JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—Mahasiswa dan pelajar asal Intan Jaya meminta pemerintah Republik Indonesia (RI) untuk menarik militer organik dan non organik dari Kabupaten Intan Jaya di tanah Migani.
Permintaan penarikan pasukan militer itu, atas pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terus dilakukan oleh militer organik maupun non organik pada rakyat sipil di Intan Jaya sejak tahun 2014 sampai sekarang.
Hal itu disampaikan Agustinus Ugipa mewakili mahasiswa Intan Jaya Se-Indonesia. Ia menilai pelanggaran yang dilakukan TNI/POLRI tidak manusiawi pada rakyat sipil yang terus dilakukan sampai saat ini, Waena Jayapura, Kamis, (13/8/2020).
“Pemerintah Indonesia melalui kaki tangannya TNI/POLRI sudah, sedang dan terus melakukan pembunuhan, pembantaian, pemukulan, pemerkosaan, intimidasi pada rakyat sipil di Intan Jaya, mengambil ternak dan hasil bumi rakyat tanpa izin.”
“Terakhir minggu kemarin kami dengar rakyat sipil dihadang dan dibagikan baju dan buku yang bertuliskan Saya Papua- Saya Indonesia, dan buku-buku yang isinya UUD 1945 dan Pancasila, ini perlakukan yang secara langsung mengitimidasi rakyat. Sehingga sampai saat ini mereka terus alami trauma yang begitu luar besar,” katanya.
Ugipa meminta kepada presiden Jokowi Dodo agar segera menarik pasukan militer nonorganic dari Intan Jaya demi kedamaian kehidupan rakyat.
“Seorang kepala daerah memang tidak punya hak sama sekali untuk tarik militer tetapi saya minta kepada Negara melalui presiden Jokowi Dodo agar segera tarik militer TNI/POLRI organic dan non organik di Intan Jaya mulai dari Mbulu-mbulu sampai Magataga, yang sedang bikin pos, yang bikin pos darurat, dan yang intimidasi, terror dll. Supaya masyarakat rasa aman, rasa bebas, rasa kerja, beribadah di Gereja dan bisa mencari nafkah bagi keluarga mereka,” pinta Ugipa.
Senada dengan itu, Thina Selegani merasa sedih dan keji dengan perlakuan TNI/POLRI yang melakukan pemaksaan dan kekerasan seksual terhadap ibu-ibu di Intan Jaya.
“Saya sebagai perempuan sangat tidak terima dengan tindakan pemerkosaan dari tentara dan polisi kepada masyarakat di kampung-kampung di Intan Jaya. Saya perempuan Intan Jaya keji dengan tindakan itu, saya juga tidak suka sekali dengan pengobatan paksa yang dilakukan medis dari rumah ke rumah.”
“Masyarakat sekarang tidak mau berobat dan mereka bisa sembuh dengan mengunakan obat-obat tradisioanal atau ritual adat,” ujar Selegani.
Pewarta : Yanuarius Weya
Editor : Arnold Belau