Saat pendataan warga masyarakat di lokasi pengungsian, Sabtu (2/9/2023) sore. (Dok. Wahyu Heluka for SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Sedikitnya 674 orang atau 169 kepala keluarga dari sembilan distrik yang menempati lokasi baru muara Bonto Dekai, kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, dikabarkan meninggalkan rumah pasca kontak tembak antara TPNPB dan TNI/Polri di Dekai, Senin (21/8/2023) lalu.

Data jumlah warga pengungsi itu dilaporkan Wahyu Heluka, koordinator pengungsi, Rabu (6/9/2023).

“Semua sudah mengungsi. Jumlah semuanya 674 orang. Itu dari 169 kepala keluarga,” kata Wahyu Heluka melalui telepon seluler dari Dekai.

Selain terjadi pengungsian pasca kontak tembak itu, terdata juga kerugian harta benda milik warga pengungsi.

“Ada 12 rumah yang dibakar. Terus, enam ekor ayam ditembak, dua ekor ternak babi dibakar bersama rumah.  Ada 15 ekor babi mati gara-gara tidak diberi makan pemiliknya yang tinggalkan lokasi muara kali Bonto,” jelasnya.

ads
Baca Juga:  Perda Pengakuan dan Perlindungan MHA di PBD Belum Diterapkan

Heluka juga mengabarkan, beberapa orang tengah menjalani pengobatan.

“Data terbaru dari kami, 12 orang yang sedang sakit.”

Warga lokasi baru muara kali Bonto yang mengungsi ke Dekai, ibu kota kabupaten Yahukimo, sedang didata. (Dok. Wahyu Heluka for SP)

Warga asal sembilan distrik di lokasi muara kali Bonto yang terpaksa mengungsi itu diantaranya berasal dari Amuma, Suru-Suru, Angguruk, Obio, Pasema, Musaik, Silimo, Wosama, dan Solaikma. Sejauh ini para pengungsi menempati beberapa tempat di dalam kota Dekai.

“Setelah terjadi baku tembak itu, keluarga kami lari sampe masuk ke kota. Beberapa hari kemudian, petugas Gereja mendoakan kami. Kemudian kami bentuk koordinator supaya semua pengungsi bisa terdata dengan baik,” kata Heluka.

Koordinator yang dipercayakan masyarakat menurutnya terus melakukan beberapa upaya, termasuk membuka posko kemanusiaan.

“Kami bersyukur, posko yang kami buka banyak yang bantu, terutama dari pemerintah dan DPRD. Ada juga pihak yang peduli kemanusiaan dan dari gereja yang selalu mendoakan kami. Hingga sekarang kami sudah lakukan pendataan secara umum,” lanjutnya.

Baca Juga:  ULMWP Mengutuk Tindakan TNI Tak Berperikemanusiaan di Puncak Papua

Wahyu membenarkan, begitu posko kemanusiaan dibuka, pemerintah mulai melihat secara serius bersama DPR Provinsi dan berbagai pihak lainnya.

“Pertama yang hadir adalah bapak Hengki Bayage membawa dua ton beras dan campuran sembako. Hari kedua, pemerintah kabupaten Yahukimo dan kepala dinas Sosial Yahukimo serahkan tiga ton beras dan sembako ditambah dengan uang sebesar sepuluh juta. Bupati juga ada janji akan sediakan tanah dari pemerintah,” jelas Wahyu.

Menurutnya, koordinator bersama kaum intelektual telah menentukan lokasi baru selanjutnya akan disampaikan ke bupati untuk kepentingan sertifikat sesuai yang dijanjikan.

Baca Juga:  Raih Gelar Doktor, Begini Pesan Aloysius Giyai Demi Pelayanan Kesehatan di Papua

Sebelumnya, bupati Didimus Yahuli saat mengunjungi warga pengungsi menekankan pentingnya damai sebagai dambaan semua orang dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hadapan warga pengungsi, Jumat (1/9/2023) lalu, bupati Yahukimo minta agar seluruh komponen yang ada harus tenang dan wajib menjaga situasi daerah tetap aman.

Partisipasi aktif semua pihak menjaga keamanan dan ketertiban agar pemerintah melanjutkan menjalankan pelayanan dan pembangunan di daerah ini, kata Didimus, sangat diharapkan. Sementara, situasinya hingga sejauh ini masih terkendali.

Bupati juga menambahkan, warga yang ada di empat posko pengungsian akan direlokasi ke tanah milik pemerintah.

“Pemerintah akan siapkan lokasi baru agar masyarakat tidak lagi mengalami hal yang sama di kemudian hari,” kata Yahuli. []

Artikel sebelumnyaPerempuan Malagufuk Terpinggir di Tengah Pengembangan Ekowisata
Artikel berikutnyaPerdana, Avaa Adakan Sekolah HAM Papua di Kota Sorong