Papua Menunggu Kepunahan

0
2894

Oleh: Ustadz Ismail Asso)*

Sebelum penulis melanjutkan pembahasan di bawah ini, di sini perlu saya sampaikan bahwa saya tidak percaya rasisme apa yang saya tulis disini sebagai seorang Ustadz semata-mata amar ma’ruf nahi munkar, benaran semata kebenaran bukankah Allah Maha Besar?

Persoalan Papua Kita

Papua “dibatasi” Pemerintah Pusat bagi kunjungan media asing dan HAM PBB. Jakarta dengan berbagai kebijakan ketat karantina Wilayah Papua bagi kunjungan internasional penegakan HAM dan Demokrasi.

Pada saat bersamaan ratusan uang trilyun sebagai proyek otonomi khusus dikucurkan pusat ke Papua. Ibarat peribahasa ‘dimana ada gula, semut berdatangan’.

ads

Persoalan rakyat Papua adalah perpindahan penduduk atau migrasi lewat dua jalur (laut dan udara) tiap minggu terus masuk membanjiri seluruh Kota dan Kabupaten Propinsi Papua sejak Otsus diberlakukan.

Hal ini seperti diungkap Mantan Gubernur Papua Barnabas Suebu lengkapnya sbb:

“Papua dewasa ini sedang mengalami arus migrasi dalam arti perpindahan atau pemindahan penduduk yang mengakibatkan pertambahan penduduk yang sangat besar dan tidak terbendung. Arus migrasi seperti ini tidak pernah terjadi dalam sejarah Papua sejak ribuan tahun yang lalu. Data statistik kependudukan di Papua menunjukkan, angka jumlah persentase penduduk orang asli Papua, dari tahun ke tahun menurun secara tajam. Kondisi seperti ini lebih diperparah lagi dengan angka kematian yang cuku tinggi. Akibatnya gizi buruk, kematian Ibu dan Anak, penyakit HIV/AIDS, Malaria dsb.

Apabila kecenderungan menurunnya angka persentase penduduk Orang Asli Papua terus menurun menuju titik nol, maka dalam jangka panjang, eksistensi orang asli Papua beserta seluruh pranata sosial dan kebudayaannya akan punah, ditelan oleh arus migrasi itu. Diperkirakan proses pemunahan itu akan terjadi dalam kurun waktu tidak lebih dari 200 (duaratus) tahun yang akan datang. Proses seperti itu sebenarnya adalah proses genosida atau proses ethnic cleansing yang terjadi secara laten dan pasti. Proses seperti itulah yang telah terjadi diseluruh benua Amerika, Australia, dan dibagian-bagian dunia lainnya sejak 500 (limaratus) tahun yang lalu.

Baca Juga:  Musnahnya Pemilik Negeri Dari Kedatangan Bangsa Asing

Apakah Orang Asli Papua bersedia membunuh dirinya sendiri atau dibunuh melalui proses seperti itu? Jawabannya berpulang kembali kepada kita semua, baik orang Asli Papua, maupun bukan Orang Asli Papua”. (Barnabas Suebu, Dalam Pengantar: Dunia Dalam ‘Genggaman’ Papua Sebuah Geopolitik Global, John Manansang Wally, 24-Mei-2018).

Saya kutip Kaka Bas agak panjang. Hal ini menimbulkan persoalan baru antara penduduk pribumi dengan urban yang sangat mengganggu setiap minggu terus berdatangan tanpa henti masuk ke Papua.

Dalam situasi demikian orang Papua protes dianggap separatis dan dipaksa menerima diri sebagai bangsa Indonesia dan Papua sudah merdeka bersama Indonesia.

Integrasi Papua kedalam Indonesia bahkan dianggap selesai. Orang Papua dalam pada itu dipaksa menjadi Indonesia dengan berbagai propaganda kelompok yang dibentuk pihak tertentu untuk tujuan itu.

Ruang kebebasan untuk menyatakan pendapat dan menyampaikan aspirasi secara bebas ditutup rapat, kampus dijaga ketat aparat militer.

Sehingga untuk menyatakan suara hati dan harapan mereka akan masa depan diri dan kebebasan kehidupan mereka sesungguhnya banyak tidak diketahui oleh Internasional.

Karena itu hanya sedikit atau satu dua orang diantara dari mereka dari yang berjumlah mayoritas diam (silence mayority) dapat bersuara secara terbatas tidak terpublikasi media.

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

HIV/ADIS

Persebaran dan pertumbuhan jumlah penduduk asli Papua dari tahun ketahun terus menurun. Ini menyebabkan kita merasa khawatir karena dari total penduduk Papua yang diperkirakan hanya 2 juta jiwa kurang itu tidak akan bertambah kecuali jumlah kepadatan penduduk pendatang dan militer Indonesia terus bertambah banyak.

Penduduk Papua sebagaimana data laporan BPS, dari 2 juta jiwa kurang itu bukannya bertambah banyak sebaliknya malah berkurang terus, dan terus akan habis, oleh akibat penyebaran HIV/AIDS yang terlalu cepat penyebarannya.

Hal ini bukan saja momok menakutkan tapi kita sedang menghadapi kenyataan pelenyapan etnis (ethnic cleansing) Papua menjadi kenyataan paling tragis sedang berlangsung didepan mata.

Peran Internasional

Karena itu peran dunia internasional dibutuhkan atau kalau tidak, penduduk Papua lenyap. Kecuali dipisahkan adalah pilihan sulit tapi harus dikatakan disini sebagai solusi mengakhiri pembasmian etnis Papua.

Sebab untuk mengakhiri pembasmian etnis dan pengurasan harta kekayaan Papua dari maling (pencuri) selain mengakhiri semua itu Papua disahkan melalui dukungan internasional adalah jalan bagi penyelamatan dari penyebaran penyakit mematikan HIV/AIDS dan pencurian besar-besaran harta kekayaannya.

Bentuk campur tangan Internasional adalah suatu keharusan tanggungjawab moral bagi semua bangsa dunia sebagai solusi mengakhiri pembasmian etnis Papua.

Karena untuk mengakhiri ini semua bukan hanya tanggungjawab Indonesia dan Belanda tetapi internasional harus turun tangan serta dilibatkan untuk menjadi perhatian dan keprihatinan penting di sini.

Jika tidak demikian Papua dan penduduknya hanya tinggal waktu, akhirnya Papua beserta seluruh isi alam dan manusianya hanya tinggal nama dan kenangan dalam sejarah buku pelajaran anak-anak SMU dunia.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Oleh karena itu untuk menghindari agar tidak terjadi pemusnahan dan pembunuhan massal etnis Papua serta sumber daya alamnya disini perlu menjadi perhatian semua negara didunia.

Dan peranan penting internasional sangatlah dibutuhkan bagi masa depan penyelamatan manusia Papua.

Demikian suara hati sesungguhnya seluruh rakyat Papua tanpa direkayasa adanya oleh penulis dimaksudkan dalam penulisan artikel di sini.

Dari seluruh jumlah penduduk Papua oleh faktor “pembataian” tidak akan bersuara disini kecuali kita mewakilinya menulis hanya sedikit dari suara hati dan keluhan mereka yang sesungguhnya sangat memprihantinkan.

Penderitaan dan harapan masa depan generasi mereka itu saya sampaikan disini untuk didengar dan dimengerti oleh siapa bagi kuping yang bisu dan mata yang gelap serta buta mata hati.

Walaupun suara hati mereka bukan untuk didengar “uang trilyunan rupiah” tak bernyawa dimana masa depan dan harapan mereka disuruh pemerintah pusat gantungkan melalui Otsus yang kacau dan setengah hati.

Keluhan ini disampaikan melalui tulisan agar menjadi perhatian semua sehingga diharapkan seluruh orang Papua mengambil sikap resistence atas perampasan harkat dan martabat serta pencurian kekayaan alam yang tak terkirakan menjadi alasan masuk akal.

Resistance rakyat serentak untuk tujuan revolusi damai adalah suatu kemestian, bukan mendiamkan dan menunggu kematian terhadap pembunuhan tidak manusiawi.

Adapun penyebaran HIV/AIDS sangat cepat dan pengurasan kekayaan alam Papua sebagai suatu prestasi penjajah untuk melenyapkan bangsa Papua dari muka bumi sesungguhnya bukan hanya tanggungjawab Bangsa Papua saja akan tetapi merupakan tanggungjawab masyarakat dunia Internasional untuk mengakhirinya.

)* Penulis adalah tokoh muda muslim Pegunungan Tengah Papua

Artikel sebelumnyaWarga SP 2 Timika Protes Pembagian Sembako yang Tidak Merata
Artikel berikutnyaDelapan Upaya Pemkab Nabire Usai 16 Positif Covid-19