langsung menangis melihat video itu. Anak-anak mulai berpikir bahwa membuang sampah plastik bisa berdampak pada hewan-hewan lainnya,” kata Tebok.
“Tadi ada penjelasan tentang ekosistem, juga penjelasan tentang apa yang merusak ekosistem seperti penebangan liar. Selain menjelaskan ekosistem di dataran tinggi, tetapi juga ekosistem di pesisir pantai. Sangat menyenangkan dan ada hal-hal baru yang dipelajari anak-anak. Memang anak-anak senang sekali. Kami juga senang sebagai orang yang belajar tentang hal-hal baru,” tuturnya.
Tebok berharap kepada FFI selama di kabupaten Tambrauw untuk turut memberikan kontribusi juga tentang pengembangan sumber daya manusia (SDM).
“Harapannya, FFI selama di sana tidak hanya membangun SDA, tetapi SDM juga,” imbuh Bofra.
Beyum Antonela Baru, penggagas kelompok belajar Siiway, menjelaskan, kelompok belajarnya baru berjalan kurang lebih tiga bulan di kampung Wayo, distrik Fef, kabupaten Tambrauw.
Kata Beyum, kelompok belajar Siiway hadir karena keprihatinan orang tua terhadap perkembangan anak yang kurang lincah dalam baca-tulis dan belum tahu tentang calistung, sehingga banyak hal yang anak-anak belum tahu.
Pemberian nama Siiway atas dasar hasil pertemuan bersama orang tua murid dan Siiway sendiri adalah salah satu tokoh orang baik yang selalu diceritakan dalam mitos atau legenda di suku Miyah, kabupaten Tambrauw. Selain itu, Siiway juga kepanjangan kata dari Sikor, Imor, Iwin, dan Wayo. Ini karena anak-anak yang belajar di kelompok belajar itu datang dari empat kampung.
“Siiway sendiri adalah tokoh baik yang diceritakan dalam mitos atau legenda dari suku Miyah di kabupaten Tambaruw. Kepanjangan lain dari kata Siiway yang dikenal masyarakat sini yaitu Sikor, Imor, Iwin, dan Wayo. Kelompok belajar ini hadir atas kepedulian orang tua tentang anak-anaknya kurang lincah dalam membaca-tulis dan calistung,” kata Beyum.
Pewarta: Maria Baru
Editor: Markus You