Laporan WargaMengenang Pastor Jos Donkers, Fotografer Legendaris di Tanah Papua

Mengenang Pastor Jos Donkers, Fotografer Legendaris di Tanah Papua

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Nama Jos Donkers tidak asing bagi para fotografer, juga yang menyukai dunia fotografi di era 70-an. Tentu juga umat Tuhan di Tanah Papua. Ia seorang misionaris sekaligus fotografer legendaris dari Keuskupan Jayapura.

Hasil bidikan kamera tua milik Jos Donkers selalu menghiasi koran tertua di Tanah Papua, Tifa Irian. Dalam kurun waktu cukup lama menjelajah dari kampung ke kampung, ia abadikan hampir semua aktivitas masyarakat perkampungan. Termasuk kegiatan para misionaris.

Hal-hal menarik, yang dianggap unik dan langka, juga situasi daerah atau apapun tak lewat dari jepretannya.

Karena itulah gambar masyarakat pedalaman Papua dengan segala aktivitasnya mudah didapatkan di Tifa Irian dalam hampir setiap edisi. Terbit per minggu, jepretan Jos Donkers pasti menghiasi lembaran koran mingguan terbitan Keuskupan Jayapura melalui Yayasan Pers Katolik.

Pastor Jos Doankers, OFM.

Dengan hasil bidikan kamera tua yang kemudian rutin dipublikasi Tifa Irian, Jos Donkers lebih terkenal namanya sebagai seorang fotografer.

Tetapi, sejatinya, ia adalah seorang imam Katolik.

Dari sumber resmi, Pastor Jos Donkers adalah imam Fransiskan asal Belanda. Ia bagian dari Ordo Fratrum Minorum (OFM).

Tahun 1967, Pastor Jos Donkers, OFM, mendapat tugas khusus dari Uskup Jayapura, Mgr. Rudolf Joseph Manfred Staverman, OFM, untuk menjalankan tugas tambahan sebagai fotografer.

Mendapat tugas tambahan itulah Jos Donkers kemudian dengan cekatan mendokumentasikan semua dinamika misi Katolik di Tanah Papua, khususnya di Keuskupan Jayapura.

Aktivitas fotografi dijalaninya sejak 1967 hingga 1985.

Pastor Jos Doankers, OFM.

Tidak hanya aktivitas masyarakat dan keagamaan saja, Jos Donkers juga meliput kegiatan pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi.

Semenjak mendapat tugas dari Uskup Staverman, Jos Donkers membuat jadwal turun ke lapangan setiap satu tahun. Misalnya bulan Januari – Februari di Jayapura, berikutnya ke Arso, Wembi, Waris, Amgotro, Yuruf, dan Ubrub di daerah Keerom.

Selanjutnya ia menumpang pesawat AMA terbang ke Oksibil, Mabilabol, Abmisibil, Iwur, Kiwirok, di daerah Pegunungan Bintang.

Juga ke Lembah Balim, Wamena. Di sana ia menghabiskan waktu hingga dua bulan sebelum bertolak ke daerah lain.

Jos Donkers terus ke wilayah Mimika. Tak hanya di Kokonao, tetapi juga Uta, Atuka, Keakwa, Pronggo, Hiripao, Agimuga, dan Timika.

Selebihnya banyak waktu Jos Donkers habiskan di Wisselmeren, Paniai.

Di daerah yang pertama kali dirintis oleh misionaris Pastor Hermanus Tillemans, MSC, itu, Donkers bekerja cukup lama. Ia bahkan menetap di Epouto, sebuah paroki dibuka Pastor Lactantius Nouwen, OFM, sambil melayani umat di pos Yaba.

Dari Epouto di tepi Danau Tage, Jos Donkers mengatur jadwal untuk meliput di beberapa tempat lainnya. Seperti Enarotali, Komopa, Wakeitei, Diyai, Obano, Mowanemani, Modiho, Timeepa, dan Nabire.

Juga, melakukan tugasnya hingga ke Bilogai, Bilai, dan Gome (Ilaga).

Hampir seluruh wilayah Papua telah dikunjungi Pastor Jos Donkers.

Tidak sekadar jago hasilkan foto-foto terbaik. Ia benar-benar ahli fotografi. Jika kamera sedikit terganggu atau mengalami kerusakan, pasti diperbakinya.

“Jos Donkers adalah seorang fotografer terkemuka asal Eropa,” kenang Donatus Moiwend, pelukis bekhen dan seniman Papua asal Merauke, dalam catatannya.

Selain kegiatan-kegiatan dalam wilayah pastoral keuskupan Jayapura, Pastor Donkers seringkali diminta juga oleh Uskup Merauke, Uskup Agats, dan Uskup Manokwari-Sorong.

Selama hampir 20 tahun Jos Donkers berkarya di Tanah Papua, selain sebagai imam misionaris, juga fotografer. Dari aktivitas fotografi yang digelutinya sudah menghasilkan lebih dari 60.000 lembar dokumen foto bersejarah.

Konon, foto-foto dokumentasi karya Pastor Jos Donkers masih tersimpan rapi hingga kini di Belanda.

Pastor Jos Doankers, OFM.

Sesudah pulang ke negaranya, imam Katolik kelahiran Belanda 17 Mei 1938 itu pernah kurasi foto-foto dokumentasinya hingga terbitkan dalam bentuk buku. Termasuk buku dokumentasi karya Donatus Moiwend.

Juga menampilkan foto-foto dokumentasinya dalam sebuah event pameran seni di Belanda, dan di beberapa negara Eropa.

Sedikit riwayatnya, selepas melewati masa Novisiat Fransiskan di Belanda tahun 1957, ia menempuh studi Teologi dan Filsafat, hingga akhirnya tahun 1964 ditahbiskan sebagai imam di negara asalnya.

Tiga tahun kemudian, dikirim pimpinannya sebagai seorang misionaris ke Tanah Papua dan tiba tahun 1967.

Selain fotografer, ia juga diserahi tugas melayani umat di beberapa paroki yang ada di Tanah Papua.

Bahkan pernah pula diangkat sebagai pimpinan OFM Papua selama satu dekade. Dari tahun 1977-1983.

Setelah lama berlalu, sejak kembali ke Belanda pada tahun 1985, tak ada informasi tentang Pastor Jos Donkers. Kecuali dokumen-dokumen lama berbahasa Belanda. Di google pun amat sulit ditelusuri.

Tiga hari lalu, tiba-tiba saja, kabar duka datang.

Pater Jos Donkers dikabarkan meninggal dunia dari negeri Kincir Angin. Fotografer ulung nan legendaris itu menghembuskan nafas terakhir dalam usia 85 tahun pada hari Senin (23/10/2023) kemarin.

Pastor Jos Doankers, OFM.

Umat Katolik di Tanah Papua berkabung begitu mendapat kabar duka itu.

Fotografer legendaris itu telah berpulang ke rumah abadi. Tetapi, karya luhurnya mendokumentasikan segala dinamika dan aktivitas di sebagian Tanah Papua sejak 1967 sampai 1985 tidak dibawa pergi.

Setumpuk karya hebat yang ditinggalkan untuk dikenang orang sepanjang masa mengantarnya ke Surga. Beristirahatlah dalam damai Tuhan.

Selamat jalan Pater Jos Donkers…. []

Terkini

Populer Minggu Ini:

Ribuan Data Pencaker Diserahkan, Pemprov PBD Pastikan Kuota OAP 80 Persen

0
“Jadi tidak semua Gubernur bisa menjawab semua itu, karena punya otonomi masing-masing. Kabupaten/Kota punya otonomi begitu juga dengan provinsi juga punya otonomi. Saya hanya bertanggung jawab untuk formasi yang ada di provinsi. Maka ini yang harus dibicarakan supaya apa yang disampaikan ini bisa menjadi perhatian kita untuk kita tindaklanjuti. Dan pastinya dalam Rakor Forkopimda kemarin kita juga sudah bicarakan dan sepakat tentang isu penerimaan ASN ini,” ujarnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.