JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pada hari Sabtu, (16/11/2019) lalu, Suara Papua melakukan wawancara dengan Eldona Vallenzie Sokoy yang akrab disapa Zie, pemilik usaha Outlet Coconut Tree Land dan Coffee Shop Coffee and You Jayapura.
Dalam wawancara tersebut, Eldona melalui usahanya ingin memajukan ekonomi lokal, mempromosikan pebisnis lokal, dan melakukan kampanye sosial kepada masyarakat.
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh usaha yang sudah dilakukan oleh Sokoy, anak Asli Papua dari Tanah Tabi dengan berbagai kampanye sosial yang disematkan pada setiap usaha yang dijalankan. Antara lain, social awareness (kesadaran sosial), local business (bisnis lokal) dan extra money for school (tambahan uang saku untuk sekolah).
Berikut petikan wawancara antara Suara Papua dan Eldona Vallenzie Sokoy (Zie):
Suara Papua : Kami belum tahu banyak tentang anda. Kami dan tentunya Suara Papua ingin tahu siapa Zie. Bisa anda ceritakan?
Zie : Saya asli [orang] Jayapura. Sa pu mama dari Kota Jayapura dan sa pu bapa dari Kabupaten Jayapura.
Suara Papua : Pengalaman sekolah dan Kuliah?
Zie : Saya selesaikan SD, SMP dan SMA semua di Kota Jayapura. Lalu saya lanjutkan kuliah di Uncen di Fakultas Teknik dan sudah selesai.
Suara Papua : Kami dengar juga bahwa anda pernah kuliah di Australia?
Zie : Benar. Saya pernah kuliah di Australia. Kemudian saat itu ada pembukaan beasiswa untuk kuliah di luar negeri dari pemerintah kabupaten Jayapura. Jadi waktu itu saya ikut mendaftar lalu saya lulus. Setelah itu saya dikirim ke Australia untuk kuliah di sana. Saya berangkat ke Australia itu gelombang kedua. Itu dari program bapak Habel M Suwae yang nama programnya P5. Gelombang kedua yang berangkat jumlahnya sedikit. Kami berangkat empat orang. Sebenarnya kami tiga orang. Satu orangnya adalah satu orang dari gelombang pertama. Dia adalah pilot. Saya kuliah di Australia ambil S-1 karena di Uncen saya ambil D-3.
Saya kuliah di Malbourne di kampus La Trobe University ambil jurusan bisnis. Saya berangkat ke Australia tahun 2010 dan selesai tahun 2013 karena di sana S-1 hanya tiga tahun kuliahnya. Setelah selesai saya kembali ke Jayapura tahun 2014 awal.
Setelah kembali saya dipanggil Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kab. Jayapura untuk bekerja di lingkungan pemkab. Pertama saya kerja sebagai tenaga kontrak. Lalu tahun 2016 saya mulai buka usaha yang sedang saya jalankan hingga saat ini.
Saya punya usaha itu dari awal kami ini penyewa tempat. Kami punya ruko dan kami sewakan kepada orang. Pertama saya buka outlet.
Suara Papua : Punya pengalaman kerja di Australia?
Zie : Iya. Saya pernah kerja di sebuah coffee shop hampir dua tahun. Nama cafenya adalah Bridge Road Melbourne. Selain itu saya juga punya pengalaman kerja lain yang bukan ke arah bisnis tetapi lebih kepada pembinaan orang-orang lokal.
Suara Papua : Apakah kemudian pengalaman kerja anda sebelulmnya itu memotivasi anda untuk membuka usaha di Kota Jayapura?
Zie : Benar. Saya dulu kerja di Australia juga di coffee shop. Karena saya pernah di situ, saya tahu cara buat kopi, cara buat late dan cara buat capocino.
Sehingga waktu itu setelah saya balik 2014, di Jayapura belum banyak coffee. Di sana saya dapat banyak hal. Dan di sini, saya memikirkan untuk buka Coffee shop sebagai tempat untuk orang bersantai sambil menikmati aroma kopi. Usaha saya ini namanya Coffee and You Jayapura.
Kenapa saya bukanya usaha soal kopi? Karena di Papua ini punya kopi banyak. Terutama kopi dari Pegunungan Tengah. Sehingga saya termotivasi untuk membuka usaha ini.
Saya pikir kitong pu kopi banyak. Jadi saya bikin coffee shop supaya kita punya kopi, kita yang kelola dan kita yang nikmati. Kenapa harus jual keluar, apalagi dengan harga yang murah.
Selain itu, melalui usaha ini saya ingin promosikan produk-produk kopi lokal lebih luas. Untuk itulah saya bukan coffee shop.
Baca Juga: Eldona Vallenzie Sokoy, Dulu Kerja di Kafe, Sekarang Punya Kafe Sendiri
Di sa pu coffee shop, saya taru semua jenis kopi dari Pegunungan seperti kopi Pegunungan Bintang, Kurima dan kopi dari daerah gunung yang lain. Tujuannya, saya mau bilang bahwa kita orang Papua juga bisa kelola sendiri dan bisa nikmati hasil olahan kopi lokal di Papua.
Saya promosikan itu memberikan pelajaran juga, supaya tidak jual tetapi kita olah dan dikemas dalam kemasan yang baik lalu orang Papua sendiri yang pasarkan. Sebenarnya tujuannya itu.
Intinya, saya ingin supaya kitong pu produk-produk lokal yang ada adalah orang Papua yang punya, lalu orang Papua yang kelola dan orang Papua juga yang menikmati. Itu tujuan saya untuk kopi.
Suara Papua : Secara spesifik, usaha anda bergerak di bidang apa dan bagaimana ide awal untuk membuka usaha itu?
Zie : Kalau Coconut Tree Land sendiri sebenarnya itu design produk barang-barang, bukan makanan tapi lebih kepada fashion and lifestyle jadi itu otulet. Sedangkan kalau coffee shop yaitu food and beverage makanan dan minuman. Itu perbedaannya. Tapi dua usaha ini sebenarnya mendukung kampanye yang saya buat.
Ide awal membuka usaha ini, sebenarnya dari sekeliling kita. Dari australia kita sudah belajar ilmu tentang bisnis, bagaimana cara buat usaha. Kemudian pulang dan berusaha untuk mengaplikasikannya. Tetapi melihat apa yang kurang dan harus dilakukan untuk menaikan kita punya orang-orang Papua.
Makanya saya buat kampanye tentang kesadaran sosial seperti save hutan sagu,stop violence against for women’s and girl’s dan no plastic bag. Terus extra money for school itu untuk anak-anak sekolah yang ada disini yang tidak bisa kuliah karena tidak ada uang dan beli buku kampus.
Jadi sebenarnya itu isu yang sedang terjadi di Papua yang di angkat menjadi ide usaha. Terus yang local business campaign, produk-produk local yang dikampanyekan itu orang-orang lokal punya usaha, saya lihat terus berikan inovasi dan coba kampanyekan supaya mereka jangan sesudah festival pulang langung habis. Tetapi bisa lanjut terus, jadi saya berusaha untuk kampanyekan mereka supaya banyak yang lebih tau tentang mereka jangan mereka menitip tapi kalau bisa mandiri sendiri.
Fungsi saya sebagai media kampanye, kalau orang sudah tau mereka bisa langsung ke sana. Kalau produk yang ada di saya punya outlet itu produk kolaborasi antara saya dengan partner, saya sudah atur seperti itu sehingga saya tidak mengambil bagiannya dia (partner).
Suara Papua : Setiap usaha selalu disertai kampanye social, apa saja kampanye sosialnya?
Zie : Itu seperti save hutan sagu, stop violence against womes’s and girl’s dan no plastic bag.
Suara Papua : Sudah jalan berapa lama usaha ini dan mempunyai berapa karyawan?
Zie : Sebenarnya ide usaha ini saya buat di tahun 2014. Saya coba rumuskan dan coba jalankan di tahun 2015 tapi online. Untuk tempat resminya mulai di tahun 2016. Coffee shop sudah jalan sejak Agustus 2017.
Kalau untuk karyawan ada 26 orang. Jadi mereka masuk itu dengan banyak alasan. Itu saya temukan saat wawancara dengan mereka. Ada yang datang kerja untuk tambah uang saku, ada yang karena kurang uang skripsi, ada yang hanya mengisi waktu libur (ini biasanya dari adik-adik yang datang berlibur dari luar Papua), ada yang untuk kebutuhan ongkos transportasi, artinya mereka yang kerja itu datang kerja dengan alasan yang berbeda-beda.
Mereka punya lama waktu kerja juga beda-beda. ada yang kerja sebulan, ada yang enam bulan, ada juga yang kerja sudah setahun. Ada salah satu yang sudah kerja satu tahun stengah. Ada yang kerja tiga bulan, jadi berfariasi. Untuk itu, kalau untuk karyawan, sekali rekrut bisa 4 sampai 5 orang dan setahun saya rekrut tiga kali. Kalau ada yang sudah tidak kerja lagi, saya masukan lagi yang di daftar tunggu. Makanya jumlahnya 26 orang. Itu semua jumlah dari awal kami terima sampai dengan hari ini. Artinya ada 26 orang yang sudah pernah kerja di coffee shop saya.
Intinya kami ingin suport kebutuhan mereka. Ini juga salah satu cara saya untuk mereka bisa tertarik dan suka dengan kopi Papua. Supaya dorang bisa lihat cara olah kopi, olah kopi Papua sendiri, dan kemudian mereka bisa termotivasi untuk mengelola kopi. Ada satu orang yang kerja di kami terus keluar dan sudah bikin coffee shop sendiri.
Suara Papua : Visi dari dua usaha yang dijalankan?
Eldona : Visinya saya sebenarnya untuk memajukan ekonomi lokal yang ada di sekeliling kita.
Suara Papua : Kalo di Coffee You and Jayapura, kopinya dari mana saja?
Eldona : Semua kopi yang ada di Coffee Shop itu dari Papua. Jadi seperti teman-teman yang punya kopi dari Pegunungan Bintang atau Kurima, kita taruh terus mereka tanya saya dari mana, saya tinggal kasih tau saja. Ini brandnya dari sini, kalau kalian mau beli dalam jumlah besar bisa langsung ke mereka. Jadi barang-barang lokal yang kita lihat untuk kolaborasi mendukung lokal bisnis.
Suara Papua : Caffee and You Jayapura ada menjual produk bisnis local seperti cheesse cake, choco lava dan makanan tradisional seperti kekefi. Apakah itu produk dari anak-anak Papua?
Eldona : Kalau cheesse cake sendiri dibuat dari kaka perempuan orang cina peranakan Papua yang punya usaha local. Jadi kita hanya mendukung dia punya usaha dengan membeli.
Kalau untuk kekefi ada kita punya mama orang Serui yang buat.
Kalau choco lava sendiri itu beda lagi. Jadi untuk di Caffee and You Jayapura menu makanannya itu masih bervariasi dan masih lihat-lihat belum tentukan menu pastinya, jadi biasanya kita ganti-ganti.
Suara Papua : Kami dengar kalau anda pernah bikin pameran bersama Ferry Kaigere. Itu bagaimana?
Zie : Saya pernah bikin event besar dengan kaka Ferry Kaigere. Jadi waktu itu kami bikin dengan tujuan untuk promosikan kaka Ferry punya lukisan-lukisan. Jadi itu kami bikin pameran khusus untuk kaka Ferry. Saat itu kami berhasil kumpulkan dana sampai 20 juta.
Suara Papua : Artinya ada kerjasama?
Zie : Jadi kami kolaborasi. Semua outlet saya yang gambar kaka Ferry. Saya bantu promosikan kaka Ferry punya karya lukisan-lukisan. Jadi kolaborasinya untuk promosikan kaka Ferry tapi juga untuk kami bersama.
Suara Papua : Karyawan di Coffee and You Jayapura yang kerja mahasiswa. Itu bagaimana?
Zie : Jadi sa pu usaha ini itu punya brand besar yang namanya Coconut Tree Land. Nah Coconut Tree Land ini punya outlet dan coffee shop. Saat ini Coffee shop sudah berjalan satu tahun lebih.
Coffee shop dan Coconut Tree Land ini sama-sama menjalankan misi yang sama. Yaitu kampanyekan misi Coconut Tree Land antara lain kampanyekan kesadaran sosial, kampanye produk lokal dan Extra Money for School (uang tambahan) untuk mahasiswa di Kota Jayapura.
Jadi Coffee Shop dan otlet sama-sama menopang kampanyenya Coconut Tree Land yaitu kampanye kesadaran sosial, bisnis lokal (kampanye produk-produk lokal) dan uang saku untuk anak-anak Kuliah.
Anak-anak yang kerja di Coffee Shop itu mensuport tiga kampanye tadi. Lalu kemudian kami kasi mereka untuk uang bantuan kuliah atau uang saku.
Suara Papua : Pernah ketemu dengan menteri BUMN?
Zie : Jadi waktu itu saya diminta bantu saja. Saat itu Jokowi kunjungi Jayapura di pasar-mama-mama. Saat itu saya diminta untuk sampaikan dan tunjukkan kepada presiden dan menteri-menterinya bahwa orang Papua punya kreatifitas yang luar biasa dan usaha lokal orang Papua jadi saya bantu saja saat itu. Waktu itu saya bawa produk kami dan tunjukkan supaya mereka lihat. Karena tema yang saya usung kan tentang usaha lokal.
Jadi barang-barang yang ada di sa punya outlet itu orang-orang lokal punya. Waktu itu Ibu Iriana suka dengan salah satu outlet kami yaitu lukisan di kulit kayu. Itu punya seniman dan artis local, Ferry Kaigere dari Sentani, Kampung Asei.
Waktu itu saya disarankan untuk kalau bisa lukisan seperti itu dibikin dalam bentuk batik. Artinya saat itu mereka kasih masukan.
Baca Juga: Mama Elisabeth Ireeuw Kuliahkan 50-an Anak Papua Gratis di UOG Papua
Suara Papua : Ada perhatian atau bantuan dari instansi pemerintah?
Zie : Kalau untuk itu tidak ada. Seluruhnya saya jalankan dengan uang sendiri. Kalau perhatian pemerintah yang lain ada. Itu saya sering diundang ikut seminar dan saya sering diminta masukan-masukan dari pemerintah. Kalau untuk dana, saya tidak pernah dapat dari pemerintah.
“Orang Papua punya banyak kopi. Jadi saya pikir bagaimana supaya kopi lokal dari Papua itu dikelola anak-anak Papua. Jadi kita yang punya kopi, kita olah sendiri dan dan kita yang nikmati kopi kita sendiri,” kata Zie.
Pewarta: SP-CR05 dan Arnold Belau