MOWANEMANI, SUARAPAPUA.com — Penghayatan nilai-nilai kemanusiaan benar-benar dibuktikan keluarga korban penembakan bersama warga masyarakat distrik Kamuu Timur di Ugapuga, kabupaten Dogiyai, Papua Tengah. Satu orang warga pendatang berhasil diselamatkan di tengah ancaman nyawa saat situasi daerah belum kondusif.
Sementara situasi kabupaten Dogiyai lagi panas pasca kasus penembakan terhadap tiga pemuda yang tewas di tempat dan beberapa orang luka-luka sedang dirawat di rumah, Kamis (13/7/2023) lalu, rakyat Dogiyai dari wilayah distrik Kamuu Timur menyelamatkan seorang laki-laki non OAP hingga diserahkan ke pemerintah daerah dan diantar ke Polres Dogiyai.
Ancaman kematian sudah di depan mata, tetapi ia sangat bersyukur karena justru disembunyikan warga Ugapuga yang adalah keluarga korban tiga pemuda nahas.
Warga pendatang yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir dan belum sempat sebutkan namanya itu tak kuasa menahan linangan air mata tatkala menuturkan perasaannya saat keluarga korban penembakan berusaha lindungi dan amankan di sebuah rumah sebelum dibawa ke kantor distrik Kamuu Timur.
Awalnya ia diamankan saat sedang menuju ke Mowanemani, ibu kota kabupaten Dogiyai. Sementara Mowanemani dalam situasi genting pasca penembakan terhadap tiga orang warga sipil dan lima lainnya menderita luka-luka.
“Kemarin saya sedang menuju ke Mowanemani, pas di dekat SD Ugapuga tiba-tiba saya ditahan oleh sekelompok pemuda [keluarga korban]. Mereka amankan saya di kantor distrik Kamuu Timur, kemudian saya diserahkan ke pemerintah daerah. Selanjutnya, pemerintah daerah antar saya dalam pengawalan ketat karena situasi Dogiyai belum aman benar,” jelasnya.
Tak hanya saat diantar hingga tiba di Mapolres Dogiyai. Selama diamankan di Ugapuga, ia terus berlinang karena merasakan cinta Tuhan telah bekerja melalui sesama yang berbaik hati menyelamatkan nyawanya. Hal itu disyukurinya karena bayangan bakal dibunuh sama sekali tidak terjadi.
“Begitu ditahan, dalam hati saya tahu ini sudah gawat, pasti bunuh saya. Ternyata tidak. Mereka amankan saya dengan niat yang baik. Terima kasih Tuhan sudah bekerja melalui saudara-saudari di Ugapuga yang sungguh sangat luar biasa. Mereka semua hebat. Saya ucapkan terima kasih banyak,” tuturnya sembari menyeka air mata.
Sementara itu, Natalis Agapa, salah satu pejabat Dogiyai, di hadapan pihak kepolisian di kantor Polres Dogiyai, saat menyerahkan satu warga sipil non OAP yang diamankan masyarakat Kamuu Timur, menyatakan, hal ini patut disyukuri apalagi di saat situasi kecewa dan duka sedang dirasakan keluarga korban dan masyarakat, tetapi telah menyelamatkan seorang warga pendatang sebagai bukti wajib melindungi semua orang tanpa pandang bulu.
“Sebagai tugas dan tanggung jawab pemerintah, kami datang antar satu warga sipil non OAP yang diamankan oleh keluarga korban penembakan di distrik Kamuu Timur,” kata Natalis.
Upaya perlindungan dan penyelamatan tersebut menurutnya sangat luar biasa. Bahkan dianggap tepat dilakukan manusia normal ciptaan Tuhan.
“Semua orang harus saling hargai hak hidup sesama manusia, seperti kita hargai diri kita sendiri.”
Lanjut Natalis, “Dalam situasi apapun, kita harus saling hargai satu sama lain. Kita semua ini manusia yang punya perasaan yang sama. Manusia di dunia ini bukan untuk baku bunuh. Tuhan kepada setiap manusia tidak berikan kuasa untuk cabut nyawa orang lain.”
Senada, Willem Tagi, juga pejabat Dogiyai, saat menjemput salah satu sopir yang diselamatkan warga dan keluarga korban di Ugapuga, menyatakan, hal ini memberi pelajaran penting bagi semua orang di kabupaten Dogiyai untuk tidak gampang mengambil tindakan main hakim sendiri dengan apapun alasannya.
Nyawa setiap orang, kata Willem, ada di tangan Tuhan, bukan di tangan manusia.
“Siapapun tidak berhak mencabut nyawa orang. Kita semua ada di dunia ini untuk saling melindungi dan saling selamatkan sebagai sesama anak Tuhan, anak bangsa,” ujarnya sembari ucapkan terima kasih kepada keluarga korban dan segenap warga distrik Kamuu Timur.
Sementara, Yan Agapa, kepala kampung Ugapuga, membenarkan, sopir lintas itu diselamatkan warganya di tengah situasi daerah sedang tak kondusif pasca tragedi berdarah, Kamis (13/7/2023).
“Masyarakat kami sudah selamatkan dia dan ini satu pelajaran berharga untuk terus dipertahankan supaya tidak mudah saling bunuh tanpa alasan. Di dunia ini semua orang punya hak hidup yang sama. Masyarakat kasih contoh kepada semua pihak, jangan bunuh tanpa alasan dan kesalahan,” ujarnya.
Semua tokoh adat dan pemuda juga menyatakan penyelamatan salah satu warga non OAP ini mau mengingatkan kepada siapapun yang suka bertindak kriminal hingga menghilangkan nyawa orang. Terutama aparat keamanan yang suka tembak sembarang, diingatkan agar cepat sadar untuk tak lagi ulangi tindakan serupa.
Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Sitkamtibmas) di kabupaten Dogiyai sempat mencekam pasca penembakan Yosua Keiya (20), warga kampung Obayo, distrik Kamuu Utara, kabupaten Dogiyai.
Aksi penyerangan, pemalangan jalan dan pembakaran kios memakan korban. Yakobus Pekei (20) dan Stepanus Pigome (19) tewas di tempat dan waktu berbeda. Sementara, lima orang lainnya luka-luka.
Arus lalu lintas kembali normal setelah palang dibuka pemerintah daerah. Situasi kembali kondusif. Itu setelah pemerintah daerah dipimpin langsung penjabat bupati Petrus Agapa turun menemui keluarga korban dan warga masyarakat di halaman kantor distrik Kamuu Utara, Idakebo, Senin (17/7/2023).
Pada pertemuan itu, keluarga korban menyatakan tiga anak muda ditembak mati bak binatang. Oleh karenanya, sangat disesalkan dan dikecam tindakan aparat keamanan menghadapi masyarakat dengan mengandalkan alat negara (senjata api) hingga menembak mati tanpa tembakan peringatan. Kejadian demikian terus berulang dilakukan.
Keluarga korban saat pertemuan itu menyampaikan tuntutannya. Ada tujuh pernyataan tegas dibacakan di hadapan penjabat bupati Dogiyai bersama rombongan yang datang dari Mowanemani. []