JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — George Saa, salah satu intelektual dari Tanah Papua menilai, apa yang dilakukan aparat keamanan Indonesia di Tanah Papua tidak jelas. Mestinya tugas polisi melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, bukan melakukan tugas diluar dari tugas utama mereka.
“Mestinya dengan keunikan Papua dalam NKRI ini, dimana lahirnya UU Otsus itu diharapkan dapat mengintervensi hak-hak orang Papua. Namun saya melihat Negara malah hadir melemahkan sendi-sendi pemerintahan di Papua,” kata Saa menanggapai kondisi Tanah Papua saat ini, sebagaimana pesan elektronik yang dikirim ke radaksi suarapapua.com kemarin.
Baca juga: LP3BH Manokwari: Tersangka Dugaan Pembakaran Bendera MP Agar Segera Hadirkan Saksi Lain
Ia mengakui jika kegiatan kumpul-kumpul untuk diskusi hingga doa bersama orang Papua dianggap polisi dengan analisisnya akan menimbulkan masalah, menurutnya Saa itu salah, sebab kegiatan kebersamaan ini yang akan memupuk persatuan.
“Saya melihat malah posisi pemimpin di Papua secara masif mulai dilemahkan. Ini terlihat dari upaya Negara mengamankan Papua yang dapat diartikan mengambil alih fungsi pemerintah Papua dari Gubernur, DPRP, MRP dan semua elemen institusi sipil terkait.”
Dengan tekanan seperti ini menurutnya, rasa nasionalisme orang Papua terhadap Negara ini mencapai titik kritis, dimana upaya pembendungan apapun oleh Negara akan terus mendapatkan perlawanan ‘secara damai’ oleh semua elemen di Tanah Papua.
Orang Papua menganggap apa yang dilakukan Negara untuk memberikan rasa aman dan damai di Tanah Papua serasa mustahil. Segala hal yang menjadi hal penting bagi orang Papua terutama hak hidup di atas tanah leluhurnya sudah tidak lagi di konsultasikan kepada elemen penting orang asli Papua, baik orang Papuanya yang ada di akar rumput, hingga pejabat pemerintahan serta politisinya.
“Saya berharap standar ganda yang sekarang diterapkan negara baik pendropingan pasukan hingga mendorong lahirnya daerah otonom baru sampai dengan pembubaran paksa aksi masa tidak menjadi motivasi baru bagi orang Papua untuk bersatu berjuang utnuk nasibnya guna mendapatkan kehidupan yang layak dan lama di tanahnya sendiri.
“Aparatnya Negara tidak lagi memaksakan segala analisa dampak ketidakstabilan Papua yang menurut saya sangatlah tendensius. Akhir-akhir ini malah membuat orang Papua makin menderita dan menjadi korban di tanahnya.
Baca juga: Mahasiswa Papua di Jogja Galang Dana untuk Kalimantan dan Sumatera
Apa yang terjadi saat ini di tanah Papua oleh negara hanya memperdalam luka dan sakit hati orang Papua. Semoga Tuhan leluhur orang Papua memberkati semua orang-orang yang saat ini mengkerdilkan harkat dan martabat orang Papua.”
Sementara, aparat keamanan di tanah Papua bersama pasukan BKO yang dikirim ke tanah Papua terus melakukan penangkapan sewenang-wenang terhadap para aktivis, seperti penangkapan sejumlah aktivis di Timika hanya karena gelar doa bersama, di Sorong hanya karena demonstrasi damai dan juga penangkapan sejumlah aktivis di Jayapura.
Pewarta: Elisa Sekenyap