Antisipasi Hantu “Fanatisme Pilgub dan Piala Dunia” di Papua  

Nobar dan Konbar Pro Lukmen dan Pro Josua

0
2684

Oleh: Yosef Rumaseb)*

Akan menjadi kejutan yang menyejukkan pemilukada di Provinsi Papua jika Paslon Gubernur dan Wagub Lukmen, Josua, dan Plt Gubernur mengisi masa tenang sebelum Hari H Pilgub dengan Nobar Piala Dunia 2018.

Menurut Winston Churchil (beliau adalah PM Inggris Jaman Perang Dunia I), “Fanatisme adalah faktor psikologis yang membuat seseorang tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya”. Ada berbagai jenis fanatisme : fanatisme etnis, fanatisme nasional, fanatisme ideologi (politik), fanatisme agama, fanatisme olahraga.

Seseorang yang memiliki fanatisme tertentu disebut seorang fanatik, memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.

Fanatisme menjadi bahaya jika fanatisme yang dianut itu fanatisme sempit. Fanatisme yang mengakibatkan orang tra mau belajar untuk memperbaiki kelemahan. Right or wrong my country is the best. Right or wrong my cagub is the best.

ads

Pada bulan Juni 2018 secara nasional kita berkesempatan melihat fenomena fanatisme. Ada fenomena fanatisme agama (misalnya terwujud dalam radikalisme dan terorisme), fanatisme politik (misalnya, cebong vs kampret), fanatisme olahraga dalam Piala Dunia 2018 di Rusia, sementara di Provinsi Papua kita menyaksikan sedikit-sedikit dalam kampanye pemilihan Gubernur Papua ada aroma fanatisme etnik (misalnya gunung vs pantai) dan fanatisme politik (misalnya pro Papua Mandiri vs Papua Cerdas, Pro Program Anti Kemiskinan Absolut vs Pro Program Anti Kemiskinan Relatif) — meski yang terakhir ini masih dapat didebat apakah itu termasuk fanatisme atau bukan.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

Pada skopa Provinsi Papua, ada tiga hantu fanatisme yang aktif gentayangan di seantero Provinsi Papua di bulan Juni 2018.

Pertama, hantu fanatisme pro paslon cagub tertentu. Meski polarisasi atau segregasi akibat fanatisme pro paslon cagub di Provinsi Papua tidak ekstrim dan atau sampai menimbulkan gesekan konflik horisontal sejauh ini, namun di dunia maya segregasi itu nampak ada secara tipis dan santai. Saling kritik dan saling mob terjadi di antara dua pilar fanatik. Group facebook pro masing-masing paslon menyebarkan banyak informasi yang mendukung masing-masing calon.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Kedua, fanatisme Papua Basodara yang mencairkan silaturahmi antar umat beragama di Tanah Papua. Fanatisme Papua Basodara menjadi modal untuk menolak fanatisme agama. Fanatisme ini terwujud antara lain lewat tradisi “peta” dari rumah ke rumah saat Idul Fitri sambil bawa kantong plastik. Papua Basodara mencairkan komunikasi politik antara pro Lukmen dengan pro Josua.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Di grass root, fanatisme makin cair karena fanatisme olahraga (bola). Hantu fanatisme bola akibat adanya Piala Dunia menerobos segregasi politik akibat hantu fanatisme pro paslon cagub tertentu, antara pro Lukmen vs pro Josua. Bola menyatukan keduanya baik dalam nobar, konvoi bareng (konbar) maupun komentar di medsos. Sepanjang tiada provokasi, maka nobar dan konbar pendukung fanatik pro Lukmen dan pro Josua adalah hal positif.

Fenomena fanatisme bola mencairkan segregasi politik di Tanah Papua. Karena itu, akan menjadi kejutan yang menyejukkan jika Paslon Gubernur dan Wagub Lukmen, Josua dan Plt Gubernur mengisi masa tenang sebelum Hari H Pilgub dengan Nobar Piala Dunia 2018.

Semoga.

Bintuni 16.06.2018

)* Penulis adalah anak kampung. Tinggal di Biak, Papua. 

Artikel sebelumnyaPersipura, Piala Dunia dan Nasionalisme Kita
Artikel berikutnyaOtobiografi Penyair Inggris Ungkap Dukungan pada Rakyat Papua