Udeido Angkat Diskursus Konflik Papua Melalui Seni Rupa

0
1486

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pameran seni rupa yang diinisiator oleh kelompok Udeido Kolektif dengan tajuk ‘Tonawi Mana’ hadir untuk mengangkat diskursus konflik Papua tidak hanya dengan realita, melainkan perspektif estetika. 

Diskursus konfilk Papua merupakan sebuah pergolakan sosial yang begitu pelik dan terus menerus hadir dengan babak-babak barunya bersamaan dengan berjalannya waktu. Ada suatu kegelisahan yang belum tertuntaskan sehubungan dengan memori kolektif orang Papua yang tersimpan, serta seakan coba dikubur dalam-dalam demi melanggengkan berbagai jenis kepentingan.

Koordinator Udeido, Ignasius Dicky Takndare mengatakan pameran online ‘Tonawi Mana’ diikuti anggota Udeido Kolektif dan beberapa seniman dari luar Papua, yang diundang untuk terlibat sebagai bentuk solidaritas mereka bagi rakyat Papua.

“Udeido itu diinisiasi dan lahir oleh anak-anak Papua sendiri, walaupun lahir di luar Papua (Yogyakarta), tapi semua anggotanya itu anak-anak Papua,” katanya kepada media ini, Minggu (9/8/20).

Baca Juga:  Freeport Indonesia Bangun Jembatan Hubungkan Kampung Banti 2 dan Banti 1

Ada berbagai cara dan gerakan yang coba dilakukan orang Papua untuk terus bersuara dan menjaga asa akan mimpi bersama untuk masa depan yang lebih baik. Udeido Kolektif menawarkan bentuk seni rupa sebagai media ekspresi.

ads

Dia menjelaskan untuk seniman dari luar Papua, mereka terlibat sebagai bentuk solidaritas. Jadi jika ditanya tentang kepedulian, kata dia, kami pikir hal itu bukan sekedar perihal kepedulian, itu lebih kepada tanggung jawab sebagai anak Papua.

“Kitong semua tahu bahwa represi bagi suara-suara di Papua itu kuat sekali, dan karena hidup itu dinamis, manusia manapun pasti akan merespon. Udeido ini hanya salah satu bentuk atau manifestasi dari sekian banyak cara anak-anak Papua berekspresi dan bersuara,” ujarnya.

Baca Juga:  Satgas ODC Tembak Dua Pasukan Elit TPNPB di Yahukimo

Mengingat bagaimanapintu-pintu nurani tidak hanya dapat diketuk dengan realita, tapi juga dengan estetika. Udeido merancang sebuah pameran dengan tajuk Tonawi Mana, sebuah pameran daring yang telah dibuka pada tanggal 15 Juli 2020 dan akan berlangsung hingga 17 Agustus2020.

Karya-karya yang ditampilkan berupa karya-karya visual mulai dari lukisan, drawing, digital painting, fotografi, instalasi, hingga video art. Bertindak sebagai penulis pameran adalah saudara I Ngurah Suryawan dan saudari Ligia Giayyang membahas dalam tulisan mereka bagaimana menempatkan pameran ini sebagal suatu perspektif tersendiri dalam pergerakan sosial Papua. Anda bisa langsung mengunjungi pameran ini dengan masuk ke alamat website yang kami terakan di atas.

Ruang Kolektif Udeido dibentuk pada pertengahan tahun 2018 di Yogyakarta oleh beberapa seniman dan mahasiswa Papua yang kemudian merekrut beberapa anggota tambahan di beberapa kota di Papua.

Baca Juga:  PTFI Bina Pengusaha Muda Papua Melalui Papuan Bridge Program

Ruang Kolektif Udeido menempatkan pembacaan Papua sebagai spirit utama dalamberkarya. Bagaimana membaca Papua baik dari dalam maupun dari luar, atau bagaimana menempatkan diskursus Papua dalam peta regional maupun global.

Udeido mendorong kontekstualisasi konsep. Sebab, kata dia, ‘bagaimana kami menggali kembali konsep-konsep lama dalam tradisi berbagai suku di Papua dan melihat bagaimana itu relevan atau bisa dipakai untuk membaca zaman ini’.

Udeido sendiri berasal dari Ude yang merujuk pada sejenis daun yang biasa digunakan masyarakat Mee untuk menutupi luka atau pendarahan. Dalam bentuk jamak, Ude akan disebut Udeido.

 

Pewarta: Yance Agapa
Editor : Arnold Belau

Artikel sebelumnyaLima Orang Memperebutkan Posisi Sekjen Forum Kepulauan Pasifik
Artikel berikutnyaMakosat Brimob Dibangun Permanen, Dansat Apresiasi Kinerja Kapolda PB