PolhukamHAMWarga Sipil di Dekai Jadi Sasaran Pasca Kontak Tembak TPNPB dan TNI/Polri

Warga Sipil di Dekai Jadi Sasaran Pasca Kontak Tembak TPNPB dan TNI/Polri

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Warga masyarakat sipil yang berdomisili di lokasi baru atau muara Kali Bonto, Dekai, kabupaten Yahukimo, provinsi Papua Pegunungan, menjadi sasaran pasca kontak tembak antara Tentara Nasional Papua Barat (TPNPB) dan aparat gabungan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

“Tanggal 21 itu kami semua lari ke hutan. Jauh malam baru kami tiba di keluarga yang tempatnya sedikit aman. Paginya kami dengar kalau ada keluarga kami ditangkap dan beberapa rumah dibakar,” kata salah satu warga Dekai yang enggan disebutkan identitasnya, Minggu (27/8/2023).

Ia mengaku, masyarakat yang awalnya pengungsi atau relokasi dari era pemerintahan Abock-Yulianus tahun 2018 pasca perang suku mengalami kepanikan sejak dua tahun lalu.

“Awal kami masuk ke lokasi baru itu aman. Mulai tahun 2021 kami selalu dikagetkan, karena ada info seperti polisi mau melakukan penyisiran. Gara-gara TPNPB OPM perang dengan TNI Polri, kami masyarakat yang tidak tahu apa-apa ini selalu jadi korban,” tuturnya.

Situasi tidak aman dan nyaman itu menurut dia, terus berlanjut sampai sekarang. Dari pertengahan 2022 hingga 2023, katanya masyarakat selalu cemas dan tidak tenang.

Baca Juga:  PAHAM Papua Desak Komnas HAM dan Pangdam XVII Investigasi Video Penganiayaan Warga Sipil Papua

Pemerintah daerah bersama DPRD dan semua organisasi yang ada di Yahukimo diharapkan tidak biarkan warga hidup dalam kecemasan.

“Kami sudah sampaikan beberapa kali pada saat aparat turun kalau kami ini masyarat biasa yang ada tinggal di muara Bonto. Tetapi itu tidak pernah dengar. Kami minta semua pihak perhatikan kami. Baru kemarin ada orang tua bersama anak muda juga ditangkap, disiksa, dan beberapa rumah dibakar,” katanya.

Rumah milik warga masyarakat yang dibakar aparat pasca kontak tembak dengan TPNPB, Senin (21/8)/2023 di Dekai, kabupaten Yahukimo, provinsi Papua Pegunungan. (Supplied for SP)

Yohan Payage dan Oska Payage yang ditangkap aparat mengaku sempat dipukul dan kakinya diikat.

“Kami tidak tahu masalah, tetapi mulut, tangan dan kaki kami diikat, jadi tidak bisa memberikan keterangan. Samai kami dikumpulkan di markas Brimob dekat PJPR. Di sana kami lihat ada beberapa orang yang duluan ditangkap. Kemudian kami dikumpulkan di sana,” katanya melalui video berdurasi 11 menit 22 detik.

Begitu ditangkap, katanya tidak dibawa ke Polres, tetapi diangkut ke markas Brimob. Beberapa saat kemudiann dipisahkan untuk ditahan di Polres Yahukimo.

“Setelah saya sampaikan kalau saya kepala suku di Yahukimo, akhirnya saya dipisahkan. Saat itulah anak saya Oskar juga ikut bersama. Kami melihat ada banyak masyarakat di sana, termasuk kepala Puskesmas Pasema, tetapi tidak tahu nasibnya. Kami ditangkap tanggal 21 dan dibebaskan tanggal 24 kemarin,” kata Yohan.

Baca Juga:  Hilangnya Keadilan di PTTUN, Suku Awyu Kasasi ke MA

“Setelah saya sampaikan kalau saya kepala suku di Yahukimo, akhirnya saya dipisahkan. Saat itulah anak saya Oskar juga ikut bersama. Kami melihat ada banyak masyarakat di sana, termasuk kepala Puskesmas Pasema, tetapi tidak tahu nasibnya. Kami ditangkap tanggal 21 dan dibebaskan tanggal 24 kemarin,” kata Yohan.

Sebagai orang yang dituakan, ia menilai ada kejanggalan dalam penangkapan warga sipil di Dekai. Karena itu, aparat mestinya tidak sembarang tangkap orang yang tidak tahu apa-apa dengan persoalan. Menurutnya, warga lokasi baru semuanya mengungsi dari kota dan tidak mau terjadi pengungsian lagi.

“Karena saya hidup dengan Tuhan Yesus, saya dan anak saya dibebaskan. Memang kami tidak tahu masalah. Jadi, saya harap supaya penangkapan tidak boleh sembarang,” pintanya.

Masyarakat dari lokasi baru mendatangi Kodim 1715 Yahukimo, Senin (28/8/2023) pagi. (Supplied for SP)

Sementara itu, Komandan Distrik Militer 1715/Yahukimo Letnan Kolonel Tommy Yudistyo membenarkan, Pratu Agung Pamuji Laksono gugur saat Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menyerang Pos Sagas Yonif 7/Marinir  di Dekai, kabupaten Yahukimo, Senin (21/8/2023).

Baca Juga:  MRP dan DPRP Fraksi Otsus se-Tanah Papua Minta Jokowi Terbitkan Perppu Hak Politik OAP

“Insiden terjadi pada pukul 11.10 WIT. Lokasinya di Jalan Yahuli, distrik Deikai, ibu kota Yahukimo,” jelasnya.

Kata Tommy, KKB melakukan penyerangan dengan tujuan menolak keberadaan pos Satgas itu.

Sumber media ini mengabarkan, masyarakat dari lokasi baru mendatangi Kodim 1715 Yahukimo, Senin (28/8/2023) pagi. Tujuannya untuk mendapatkan perlindungan keselamatan saat mengambil barang yang ditinggalkan.

“Tadi kami ke Kodim untuk turun ambil barang penting kami yang waktu itu tinggalkan setelah kejadian hari Senin. Kami sampaikan tujuan kami ke lokasi ambil pakaian dan barang penting lainnya. Pada saat kami ke sana tidak ada yang baku tembak,” kata warga dari Dekai.

Berdasarkan fakta selama ini, aparat keamanan kerap salah sasaran. Imbas perang antara TPNPB dan TNI Polri, masyarakat jadi sasaran.

“Kejadian kemarin, ada tujuh rumah yang dibakar. Bersamaan ternak babi juga. Terus, beberapa kelompok yang mengungsi adalah dari distrik Amuma empat kelompok, Angruk satu kelompok, dan distrik Musaik ada dua kelompok. Sekarang masyarakat dalam ketakutan,” katanya. []

Terkini

Populer Minggu Ini:

ULMWP Himbau Rakyat Papua Peringati 1 Mei Dengan Aksi Serentak

0
“ULMWP sebagai wadah koordinatif gerakan rakyat, siap bertanggung jawab penuh atas semua rangkaian aksi yang dilakukan dalam bentuk apa pun di hadapkan kolonialisme Indonesia dan dunia Internasional.”

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.