Intelektual Adat Waa Menilai Pemda dan Freeport Terlantarkan Pengungsi Tembagapura

0
1531
Salah satu Mama Papua, warga masyarakat adat Waa, distrik Tembagapura yang dievakuasi akibat konflik bersenjata pada Maret 2020 lalu. (Sevianto/Seputar Papua)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Kaum intelektual dari masyarakat Adat Waa, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua menilai telah terjadi penelantaran terhadap masyarakat mulai dari Kampung Banti 1, Banti 2 hingga Opitawak, yang kini mengungsi di wilayah perkotaan Timika dan sekitarnya.

Seperti yang diberitakan seputerpapua.com pada beberapa waktu lalu, masyarakat adat Waa mengaku sudah tidak mampu bertahan di wilayah perkotaan Timika setelah di evakuasi pada Maret 2020.

Sehingga akhirnya mereka membangun posko di Jalan C. Heatubun (Jalan Baru) untuk menggalang dukungan agar bagaimana caranya bisa kembali ke kampung halaman mereka.

Kaum intelektual dari Kampung Waa, Natex Bugaleng kepada seputarpapua.com, Senin (27/7/2020), mengatakan, Pemerintah bersama pihak terkait seperti PT. Freeport Indonesia (PTFI) telah melakukan penelantaran terhadap masyarakat Waa yang kebanyakannya adalah bayi, anak-anak bahkan lansia.

Baca Juga:  Atasi Konflik Papua, JDP Desak Pemerintah Buka Ruang Dialog

“Kami melihat, PTFI, pemerintah dan pihak-pihak terkait telah melakukan penelantaran terhadap masyarakat adat Waa (Banti 1, Banti 2 dan Opitawak). Mereka adalah bayi, anak-anak dan lansia yang tidak harus di terlantarkan,” kata Natex Bugaleng di Timika.

ads

“Mereka mengeluh dan meminta dikembalikan ke kampung, karena sudah tidak nyaman dan tidak cocok ada di Timika kota,” sambungnya.

Baca Juga:  FIFA Akan Mempromosikan Hubungan 'non-partisan, non-politik' Antara Fiji dan Indonesia

Natex juga mengungkapkan, sudah ada banyak di antara para pengungsi Tembagapura yang mengalami sakit hingga meninggal dunia, lantaran susah mendapatkan kehidupan yang layak di perkotaan.

Bahkan, mereka pun telah bersuara namun tidak mendapat respon positif dari pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas mereka.

“Adapun banyak diantara mereka sakit dan meninggal dunia, mereka susah mendapatkan kehidupan yang layak. Mereka bersuara namun tidak ada respon positif yang mengakomodir suara dan keluhan mereka,” ujarnya.

Ia juga mengancam, jika pihak-pihak terkait terutama Pemerintah tidak merespon baik persoalan masyarakat pengungsi Tembagapura, maka, kaum intelektual akan mengambil langkah mengkaji persoalan ini dan mengembalikan para pengungsi ke kampung halamannya dengan cara sendiri.

Baca Juga:  TETAP BERLAWAN: Catatan Akhir Tahun Yayasan Pusaka Bentala Rakyat 2023

“Sebenarnya yang bertanggung jawab dan menjamin mereka nyaman dan layak di Timika ini siapa? Jika pembiaran dan penelantaran ini tidak direspon baik maka, kami anak-anak kaum intelektual dari Mimika umumnya dan terkhusus dari Waa akan mengambil langkah,” tegasnya.

“Tim-tim atau forum-forum yang terbentuk untuk memperhatikan masyarakat evakuasi ini pun akan kami undang untuk melihat dan croscheck semua upaya yang dilakukan dalam persoalan ini,” imbuhnya. (*)

 

Sumber: seputarpapua.com

SUMBERSeputar Papua
Artikel sebelumnyaPenerbangan Komersial ke Wamena Kembali Ditutup Sementara
Artikel berikutnyaJokowi Must Stop The Military Operations in Nduga: A Warning from Nduga Community