MANOKWARI, SUARAPAPUA.com— Tempat berjualan mama-mama papua mulai sepih tidak seperti biasanya. Pedagang mama papua di pasar wosi Manokwari mengaku akibat wabah virus corona (covid-19) banyak jualan sayur mayur yang dijual kadang tidak laku terpaksa mereka buang ke tempat sampah lalu pulang dengan tangan kosong.
Mama Martina Wonggor salah satu pedang yang ditemui suarapapua.com mengungkapkan ia datang dari kabupaten pegunungan Arfak membawa sekarung sayur dengan membayar mobil Hilux yang di tumpangi Rp200 ribu hingga Rp. 1 juta namun tidak berpendapatan perhari.
“Iya ini awal maret hingga april hasil kebun yang dijual dalam sehari kadang hanya hanya laku satu dua tempat saja kadang juga tidak ada sama sekali sebab tidak ada pembeli. Rata-rata sayuran yang kita jual satu tempat Rp. 5 ribu Kita paling tinggi dapat 10 sampai 20 ribu. Yang laku tapi tidak banyak hanya daun bawang, wortel dan sayur kol lain dari itu tidak,” ungkapnya, Kamis, (9/4/2020).
Selain itu, Brian Dowansiba, salah satu penjual sayur juga mengatakan bahwa sejak awal januari sampai akhir februari biasa kita jual satu ikat dan satu tumpuk sayur 5 Rp5 ribu dan satu karung jenis sayur kol, daun bawang dan wortel perkarung Rp500 hingga Rp600 ribu.
“Tapi sekarang kedaan begini kalau sudah tidak laku terkapsa kita buang,” kata
Rata-rata hasil kebun yang bisa di jual daun bawang, daun labu, buah labu, tomat, rica, keladi, kasbi, pisang, wortel, kentang, bawang merah dan putih, seledri, kol dan sawi dan lainya.
Hasil tanian yang di perdagangkan ini rata-rata berasal dari kabupaten pegunungan Arfak dan kabupaten Manokwari Selatan yang merupakan wilayah pemekaran dari kabupaten Manokwari.
Selain itu kata Brian, terkait informasi Virus corona Pihak keluarganya sudah mengetahui informasi virus corna namun lantaran memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dirinya rela ke pasar untuk berjuang berjualan.
“Kita mo bikin begimana mo dapat uang dari mana kalau tidak jualan memang pemerintah sudah sampaikan. Kita relahkan semua ini kepada Tuhan saya percaya Tuhan pasti menjaga dan melindungi kita,” ujarnya.
Adriana wonggor menambahkan terkait biaya transportasi. Dia bilang, walapun punya hasil kebun yang melipah tetapi kalau tidak punya uang untuk bayar hilux sama saja tidak bisa turun untuk jualan para supir tidak akan angkut.
Pewarta : Charles Maniani
Editor: Arnold Belau