Pesta Yuwo di Paniai Dibanjiri Ribuan Pengunjung

0
2904

PANIAI, SUARAPAPUA.com — Yuwo, pesta adat suku Mee kembali digelar di kampung Epouto, distrik Yatamo, Paniai, Rabu (8/8/2018). Acara tersebut berlangsung ramai dipadati ribuan pengunjung.

Pengunjung acara itu didatangi oleh masyarakat di daerah Paniai, juga dari Deiyai, Dogiyai dan Nabire.

“Mereka datang dengan beragam tujuan. Ada yang membeli babi, bertemu sanak saudara dan cari jodoh. Tetapi saya lihat kebanyakan datang untuk beli babi,” kata Marselus Tekege, ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Kabupaten Paniai, ketika ditemui suarapapua.com di Epouto, Rabu (8/8/2018).

Kata Marselus, babi yang disembelih dalam acara itu hingga ratusan ekor yang semuanya terjual habis. “Itu karena pengunjung yang datang banyak,” ucapnya.

Baca Juga:  KPU Deiyai Tuntaskan Rekapitulasi Suara Pemilu 2024 Tingkat Kabupaten

Namun kata dia, babi-babi itu tidak dijual semua, tetapi sebagian dibagi-bagi ke sanak saudara.

ads

“Misalnya seperti saya. Saya bunuh babi 30 ekor, sebagian saya jual, sebagiannya saya bagi ke keluarga yang datang dari jauh. Bukan cuma saya, semua seperti itu,” tutur Marsel.

Hal itu menurutnya sebagai bentuk menjaga nilai kebersamaan dan memperkokoh tali persaudaraan dalam keluarga serta antara sesama suku Mee.

“Maka saya harap generasi sekarang supaya jaga dan lestarikan terus budaya Yuwo, karena pesan yang terkandung dalam kegiatan ini sangat berarti. Selain itu karena juga merupakan warisan generasi terdahulu,” pesannya.

Termasuk membangun Kewita (rumah Yuwo) sebanyak 11 rumah, 6 Kewita milik pihak laki-laki yang marga You-Tekege (Yamekopa) dan 5 milik pihak perempuan dengan marga You-Tekege (Apikopa).

Baca Juga:  Vince Tebay, Perempuan Mee Pertama Raih Gelar Profesor

Untuk membangunnya, menurut Marsel, tidak sembarangan dengan syarat memiliki babi lebih dari 20 ekor.

Sedangkan untuk membuat pesta Yuwo, ia menjelaskan, terlebih dahulu harus ada Emaawa (rumah dansa) yang dibangun khusus dari kayu Onage (salah satu kayu terkuat yang ada di wilayah Meepago).

Karena dengan adanya Emaawa sebagai tempat dansa, kata Marsel, akan menarik orang dari berbagai kampung untuk datang berdansa.

“Tujuan utamanya adalah untuk mencari jodoh dan pererat tali keluarga. Itu berjalan selama bertahun-tahun, 5-10 tahun bahkan bisa lebih. Dan selama itu pemilik Emaawa wajib piara babi untuk persiapan yuwo.”

Baca Juga:  AJI, PWI, AWP dan Advokat Kecam Tindakan Polisi Terhadap Empat Jurnalis di Nabire

Soal waktu penyelenggaraan pesta Yuwo, akan ditentukan tetapi tidak sembarangan, melainkan dilihat dari babi yang dipiara. Kedua, dari petunjuk alam lewat tetua adat.”

Junianus Agimbau, seorang pengunjung dari Nabire, mengaku datang ke acara tersebut untuk sekedar berwisata.

“Saya datang dari Nabire kemarin. Saya datang cuma mau jalan-jalan saja karena penasaran dengan acara ini,” kata Agimbau.

Namun menurut pria asal suku Moni ini, ia terharu dengan acara tersebut. “Satu hikmah yang saya dapat dari acara ini, yaitu suasananya. Saya rasa seperti berada di zaman orang tua dulu. Ini mengharukan sekali,” ungkapnya.

Pewarta: Stevanus Yogi
Editor: Elisa Sekenyap

Artikel sebelumnyaLima Orang Meninggal di Distrik Hogio, Yahukimo
Artikel berikutnyaDisertasi Etnografi Kolonialisme Mutakhir Papua Didiskusikan di Jayapura