OKSIBIL, SUARAPAPUA.com— “Kami minta pemerintah kabupaten Pegunungan Bintang perhatikan kami petani kopi. Kami jugaminta pamerintah sediakan fasilitas pertannian dan pengolaan kopi supaya kami bias produksi lebih banyak,” kata Amatus Uropmabin, salah satu petani kopi di Lopkop, Pegunungan Bintang pada Sabtu pekan kemarin.
Hal tersebut disampaikan karena kopi Arabika dari Pegunungan Bintang mulai diminati konsumen. Katanya, sejak kopi dari Lopkop mengikuti berbagia pameran resmi dan memenangkannya hingga saat ini belum ada perhatian serius dari pemkab setempat.
Amatus mengatakan, permintaan kopi Arabika dari Pegunungan Bintang semakin meningkat. Namun, para petani kopi mengalami kesulitan dalam produksi kopi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“maka kami minta pemerintah sediakan fasilitas pertanian kopi agar bisa produksi lebih banyak untuk penuhi permintaan pasar,” katanya.
Ia menjelaskan, kopi Arabika yang terkenal di pasaran itu hasil dari olahan manual sehingga hasilnya juga sedikit.
“Selama ini kami kerja dengan tenaga manusia, kuliti kulit merah, kulit tanduk maupun pembersihan ampas. Kami harap pemerintah bisa sediakan mesin supaya produksi lebih banyak,” ucap Uropmabin.
Kepala kampung Sabin, distrik Okbab, Yosephus Kalaka mengatakan di kampung Sabin ada 19 hektar kopi. Masing masing Kepala Keluarga (KK) memiliki 400 pohon kopi.
“Biasanya setiap pohon berbuah setiap hari, tidak musiman. Jadi para petani mengalami kendala dalam produksi. Kalo ada mesin pengkupas, gampang untuk bisa menghasilkan 500 Kg-1 Ton kopi,” ungkapnya.
Kata dia, pemasaran juga menjadi persoalan yang sering dihadapi para petani kopi dikampungnya.
”Masyarakat tani bisa menghasilkan kopi, tapi terkendala dengan pemasaran. Hasil produksi dijual di mana. Belum temukan pasar yang tepat. Akhirnya petani kopi patah semangat,” ujar Kalaka.
Ia berharap pemerintah bisa membeli kopi dari masyarakat tani dan mematok harga yang jelas agar ada pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu diharapkan agar pemerintah sediakan fasilitas untuk pengolaan kopi.
Pewarta: Fransiskus Kasipmabin
Editor: Arnold Belau