Wamena Jadi Tuan Rumah Festival Film Papua ke-4

0
1943

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Rizal Lanny,  ketua panitia Festival Film Papua (FFP), mengatakan, Wamena siap jadi tuan rumah untuk gelar FFP ke-4 yang akan diselenggarakan pada 6-9 Agustus 2020. 

Dijelaskan, tema FFP ke-4 di Wamena adalah ‘Merajut Kembali Budaya Papua untuk Keadilan dan Perdamaian’. Tema tersebut, kata Rizal, diangkat karena melihat situasi di Tanah Papua, khususnya di Wamena.

Rizal menjelaskan, terkait dengan tema tersebut, pertama kesannya saat ini tidak punya jati diri sebagai orang Balim. Dimana budaya-budaya dari luar yang datang ke Wamena memengaruhi budaya lokal.

Ditentukan tema tersebut juga mengingat kata Pater Lieshout OFM, ‘Wamena pagar sudah hancur’ dan Niko Lokobal ‘Honai sudah dingin atau kosong’.

Baca Juga:  KPU Lanny Jaya Gelar Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Perolehan Suara

“Untuk memperbaiki dan belajar tentang budaya, harus kembali ke honai dan bicara di honai. Dan karena ini kita bicara budaya, maka harus kembali ke honai,” katanya di Wamena, pekan lalu.

ads

Melalui tema tersebut, dalam FFP ke-4 nanti, Papuan Voices mengingatkan melalui film dokumenter tentang budaya untuk terciptanya keadilan dan perdamaian.

Kegiatan FPP akan digelar di gedung Ukumearik Asso, tetapi menurut Lanny, belum ada kepastian dan panitia sedang berupaya agar bisa digelar di gedung tersebut.

Ia membeberkan, dana yang dibutuhkan untuk FFP adalah 700 juta lebih.

“Karena peserta akan datang dari berbagai daerah. Untuk pembuat film, juri, narasumber dan panitia, kami tanggung biaya akomodasinya,” jelas Lanny.

Baca Juga:  Badan Pelayan Baru Jemaat Gereja Baptis Subaga Wamena Terbentuk

Sementara itu, Ence Floriano Geong, pengurus Papuan Voice mengatakan, FPP ke-4 mengambil tema budaya karena budaya lokal makin tersisih dengan budaya baru.

“Orang Papua sendiri tidak percaya diri dengan budayanya karena melihat budaya baru dari luar. Itu yang Niko Lokobal bilang, honai sudah dingin atau api sudah tidak nyala,” jelasnya.

Menurut Ence, FPP yang akan digelar di Wamena adalah dengan tujuan untuk perkenalkan situasi masyarakat adat Papua dan berbagai persoalannya yang biasa dihadapi lewat film dokumenter. Selain itu, membangun kesadaran publik akan isu-isu penting yang dialami masyarakat Papua.

FFP tak akan terpengaruh dengan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB), namun tidak bertentangan yang juga akan digelar pada bulan yang sama.

Baca Juga:  Panglima TNI Bentuk Koops Habema Tangani Papua

“FBLB pagi sampai sore, FFP sore sampai malam, tetapi memang ada bagian paginya itu workshop, dimana kami merencanakan beberapa workshop ada tentang filmnya juga tentang budaya,” katanya.

Ence berharap agar FPP yang akan digelar di Wamena menjadi momen bagi anak muda dapat belajar. Ia optimis, FPP tahun ini akan mendukung program pemerintah dalam FBLB.

“Karena selama ini kami lihat FBLB hanya pagi sampai sore, tetapi ada banyak potensi yang belum diangkat. Misalnya potensi di sekitar Wamena yang masih ada, wisatawan yang belum mengetahui potensi lain,” kata Ence.

Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Arnold Belau

Artikel sebelumnyaTiga Komunitas Kampanye Selamatkan Hutan Sagu di Sentani
Artikel berikutnyaWarga Pisugi Keluhkan Keberadaan TPA Yang Mengganggu Kesehatan Masyarakat