Rakyat Papua Melawan Penjajah

0
3524

Oleh: Ustadz Ismail Asso)*

A. Akar Persoalan Papua

Proses integrasi Papua cacat hukum. Sejatinya aneksasi dibawah ancaman senjata. PEPERA tanpa mekanisme PBB, ‘one man one vote’, (satu orang satu suara) tapi tradisi Indonesia ‘all man one vote’, (banyak suara diwakili satu orang) semacam Musyawarah-Mufakat. (Socrates Yoman, 2010).

Indonesia dan Amerika menandatangani kontrak Karya PT Freeport (tanpa melibatkan pemilik) sebelum Papua disahkan PBB. Badan dunia itu baru sahkan Papua Indonesia tahun 1969. (Ibid).

Sejak itu rakyat Papua banyak dibunuh hingga hari ini sebagai TPNPB (“KKB”). Pembunuhan dan pencurian SDA dialami rakyat Papua sepanjang integrasi (aneksasi).

ads

Pembunuhan rakyat di Wamena (1977), Mulia, Timika, Nabire dan Biak (1999). Pembunuhan sistematis berbagai cara dialami rakyat Papua. (Socrates Yoman, 2020).

Setiap tokoh muncul menyuarakan keadilan kebenaran selalu dibunuh. Militer membatasi ruang kebebasan rakyat Papua. Wajar kalau kemudian rakyat memberi predikat pembunuh dan pencuri. Pembunuhan dan pencurian kekayaan alam Rakyat Papua fenomena umum.

Indonesia masuk Papua untuk membunuh dan mencuri kekayaan alam. Kepercayaan orang asli Papua terhadap negara Indonesia sangat rendah.

B. Pencurian dan Pembunuhan

Atas dasar kesadaran sub-judul ini perlawanan memasuki babak baru. Media Pemerintah sebut sebagai KKB menyadari lalu menjawab dengan cara mereka. Kurang lebih kesadaran itu dimunculkan begini: Kenapa tidak lawan penjajah yang membunuh dan mencuri harta kekayaan alam Papua?

Mereka membunuh kami dan mencuri kekayaan alam mengajak AS, Inggris, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Cina dan Thailand) tanpa melibatkan MRP?

Baca Juga:  Kura-Kura Digital

Pejabat Jakarta mengajak negara lain mencuri harta kekayaan; emas, tembaga, perak, biji besi, aluminium, minyak, gas alam, kayu, ikan, udang, dll seluruh isi perut bumi dan laut Papua.

Kejahatan kemanusiaan lewat HIV/AIDS adalah prestasi kejahatan kemanusiaan abad ini. Bentuk kejahatan ini lebih berbahaya bagi eksistensi manusia Papua.

Dilihat besarnya angka pengidap HIV/AIDS dan eksploitasi kekayaan alam yang diangkut keluar dari bumi Papua tak terkirakan maka ini sesungguhnya genosida dan ekosida sekaligus.

Sejak tahun 1992, jumlah penderita HIV/AIDS hanya 6 orang. Kini menembus angka abnormal : 40. 805 orang. Ribuan orang Papua telah direnggut nyawanya oleh virus ini. (KPA Papua, 2019).

Kekayaan alam Papua diserahkan kepada asing. Buktinya adalah Amerika Serikat diberikan hak untuk mengelola tambang terbesar dunia lewat PT Freeport. Pangeran Inggris diberikan hak untuk mengelola Britis Petrolium Bintuni, Cina dan Jepang diberi kuasa untuk mencuri Ikan lalu Korea dan Malaysia diberi hak untuk mengambil Kayu dll.

Ecosida kini berlangsung di Tanah Papua adalah adalah bukti kejatahan dan ketidaktulusan Jakarta tapi juga hanya sebagai alasan untuk mencuri dan membunuh masa depan kesejahteraan rakyat Papua.

Kita tidak mau ada kejahatan di Papua. Kita tidak ingin ada pencurian sumber daya alam Papua oleh siapapun dari mana pun dengan dalih apapun tanpa melibatkan orang Papua sebagai pemilik sah hak ulayat.

Karena itu wajar kita khawatir akan pelenyapan eksistence ras Melanesia beserta sumber daya kekayaan alam dengan dalih apapun sebagai pembenarannya sulit masuk akal berlangsung lama hingga kapan.

Baca Juga:  Adakah Ruang Ekonomi Rakyat Dalam Keputusan Politik?

C. Papua Terbelakang

Pencurian SDA Papua sangat kaya raya sebagai sorga dunia bagi penduduk ±1,2 juta jiwa itu tidak seharusnya miskin. Papua tidak seharusnya ada kelaparan, koteka, tanpa jalan aspal, tanpa jalan trans sebagai sarana perhubungan darat, tanpa lampu penerang (listrik) dll.

Apapun pembangunan itu, tulisan ini harus dibuat untuk menyoroti bahwa orang Papua miskin, terbelakang diatas kekayaan mereka sendiri.

Namun hanya karena mereka punya kekayaan, orang lain mau menjajah dan memperbodoh penduduknya adalah sesuatu hal yang sulit masuk akal sehat kita sebagai manusia, sungguh!

Rakyat Papua sebagai pemilik sah dari apa yang dicuri oleh mereka. mencuri harta kekayaan rakyat Papua, membawa pulang dan membangun negerinya dengan gedung pencakar langit sekian banyak di Jakarta dan kota lainnya, memiliki jalan bagus untuk dilintasi kendaraan, jalan tembus sampai ke desa-desa di pelosok Jawa, Sumatra, Sulawesi.

Tetapi kita di tanah ini, Tanah Papua, jangankan hanya sekedar untuk jalan atau gedung ada, niat Indonesia mau membangun, perdulikan kesehatan penduduknya saja sama sekali tidak.

Buktinya Anda lihat!

Penyakit HIV/AIDS saat ini sangat luar biasa dengan tingkat resiko hampir seluruh penduduk Papua mengidap penyakit ini.

Konon penyakit ini sengaja dibawa masuk oleh Militer Indonesia melalui Bupati Merauke Kol. Soekardjo yang adalah ahli Pembinaan Teritorial, dengan mendatangkan pekerja dari Thailand yang telah terinveksi penyakit mematikan ini pada awal dekade 1990-an.

Baca Juga:  Vox Populi Vox Dei

Para pengidap penyakit yang tidak ada obatnya itu didatangkan dari negeri Gajah Putih untuk bekerja perusahaan penangkapan Ikan di Merauke.

Menjadi rahasia umum orang Papua, tapi penyebaran menyeluruh adalah suatu prestasi tersendiri bagi pembunuhan Penduduk Asli Papua. Apakah itu adalah tujuan dan keinginan melenyapkan orang Papua dari muka bumi?

Amerika Serikat memiliki pengalaman dan prestasi sama dalam usaha pembasmian penduduk asli Amerika yakni suku Indian.

Australia juga memiliki pengalaman sama terhadap penduduk asli (Aborigin), Selandia Baru juga demikian terhadap suku Maori serumpun orang Papua.

Tentang pembasmian ini, GKT Ninati, Nasionalis Papua yang kini bermukim di Den Haag, Nederland mengatakan: “Bangsa-Bangsa Eropa yang dulunya merampok Amerika, Australia dan Selandia Baru setelah membasmi penduduk aslinya kini membantu Indonesia dengan menyediakan uang dan senjata guna mempercepat proses pemusnahan rakyat Papua dengan tujuan merampok tanah dan kekayaan yang ada di atasnya”.

Apa itu Kejahatan? Apa yang sudah dipaparkan diatas adalah kejahatan. Apakah kejahatan selalu identik dengan senjata beramunisi dan bunyi : dor.. dor.. dor..? Tidak!

Rakyat Papua dibunuh dengan senjata lain, HIV/AIDS oleh Indonesia, tentu saja dengan dukungan bangsa-bangsa barbar, kanibal dan vampir lainnya dibawah pimpinan Amerika Serikat.

Kalau begitu bagaimana sikap rakyat Papua? Rakyat harus mengakhiri. Caranya? Mereka harus mempertahankan diri, tantang dan lawan! Rakyat Papua angkat senjata melakukan perlawanan untuk mengakhirinya.

Wajar logika mereke ‘Mati Terhormat atau Hidup Terhina’?

)* Penulis adalah Ketua Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah (FKMPT) Papua

Artikel sebelumnya640 Pasien Terkait Corona Dirawat di 16 Rumah Sakit di Papua
Artikel berikutnyaMarkus Walilo Dilantik jadi Ketua DPRD Yalimo